Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, February 18, 2014

NGAJAR BERBUDAYA??


"Rama, jarene sakniki Domus rawan, nggih?" (Rama, kabarnya sekarang Domus Pacis rawan, ya?) tanya Mas Handoko dalam perjalanan sore Senin 10 Februari 2014 mengantar Rama Bambang menuju Pundong, Bantul, dengan mobil Grandmax untuk pelayanan misa arwah. Mas Handoko adalah salah satu kelompok relawan sopir di Domus Pacis. "Kok ana kabar ko ngono, piye, ta?" (Kok ada kabar seperti itu, bagaimana itu?) Rama Bambang ganti bertanya yang disambung dengan kata Mas Handoko "Lawang Domus sakniki selalu terkunci" (Pintu Domus Pacis kini selalu terkunci).

Dalam hati Rama Bambang tertawa dengan kabar itu. Dua pintu depan dan belakang untuk masuk gedung induk Domus sejak sebulan lalu memang diputuskan untuk selalu dikunci. Untuk penghuni Domus sudah tersedia kunci-kunci yang dibagikan satu-satu untuk Rama Agoeng, Rama Jaka, Rama, Yadi, dan Rama Bambang serta satu untuk karyawan yang tinggal di kompleks Domus Pacis. Siapa pun yang lain yang akan masuk Domus harus membunyikan bel lebih dahulu. Karyawan akan membukakan tetapi akan mengunci kembali pintu. Bila tamu atau siapa pun yang lain akan pulang atau keluar, dia harus memberi tahu salah satu karyawan yang akan membukakan pintu dan menguncinya kembali.

"Oooo ..... Kuwi, ta? Ora ana kerawan sing ngancam keamanan Domus, kok. Mung nggo ngajari hidup berbudaya para tamu sing bludhas-bludhus ha ha ha ...." (Oooo ..... Itu, ta? Tak ada kerawanan yang mengancam keamanan Domus, kok. Itu hanya untuk mengajar hidup berbudaya para tamu yang biasa masuk dan keluar seenaknya tanpa permisi ha ha ha ....) Rama Bambang menjelaskan alasan pintu terkunci ke Mas Handoko. Kemudian Rama Bambang berceritera bahwa cukup lama orang-orang dan banyak tamu dari rama-rama tertentu, mungkin karena merasa dekat dengan sang rama, seenaknya masuk dan keluar Domus. Mereka banyak yang terasa amat tidak sopan masuk rumah orang. Bahkan banyak yang lewat begitu saja tanpa permisi atau menyapa ketika ada rama atau rama-rama lain sedang duduk-duduk. Terhadap karyawan tak sedikit yang sering memerintah bahkan mencela bagaikan yang punya rumah atau bossnya. Memang, terhadap kenyataan seperti ini, pernah pula terjadi kehilangan di salah satu rama yang biasa mendapat banyak tamu seperti beberapa kali HP dan uang. Kini para karyawan sudah berani bersikap karena dorongan para rama. Kondisi ini pula yang membuat para rama Domus mengambil kebijakan untuk selalu mengunci pintu keluar dan masuk gedung induk Domus Pacis. "Soal kebudayaan, ta? Ha ha ha ...." kata Mas Handoko. Rama Agoeng pun, ketika sedang makan pagi bersama Selasa 11 Februari 2014, tertawa mendengan kisah ini. Kini Domus sudah tidak seperti omah suwung (rumah kosong tanpa penghuni) yang membuat orang luar bisa keluar masuk tanpa permisi.

0 comments:

Post a Comment