Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, February 22, 2014

Sabda Hidup


Minggu, 23 Februari 2014
Hari Minggu Biasa VII
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Im. 19:1-2,17-18; Mzm. 103:1-2,3-4,8,10,12-13; 1Kor. 3:16-23; Mat. 5:38-48. BcO 2Kor. 1:1-14


Matius 5:38-48:
38 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. 39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. 40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. 41 Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. 42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. 43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. 44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. 45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. 46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? 48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Renungan:
Beberapa hari yang lalu Jogja diliputi oleh abu letusan Gunung Kelud. Hujan tak segera kunjung datang. Abu yang lembut dan kering bertebaran di mana-mana. Rumah dan aneka perkakas tidak ada yang tak tersentuh si putih lembut namun kasap. Semua berusaha membersihkan rumahnya dengan semprotan air, ngepel dll. Namun itu tak cukup. Maka orang pun merindukan hujan.
Si baik dan si jahat, si tekun dan si malas, semuanya menantikan hujan. Akhirnya hujan pun datang secara merata bagi semuanya. Orang-orang pun bersyukur atas hadirnya hujan.
Dari peristiwa itu terasa kalau hujan pun bisa melegakan semua orang, apalagi Tuhan. Namun rasanya ada syarat kala ingin mendapatkan kelegaan tersebut. Syaratnya sederhana: mampu menerima yang terjadi. Kala hujan tiba ia mampu menerima tetesan air hujan itu dan tidak mengeluhkannya. Kala berhadapan dengan yang jahat mampu menerimanya sebagai manusia. Ketika terpuruk kita pun menerimanya sehingga kita bisa segera bangkit, tidak terkungkung oleh kepedihan. Kemampuan menerima ini akan memberikan kelegaan bahkan kesaksian pada siapapun.

Kontemplasi:
Duduklah di suatu tempat yang tenang. Bayangkan seseorang yang selalu berselisih paham denganmu. Bertanyalah mengapa itu terjadi. Lalu bacalah dan renungkan: Injil Mat. 5:38-48 

Refleksi:
Tulislah hasil kontemplasimu dan susunlah untuk berdamai dengan yang sering berselisih paham dgmu.

Doa:
Ya Yesus semoga aku bisa menjalankan pesan2mu, khususnya yang hari ini ditulis dalam Injil Mat. 5:38-48 Amin.

Perutusan:

Aku ingin menjaga keharmonisan relasi dengan siapapun dan menjadi berkat bagi mereka.

0 comments:

Post a Comment