Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, February 10, 2014

MBILI WAE


"Ha ha ha ..... Rama Harto le mamah lucu. Mecucu-mecucu" (Ha ha ha .... Cara mengunyah Rama Harto lucu. Bibirnya mengerucut bergerak-gerak ke depan) kata Rama Bambang terkekeh-kekeh pada makan malam Jumat 7 Februari 2014. Tentu saja Rama Yadi, Mbak Tari, dan Mas Santosa yang menyuapi Rama Tri Wahyono ikut tertawa geli. Rama Tri yang hanya mendengar juga ikut melebarkan bibir. "Wong atos kok, rama" (Soalnya keras kok, rama) kata Mbak Tari yang disahut oleh Rama Yadi "Ora atooooos .... Ning gempi" (Tidak keraaaaas .... Tetapi padat). "Soale Rama Yadi pikantuk ingkang gempi. Rama Harto pikantuk ingkang sampun ngayu" (Soalnya Rama Yadi mendapatkan yang padat, sementara itu Rama Harto mendapatkan yang sudah seperti kayu) sambung Mbak Tari yang juga disambut tertawa dari semua.

"Nggih niku akibate nek seneng tiru-tiru. Rama Harto rak gampang kena pengaruh kancane pas njupuk napa" (Itulah akibatnya kalau suka meniru. Rama Harto kan mudah terpengaruh teman yang ambil apa) komentar Rama Bambang. Kata-kata Rama Bambang hanya didasarkan pada kebiasaan Rama Harto yang tampaknya selalu tertarik pada makanan yang tampak dinikmati oleh teman rama semeja makan. Malam itu Rama Yadi tidak menyantap nasi tetapi mengambil mbili, yaitu jenis umbi seperti singkong atau ketela yang sering dimakan untuk pengganti nasi. Mungkin melihat Rama Yadi yang tampak menikmati, ketika Mbak Tari bertanya "Rama dipundhutke sekul?" (Rama diambilkan nasi?), Rama Harto berkata "MBILI WAE" (Mbili saja). Ternyata sesudah mendapatkan potongan mbili yang sudah dikupas, Rama Harto tampak sulit sekali mengunyah melembutkannya. Mungkin karena hanya mengunyah dengan gigi-gigi depan, maka bentuk wajah Rama Harto menjadi lucu dengan bibirnya yang mengerucut bergerak-gerak ke depan. "Pripun-pripuna sing enak niku nggih endhog asin" (Bagaimanapun yang enak adalah telor asin) kata Rama Bambang membuat pengaruh. Dan Mbak Tari pun bertanya kepada Rama Harto "Kersa tigan asin?" (Mau telor asin?) yang disambung kata Rama Harto "Ya" dengan anggukan kepalanya. Dan Rama Bambang pun terkekeh-kekeh lagi ..... dalam hati.

0 comments:

Post a Comment