Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, February 12, 2014

SEBUAH CAKRAWALA PEREMPUAN

Kisah Para Wanita yang Menikah di Atas Usia 50 Tahun


Ada mitos mengatakan: wanita di atas 50 tahun lebih besar kemungkinan tersambar petir daripada menemukan pasangan. Tentu saja mitos itu sepenuhnya salah! Keenam wanita berikut membuktikan bahwa masih mungkin untuk menikah pada usia berapa pun - dan bahwa cinta sejati benar-benar layak untuk dinanti.

Linda Passante, New York City, menikah pada April 2011 dalam usia 52 tahun

Kisahnya: "Aku ingin pernikahan menjadi sebuah kemitraan yang setara, di mana aku bisa mengejar hasrat dan karierku sebagai CEO dan salah satu pendiri dari The Halo Grup dengan dukungan suamiku. Namun, aku tertarik pada pria kebanyakan yang memiliki harapan yang besar mengenai sang istri, dan aku tahu salah satu dari mereka akan mencoba untuk mengubahku. Aku bertemu Jack ketika aku berusia 46 tahun! Dia seksi, pintar, baik dan, terbaik dari semua, nyaman dengan dirinya sendiri, sehingga keberhasilanku tidak mengancamnya. Dia memiliki tiga anak, dan aku tidak ingin memaksakan diri untuk membina hubungan rumah tangga, jadi kami menunggu selama beberapa waktu untuk menikah."

Sarannya: "Anda tidak bisa mengikuti keinginan orang lain. Jalani kehidupan lajang Anda semenarik mungkin: ambil risiko, bersenang-senanglah, lihat dunia dan manjakan diri Anda. Jika aku ingin membelikan hadiah untuk orang lain atau diriku sendiri, aku tinggal melakukannya. Jika Anda menjalani hidup Anda, maka itulah yang akan terjadi. Dan apa yang nenekku  katakan mengenai cinta sejati adalah: Apa yang tidak terjadi dalam beberapa tahun, bisa terjadi dalam beberapa menit."

Clarissa Duvall, Louisville, Kentucky, menikah pada Juni 1995 dalam usia 51 tahun

Kisahnya: "Aku pernah menjadi biarawati dan meninggalkannya setelah enam tahun karena aku ingin menikah. Aku jarang berkencan. Begitu banyak laki-laki yang tidak serius memikirkan pernikahan di kehidupanku. Menginjak usia 40-an, aku berpikir, ‘Sepertinya aku akan melajang sepanjang sisa hidupku.' Tapi ketika aku berusia 50 tahun, seorang teman bertanya apakah aku ingin bertemu David. Dia telah bercerai, tidak memiliki anak dan bahagia hidup melajang. Hal ini cukup memberikan penyegaran karena kami tidak saling memaksakan diri untuk menjalin sebuah hubungan. Dia ingin mengenal dan mengetahui siapa diriku yang sebenarnya. Saat itulah aku mulai berpikir dialah orang yang aku nanti."

Sarannya: "Teruslah bermimpi. Jangan pernah menyerah karena usia Anda. Satu-satunya kekurangan adalah bahwa aku menginginkan momongan, tapi toh aku sudah dekat dengan anak-anak dari teman-temanku. Aku merasa sangat diberkati. Dan sekarang ada banyak pilihan untuk memiliki anak di usia 40-an. Anda tidak perlu memaksakan menjalin hubungan jika Anda belum siap."

Ginny Longo, Jersey Shore, New Jersey, menikah pada September 2009 dalam usia 50 tahun

Kisahnya: “Saat masih muda, aku pikir aku akan menikah di usia 20-an. Saat aku semakin tua, aku mulai menyadari pernikahan tidak terjadi pada semua orang dan pernikahan tidak membuat Anda menjadi seseorang yang lebih baik. Aku bertemu John ketika aku berusia 38 tahun dan dia 28 tahun, aku mengambil pekerjaan sampingan di tempat dia bekerja. Kami berteman selama beberapa waktu, jadi ketika aku jatuh cinta padanya, perbedaan usia tidak menjadi permasalahan. Kami akhirnya berkencan untuk waktu yang lama. Kemudian, menikah pun menjadi pilihan yang tepat."

Sarannya: "Cintai diri Anda terlebih dahulu. Anda harus bahagia dengan diri Anda yang sebenarnya sebelum Anda dapat berbagi dengan orang lain dan menerima bahwa kehidupan berjalan dengan cara yang berbeda bagi setiap orang."

Margaret Watterworth, Albany, New York, menikah pada Mei 2013 dalam usia 60 tahun

Kisahnya: "Semua orang mengatakan kepadaku bahwa aku tidak bisa bergaul. Saat aku semakin tua, aku kehilangan rasa malu dan mencoba website jodoh seperti Match.com dan J-Date. Aku terus berkata pada diri sendiri, 'Siapa tahu?’. Sembilan bulan di Match (dan setelah berkencan dengan 10 sampai 15 pria), Rod mengirimiku pesan. Aku menyukainya sejak pertama bertemu dengannya. Dia tidak seperti orang-orang  pada umumnya aku temui. Agama kami berbeda, namun nilai-nilai yang kami junjung tetaplah sama. Dan anak-anaknya yang sudah beranjak dewasa senang melihatnya bahagia. Mereka selalu membuatku merasa diterima. Setelah berpacaran selama satu tahun, kami pun menikah." 

Sarannya: "Anda merasa kecil hati. Itu normal. Ketika Anda menginjak usia lebih dari 50 tahun, Anda berkata, 'Kemungkinan aku menikah sangatlah tipis’. Tapi itulah yang terjadi. Cobalah bergabung dengan biro jodoh online. Kunjungi tempat-tempat di mana Anda dapat bertemu seseorang. Acara pernikahan adalah cara yang baik untuk bertemu orang-orang. Bar, dalam pengalamanku, bukan tempat yang baik untuk bertemu seseorang."

Tina Tedder, Atlanta, menikah pada usia 50 tahun, Desember 2012

Kisahnya: "Sebelumnya aku tidak terlalu ingin menikah dan mencari pasangan. Tapi ketika aku menginjak usia 46, aku mengalami komplikasi dengan pneumonia dan tidak tahu apakah aku akan berhasil melewatinya. Kemudian, seorang penasihat spiritual mengatakan bahwa aku bisa bertahan karena aku ‘masih ingin mengalami cinta.' Ketika aku berusia 49 tahun, aku menjalani operasi kaki. Temanku memintaku untuk menelepon kakaknya, Ted, yang menjalani operasi yang sama. Ted dan aku saling berkomunikasi lewat telepon untuk sementara waktu sebelum kami bertemu secara langsung. Kemudian, dia datang ke rumahku dan mencoba untuk mengajariku bermain gitar. Kemudian, aku mulai pergi ke rumahnya. Kami berpacaran dan enam bulan setelah kami bertemu, dia pun melamarku."

Sarannya: "Di sebuah kelompok gereja, seorang wanita yang lebih tua dari aku dan belum pernah menikah mengatakan bahwa dirinya terinspirasi olehku dan bertanya tentang apa yang harus dia lakukan. Menurutku ini semua adalah tentang waktu, waktu yang tepat. Jadi aku hanya menjalani hidupku dan mempercayakan sisanya kepada alam semesta."

Barbara Zamost, San Francisco, menikah pada Agustus 2013 dalam usia 50 tahun

Kisahnya: "Bagiku menikah bukanlah hal yang penting, namun seiring berjalannya waktu, ditambah setelah ayahku meninggal, aku berpikir, 'Aku tidak punya ayah yang bisa mengantarku berjalan menuju pelaminan’. Temanku menjodohkanku dengan Alan, seorang pria yang dia kenal dari sekolah tempat putrinya belajar. Kami berencana mendaki gunung saat kencan pertama kami, tapi ketika itu hujan turun. Di situ mulai tumbuh ikatan, tetapi yang lebih penting lagi, hubungan yang indah. Kami bertunangan di puncak gunung yang kami daki, dan hujan pun kembali turun. Ketika seseorang menyatakan lamarannya, rasanya luar biasa!"

Sarannya: "Kita semua cenderung punya pola yang sama dalam setiap hubungan asmara. Jika masalah Anda masih saja sama setiap kali berpisah, atasilah setiap luka, amarah atau masalah kepercayaan pada diri sendiri, dan temukan polanya. Kemudian, carilah sesuatu yang berbeda. Anda harus menautkan hati dengan pasangan yang tepat. Aku merasa benar-benar bahagia bisa bertemu Alan."(gf/wy)

_____________________________________________________________________

Catatan Blog Domus:
Artikel ini diambil untuk cakrawala bagi kaum perempuan lajang usia 50an tahun dan atau janda.
Sebagai cakrawala harus dilandasi dengan pertimbangan keagamaan sehingga menjadi penghayatan iman dalam perkembangan situasi hidup dan budaya setempat.
_______________________________________________________________________________________

0 comments:

Post a Comment