Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, July 8, 2014

ORANG TUA DEA



Ini terjadi pada Minggu 6 Juli 2014. Sekurang-kurangnya bagi Rama Bambang hari ini adalah hari yang sungguh membuat capek. Pagi dari jam 09.00-12.00 ada acara Novena di Domus yang praktis harus sudah siap sejak jam 07.00 dan sungguh selesai urusan pada jam 13.30 karena ada makan bareng dan menunggu para relawati pulang. Sesudah itu bersama Bu Mumun, Bu Rini, dan Bu Ratmi, Rama Bambang menuju kampung Tanjung melayat Bapak Warno salah satu keluarga Bu Yucha. Bu Yucha adalah salah satu relawati masak untuk Domus Pacis. Demikian jenasah diberangkatkan ke kuburan, rombongan Domus Pacis ini langsung pulang karena jam 17.00 ada Misa Ulang Tahun Imamat ke 15 Rama Agoeng.

Ketika rombongan kecil itu sampai di depan gedung gereja Pringwulung sekitar jam 14.45, tampaklah beberapa mobil dengan plat H. Rama Bambang berpikir bahwa mereka adalah tamu Rama Harto. Sesudah memarkir mobilnya, Rama Bambang melihat orang-orang yang datang itu membawa beberapa bingkisan. "Tamu dari Ungaran, rama" kata Bu Mumun yang mendekati mereka kepada rama Bambang. "Adhuh, dha nekad teka" (Aduh, ternyata mereka nekad datang) kata Rama Bambang dalam hati. Rama Bambang ingat pada tanggal 4 Juli 2014 di dalam telepon menyatakan tidak bersedia menerima kunjungan dari Lingkungan Pudak Payung, Paroki Ungaran, dengan alasan Domus Pacis sedang padat acara. Meskipun demikian pada Minggu itu Rama Bambang ikut menemui di ruang pertemuan dalam. Rama Yadi juga sudah siap. Rama Agoeng pun ikut menyalami 26 orang tamu satu persatu.

Ketika Rama Yadi mengucapkan selamat datang dan memperkenalkan sekilas Domus Pacis, Rama Harto masuk dengan masih berpakaian siap mandi. "Rama, niki dha tepung Rama Tri, lho. Rama Tri pun tau teng Ungaran, ta?" (Rama, mereka sudah kenal Rama Tri, lho. Rama Tri pernah berkarya di Paroki Ungaran, 'kan?) Rama Bambang berkata kepada Rama Agoeng yang langsung bergerak menuju kamar Rama Tri untuk menjemputnya ikut menyambut tamu. Pertemuan selama sekitar 45 menit pun berjalan dengan akrab dan penuh keriangan. Ternyata salah satu bapak pernah menjadi jaringan Komsos. Bapak inilah yang menghubungi Rama Agoeng untuk kunjungan ke Domus. Rama Agoeng meminta mereka datang sekitar jam 15.00 ketika ada saat luang dari acara Minggu itu. Ketika ketua Lingkungan Pudak Payung, yang memiliki anggota 20 keluarga, habis berbicara untuk berpamitan, Rama Agoeng berkata kepada Rama Bambang "Rama, niku bapakne Dea, lho" (Rama, beliau itu ayah Dea, lho). Rama Bambang ingat gadis bernama Dea yang dulu ikut aktif di Komsos. Tiba-tiba seorang ibu berdiri dan berseru "Kula ibune. Dea pundi. Rak ngge nami segawon, ta?" (Saya ibunya. Di mana Dea. Dipakai untuk nama anjing, ta?) yang membuat semua tertawa terbahak-bahak. Rama Bambang pun ikut tertawa dengan bayangan berhadapan dengan Dea dan berkata pada suatu hari "Salah sijine kirik Domus bakal takjenengi Dea" (Salah satu anak anjing di Domus akan kunamai Dea). Ternyata Dea berceritera kepada orang tuanya tentang yang pernah menjadi kebiasaan Domus, yaitu setiap anjing betina diberi nama gadis atau ibu muda yang sering datang ke Domus.

0 comments:

Post a Comment