Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, July 24, 2014

Sabda Hidup

Jumat, 25  Juli 2014
Pesta St. Yakobus Rasul
warna liturgi Merah
Bacaan:
2Kor. 4:7-15; Mzm. 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6; Mat. 20:20-28.  BcO Kis. 5:12-32 atau 1Kor. 1:17 - 2:5 atau 1Kor. 4:1-16.

Matius 20:20-28:
20 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. 21 Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." 22 Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." 23 Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." 24 Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. 25 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; 28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Renungan:
Negosiasi seorang ibu. Dalam sebuah percakapan sederhana seorang bapak mengatakan pada isterinya, "Bu, besok ibu saja yang datang ke sekolah untuk membicarakan uang gedung sekolah anak kita." Sang ibu, "Kenapa harus saya, saya kan juga kerja." Bapak, "Iya ibu saja. Perempuan lebih luwes tawar menawar. Aku tidak luwes Bu."
Dalam banyak peristiwa kehidupan memang tampak bahwa perempuan lebih luwes dalam bernegosiasi daripada lelaki (semoga saya tidak salah). Mereka biasa melakukan itu kala lagi belanja, kala memperjuangkan sesuatu dll. Seratus rupiah pun sering ditawar kala seorang ibu membeli sayur di pasar. Ketrampilan bernegosiasi ini sungguh terasah dalam hidup perempuan. Soal hasilnya seperti apa tidaklah terlalu penting, yang penting negosiasi-tawar menawar dijalankan terlebih dulu.
Hal demikian pun dilakukan Ibu anak-anak Zebedeus. Ia mencoba peruntungan posisi anak-anakya. Ia meminta posisi bagi kedua anaknya kepada Yesus. Walau permintaan itu tak membuahkan hasil ia telah melakukan kewajibannya sebagai seorang ibu. Dan bagi yang punya wewenang (dalam hal ini Yesus) tidak gampang terpengaruh dengan percobaan-percobaan seperti itu. Semoga pemimpin-pemimpin bangsa ini pun tidak gampang goyah karena pengajuan nama-nama orang yang akan membantunya.

Kontemplasi:
Pejamkan matamu. Ingatlah tindakan-tindakan yang dibuat ibumu untuk membela dirimu.

Refleksi:
Apakah yang pantas kausyukuri dari ibumu? Apa yang perlu kaupegang bila dirimu menjadi pimpinan dan memilih pembantu-pembatumu?

Doa:
Ya Yesus aku bersyukur mempunyai ibu yang memperhatikanku. Aku juga tetap berdoa agar para pimpinan tetap berpegang pada kehendakMu dalam memilih pembantu-pembantunya.. Amin.

Perutusan:
Aku akan berdoa bagi para pemimpin terpilih agar mampu memilih pembantu yang tepat, bukan sekedar karena balas budi.

0 comments:

Post a Comment