Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, July 18, 2014

Sabda Hidup

Sabtu, 19  Juli 2014
Hari Biasa
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Mi. 2:1-5; Mzm. 10:1-2,3-4,7-8,14; Mat. 12:14-21. BcO Ayb. 7:1-21

Matius 12:14-21:
14 Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. 15 Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana. (12-15b) Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. 16 Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia, 17 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: 18 "Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. 19 Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. 20 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. 21 Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap."

Renungan:
Melihat perkembangan dunia politik Indonesia saat ini terasa sekali bahwa pertemanan dalam satu koalisi sangatlah rentan. Perkelompokan yang awalnya tampak kental makin hari makin terasa cair kala kekuatan yang diharapkan tak mampu memenuhi ekspektasinya. Mereka hanya berkelompok pada orang kala dirasa orang tersebut kuat. Namun ketika yang dijagokan melemah mereka pun berusaha menempel yang kuat. Tentu perilaku ini memuat aneka macam alasan.
Hal berbeda ditampilkan oleh Yesus. "Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang" (Mat 12:20). Yesus memelihara persahabatan bukan atas dasar kekuatan kawannya. Mereka yang melemah dikuatkan, mereka yang kuat dijaga. Mereka yang rapuh tak dipatahkan.
Sebagai murid Kristus kita pun dipanggil menjadi sahabat-sahabat sejati bagi sesama kita. Tidak selayaknya kita hanya bersahabat dengan sesama kita kala mereka kuat dan punya posisi. Pada mereka yang menjadi rapuh kita mesti hadir dan menguatkannya. Pada mereka yang layu kita dipanggil untuk menyegarkan kembali. Persaudaraan kita bukan karena kekuasaan tetapi karena kesadaran akan putera-puteri Tuhan.

Kontemplasi:
Pejamkan matamu dan bayangkan Yesus yang mendatangimu dan mengatakan, "Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang."

Refleksi:
Apa tipikal persahabatanku dengan sesamaku?

Doa:
Ya Yesusku, aku sungguh bersyukur mengimaniMu. Engkau tak pernah membiarkanku patah dan padam. Engkau telah mengangkatku menjadi sahabatMu. Engkaulah sahabat sejatiku. Amin.

Perutusan:
Aku tidak akan meninggalkan teman-temanku yang lagi lemah.

0 comments:

Post a Comment