Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, July 17, 2019

Santo Alexius

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 659 Diterbitkan: 20 Januari 2019 Diperbaharui: 22 Januari 2019
ilustrasi darikoleksi Blog Domus

  • Perayaan
    17 Juli (Gereja Barat)
    17 Maret (Gereja Timur)
  • Lahir
    Hidup pada abad ke-4
  • Kota asal
    Roma, Italia
  • Wilayah karya
    Edessa - Syria (sekarang bernama Sanli Urfa - Turki)
  • Wafat
    Awal Abad ke-5
  • Beatifikasi
    -
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation Sumber : Katakombe.Org

Santo Alexius (atau Alexis), adalah seorang rahib kudus yang hidup sebagai pengemis di abad keempat. Ia dikenal karena Kesucian hidup dan dedikasinya kepada Kristus. Ada dua Tradisi berbeda tentang Orang Kudus ini. Tradisi Syria dan Tradisi Yunani.
Menurut tradisi Syria, Santo Alexius adalah seorang kudus yang dihormati oleh umat Gereja Timur dan kemudian dihormati juga oleh Gereja Barat (Roma) karena orang kudus ini adalah seorang Romawi. Tradisi Gereja Syiria menuturkan: Pada masa keuskupan Uskup Rabbula (412–435), terdapat seorang "Hamba Tuhan" yang tinggal di Edessa, sebagai seorang pengemis, dan sering berbagi sedekah yang ia terima dengan kaum miskin. Ia ditemukan sebagai warga asli kota Roma setelah kematiannya.
Menurut Tradisi Yunani: Alexius adalah seorang pemuda bangsawan, putera seorang Senator yang di hormati di kota Roma. Ia merasa jenuh dengan kehidupannya yang penuh kemewahan dan kemegahan duniawi. Baginya, semua harta dunia tidak dapat memberikan kebahagiaan sejati. Ia ingin menjadi seorang pertapa dan mempersembahkan seluruh hidupnya bagi Yesus.  
Namun sebagaimana kebiasaan para bangsawan Romawi di masa itu, kedua orang tuanya telah memilihkan jodoh untuknya dan mengatur hari pernikahannya. Menjelang hari pernikahannya, Alexius kabur dari rumah. Ia pergi ke kota Edessa (di masa ini Edessa adalah sebuah Metropolis Kristen yang makmur. Kota ini sekarang bernama Sanli Urfa dan menjadi wilayah negara Turki) dan tinggal disana sebagai seorang pengemis dan pertapa.
Setiap pagi Alexis mengemis di pintu gerbang Gereja Santa Maria di Edessa. Saat hari mulai senja ia kembali ke pertapaannya dan melewatkan malam yang panjang dalam doa dan matiraga. Salah satu doanya yang terkenal adalah :  Aku bersyukur kepada-MU ya TUHAN, karena ENGKAU telah memanggil aku dan meluluhkan hati banyak orang untuk memberikan aku sedekah dalam nama-MU. Selesaikanlah dalam diriku pekerjaan luhur yang telah KAU mulai.  
Suatu hari, dalam sebuah penglihatan, Bunda Maria menunjuk pada pengemis Alexius dan menyapanya sebagai “Hamba Tuhan”. Kota Edessa segera saja gempar dan pengemis suci Alexius menjadi sangat tekenal hingga kehidupan rohaninya terganggu. Beberapa saat kemudian Alexius meninggalkan pertapaannya karena ia tidak bisa lagi bertapa disitu. Setiap hari tempat itu selalu dipenuhi umat yang datang memohon doa dan berkatnya.
Alexius meninggalkan Edessa dan kembali ke Roma di mana dia tidak akan dikenal lagi. Tubuhnya yang dulu tegap berotot, kini kurus dan ringkih. Wajahnya yang dulu bersih dan tampan, kini berjanggut dan penuh keriput. Namun sorot matanya yang lembut penuh kasih akan meluluhkan kekerasan hati setiap orang yang bertemu dengannya.
Dia mengemis di pintu gerbang rumahnya sendiri dan kedua orangtuanya tidak mengenalinya. Namun kedua orang tuanya terkenal dermawan dan murah hati kepada para orang miskin. Mereka membiarkan “Pengemis dari Edessa” itu untuk tinggal bersama mereka. Alexius hidup selama tujuh belas tahun di ruang kecil dibawah tangga istana keluarganya. Sepanjang hari dilaluinya dengan berdoa, bermeditasi dan mengajar katekismus pada anak-anak kecil.
Disaat kematiannya, sebuah suara bergema di istana keluarga itu yang menyatakan bahwa pengemis tersebut adalah seorang “Hamba Tuhan”. Keluarganya lalu menemukan sebuah catatan di tubuhnya yang menerangkan tentang jati dirinya dan bagaimana ia menjalani kehidupan sebagai pengemis dan pertapa sejak kabur di hari pernikahannya dulu.
Sejak abad kedelapan Gereja Barat merayakan pesta santo Alexius pada setiap tanggal 17 Juli. Dalam Roman Martyrologi tanggal 17 Juli tertulis: "Di Roma, di sebuah gereja di Bukit Aventine, seorang Hamba Tuhan dirayakan dengan nama Alexius, yang seperti disebutkan oleh tradisi, meninggalkan rumah kaya, demi menjadi miskin dan memohon sedekah yang tidak dikenali. " (qq).
SANTO ALEXIUS 17 Juli
Dia mengemis di pintu gerbang rumahnya sendiri dan kedua orangtuanya tidak mengenalinya. Namun kedua orang tuanya terkenal dermawan dan murah hati kepada para orang miskin. Mereka membiarkan “Pengemis dari Edessa” itu untuk tinggal bersama mereka. Alexius hidup selama tujuh belas tahun di ruang kecil dibawah tangga istana keluarganya. Sepanjang hari dilaluinya dengan berdoa, bermeditasi dan mengajar katekismus pada anak-anak kecil.
Selengkapnya lihat "Santo Alexius" dalam ORANG KUDUS www.domuspacispuren.blogspot.com
 Sumber : Katakombe.Org

0 comments:

Post a Comment