Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, March 4, 2014

BANYAK PESERTA


Di Kapel Sanata Dharma siang Minggu 2 Maret 2014 jam 14.00 ada Misa Perkawinan yang dipimpin oleh Rama Totok, Rama Kepala Paroki Pringwulung. Pihak mempelai pria adalah anak Bu Titi Waluyanti, salah satu relawati Domus Pacis. "Mau novenane sing melu akeh ora?" (Tadi novena diikuti oleh banyak umat tidak?) tanya Bu Laksana yang tampak berperanan besar dalam proses upacara sehingga setiap kali memberikan petunjut-petunjuk dengan berbisik pada penanggung jawab dokumentasi foto dan shooting. Barangkali Bu Laksana, yang juga menjadi salah satu relawati Domus, khawatir akan jumlah peserta karena dia harus memintakan pamit banyak orang dari Ambarrukmo dan Nologaten dari hadir dalam Novena Ekaristi Seminar tahap pertama di Domus Pacis 2 Maret 2014 jam 09.00-12.00. Bu Mumun yang dalam novena hari itu amat sibuk karena banyak relawati harus membantu pelaksanaan perkawinan itu menjawab "Oooo, akeh banget" (Oooo, banyak sekali).

Novena tahap pertama tahun 2014 hari itu memang diikuti oleh amat banyak peserta paling tidak untuk ukuran Domus Pacis. Biasanya peserta berjumlah antara 150-210 orang. Tetapi untuk hari itu ada pendaftar 285 orang. Walaupun ada 13 orang yang menyatakan pamit, ternyata ada lebih dari 15 orang hadir tanpa mendaftarkan diri lebih dahulu. Untunglah Bu Painem dan Bu Rini, yang menggantikan tim Bu Tatik yang biasa bertanggungjawab keadaan konsumsi, menyediakan lebih dari 300 porsi. Semangat para peserta novena memang amat terasa. Pak Loly, yang ternyata menjadi saksi dalam Misa Perkawinan itu, juga mengikuti hingga selesai bagian seminar pada jam 11.25. Beliau pulang lebih dahulu karena harus berdandan dengan busana tradisional Jawa. Ketika selesai bagian misa dan saat makan bersama berlangsung, banyak peserta yang kembali merubung mengajukan berbagai pertanyaan kepada Pak Kadi yang menjadi pembicara.

Jumlah banyak dari peserta itu terjadi karena beberapa kemungkinan. Mungkin karena Pak Kadi sudah terkenal menarik sebagai pembicara. Mungkin karena temanya menyentuh lubuk hati. Mungkin karena ini baru tahap pertama sehingga di tahap bulan-bulan berikutnya akan berkurang. Mungkin karena hebatnya para penggerak (dari Pringwulung: Pak Loly, Bu Mumun, Bu Titik Puren; dan dari luar Pringwulung:
Bu Sundari, Bu Nanik, Pak Murhadi, Bu Indah, Pak Miyoto, Bu Rini, Pak Emil, Bu Riwi, Bu Theo, Pak Kormar, Bu Sri Lestari, Bu Taryo). Atau ada kemungkinan lain lagi diluar perkiraan Rama Domus Pacis.

Novena tahap kedua akan menghadirkan Bapak Drs.Singgih HS dari UGM yang berdomisili di Minomartani. Beliau akan berbicara di sekitar gunane wong tuwa (peranan kaum tuwa) pada Minggu Pertama April 2014 tanggal 6. Yang ditulis sebagai tema adalah Wis Ora Kanggo? Tema ini diajukan dalam rangka masukan bagi kaum tua yang sering mengalami galau atau risau. Pendaftaran paling lambat tanggal 31 Maret 2014.

0 comments:

Post a Comment