Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, March 10, 2014

RAMA YADI


Pada kesempatan makan siang Senin 10 Maret 2014 Rama Agoeng, Rama Tri Wahyono, Rama Harto sudah siap ketika Rama Bambang masuk kamar makan. Mbak Tari dan Mas Krisa pun siaga menyuapi Rama Harto dan Rama Tri Wahyono. Ketika semua sudah menempati kursi masing-masing, suasana jadi lengang karena kursi Rama Yadi masih kosong. "Rama Yadi sare napa?" (Apa Rama Yadi masih tidur?) tanya Rama Bambang kepada Mbak Tari yang langsung berdiri dan pergi menuju kamar Rama Yadi. Mbak Tari biasa memanggil Rama Yadi atau Rama Bambang bila saat makan tiba. "Rama Yadi tindak. Kamar kosong lan motoripun mboten wonten" (Rama Yadi pergi. Kamar kosong dan motornya tidak ada) kata Mbak Tari yang diteruskan oleh Rama Harto dengan pembuka doa makan. Suasana menanti Rama Yadi terjadi lagi ketika Rama Harto, Rama Bambang dan dua anak muda tamu Rama Harto sudah siap ikut misa pada jam 18.00 di Kapel Domus. Tetapi tak perlu menanti lama karena Mbak Tari masuk dan berkata "Rama Yadi mentas cabut gigi, taksih sakit" (Rama Yadi masih merasakan sakit karena cabut gigi). Rama Bambang pun langsung menuju tempat memimpin misa bersamaan masuknya Rama Agoeng.

Ternyata Rama Yadi pada siang hari itu pergi ke Rumah Sakit Panti Rini, Kalasan. Sebenarnya beliau sudah cukup lama merasakan giginya sakit. Ketika seminggu lalu periksa dokter, gigi harus dicabut. Tetapi pencabutan itu belum dapat dilaksanakan karena tekanan darah yang tinggi. Rama Yadi kemudian harus minum obat penurun tekanan darah yang diberikan oleh dokter penyakit dalam. Setiap habis makan selalu mengecek tekanan darah dengan alat yang oleh Rama Bambang ditaruh di kamar makan. "Niki 'stipendium', misa merga sing duwe omah ngertos yen kula mesthi mboten purun nampi arta saking piyambakipun" (Ini 'stipendium' misa karena yang punya rumah tahu saya akan menolak uang dari dia) kata Rama Bambang ketika memberikan itu yang disambung oleh Rama Agoeng "Hadiah ugi mboten arta ning rabuk alami rong truk ngge kebon ha ha ha ...." (Hadiah pun bukan uang tetapi rabuk alami dua truk untuk kebun Domus Pacis ha ha ha ....) Rama Yadi memang berhasil menurunkan tekanan darah. Ketika makan malam beliau ada di kamarnya menyantap bubur dilayani oleh Bu Riwi yang biasa membantunya. "Pun berhasil cabut gigi, nggih?" (Sudah berhasil cabut gigi, ya?) kata Rama Bambang ketika menengok dikamar Rama Yadi sesudah misa yang dijawab oleh beliau "Dicabut loro. Nek pun mantun onten liyane malih sing kudu dicabut" (Dicabut dua. Kalau sudah sembuh, ada lagi lainnya yang harus dicabut).

0 comments:

Post a Comment