Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, March 21, 2014

SANG MANTAN VIKJEN



Pagi itu, Rabu 19 Maret 2014, Rama Harjaya dituntun oleh Pak Tukiran dengan merangkul pinggang beliau untuk berjalan-jalan. Pak Tukiran secara berkala biasa membawa Rama Harjaya berjalan dengan tertatih-tatih di teras ruang dalam Domus Pacis. Rama Harjaya, walau sering kali secara kaku dan kadang dengan susah payah, selalu hanya mengikuti di mana Pak Tukiran membawa. Beliau adalah salah satu penghuni terlama yang tinggal di Domus Pacis. Pada masa lampau Rama Harjaya menapaki kehidupan imamat hingga menjadi Vikep, Vikjen, dan bahkan Administrator Diosesan ketika ada kekosongan uskup di Keuskupan Agung Semarang sebelum Mgr. Ignatius Suharyo menjadi Uskup. Tetapi pengapuran pembuluh otak membuat beliau sedikit demi sedikit kehilangan memorinya. Bahkan selama hampir sepuluh tahun terakhir beliau sudah tidak dapat mengungkapkan komunikasinya selain hanya erangan dan teriakan. Dalam kondisi sakit pun beliau dapat hanya diam saja. Tetapi apapun yang disuapkan akan disantapnya secara pelahan-lahan. Rama Harjaya termasuk yang harus dilayani secara total dalam segalanya sehingga ada pramurukti yang selalu siap melayani terutama bila Pak Tukiran tak ada di Domus. Bila tampak kesakitan beliau akan dijemput oleh Rumah Sakit Panti Rapih sesudah mendapatkan telepon dari petugas Domus Pacis.

Rabu pagi itu oleh Pak Tukiran Rama Harjaya diajak masuk kamar Rama Bambang yang memang kerap menjadi langganan terminal. "Yok lungguh kursi sik" (Ayo duduk dulu di kursi) teriak Rama Bambang yang kemudian berkata kepada Pak Tukiran "Dilenggahke kursi, mas" (Didudukkan di kursi, mas). Ketika untuk menekuk kaki untuk didudukkan amat sulit, Rama Bambang berkata pada Pak Tukiran "Dipeksa mawon. Mboten napa-napa. Pancen carane ngaten, ta?" (Dipaksa saja. Tak apa-apa. Memang begitulah caranya, ta?). Dan ketika ada sedikit paksaan, akhirnya Rama Harjaya berhasil duduk di salah satu kursi di kamar Rama Bambang. "Nika onten roti semprong. Dibukakke lan didulangke" (Itu ada kue roti semprong. Dibukak saja dan disuapkan) Rama Bambang menunjuk kotak plastik berisi roti kepada Pak Tukiran. Di kamar Rama Bambang memang biasa ada kue sehingga bila Rama Harjaya mampir pasti dapat duduk-duduk sambil makan snak.

0 comments:

Post a Comment