Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, March 19, 2014

JOMPO TAPI SEHAT??


"Rama, yen mawi bis tumuju Pringwulung mergine pundi, nggih?" (Rama kalau berkendaraan dengan bus menuju Pringwulung harus lewat mana, ya?) tanya ibu penggerak tamu umat dari Klepu pada Minggu 16 Maret 2014 lewat telepon HP pada Rama Bambang yang menjawab "Bis gedhe napa cilik" (Busnya besar atau kecil). Ibu itu menjawab "Alit, rama" (Kecil, rama). Rama Bambang menjelaskan "Wetan kreteg Kali Gajah Wong menggok mergi dalan ke Nologaten kulon Ambarrukmo Plaza. Nek pun ngalor takon mawon dalan ke Pringwulung" (Timur jembatan Sungai Gajah Wong ke Utara jalan ke Nologaten sebelah Barat Ambarrukmo Plaza. Kalau sudah ke Utara, tanya saja jalan ke Pringwulung). Ternyata tidak sampai 30 menit rombongan itu datang.

Beberapa minggu sebelumnya, ibu penggerak rombongan bilang bahwa mereka akan datang ber-30 orang. Tetapi ketika masuk Domus Pacis, Rama Bambang menghitung dalam hati ternyata mereka berjumlah lebih dari 50 orang. "Pun dha ngertos ingkang asmanipun Rama Harto?" (Apakah sudah kenal Rama Harto?) tanya Rama Bambang dengan volume suara keras sambil menyalami mereka yang menjawab "Sampuuuuun" (Sudaaaah). Rama Bambang berseru sambil menunjuk Rama Harto yang sudah siap dengan kursi roda "Niku" (Itulah belia). Dan orang-orang itu segera berpindah berebut menyalami Rama Harto. Sesaat kemudian Rama Bambang berseru "Nek kalih Rama Yadi pun kenal dereng?" (Kalau dengan Rama Yadi kenal belum?) yang dijawab "Sampuuuun" (Sudaaaah) dan bahkan ada yang berseru "Saking Kleben" (Dari dusun Kleben, Paroki Klepu). "Lha nika sing rawuh ngangge kursi rodha" (Itulah yang datang dengan kursi roda) lanjut Rama Bambang yang membuat orang-orang bergerak berpindah menyalami Rama Yadi. Bahkan dua orang ibu tampak amat senang sekali karena berjumpa dengan Rama Yadi sebagai mantan guru dan kepala sekolahnya di SMP Santo Albertus Godean.

Ketika mereka sudah duduk di ruang pertemuan bersama Rama Yadi, Rama Harto, dan Rama Bambang, Rama Bambang mengajak semua menyanyikan Mangga-mangga Sami Ndherek Gusti. Kemudian seorang bapak yang biasa dipanggil Pak Trimo sebagai ketua lingkungan diminta oleh Rama Bambang menyampaikan kata-kata. Ketika Pak Trimo berkata "Kula sakanca saking Lingkungan Santo Yusup, Paroki Klepu, ing Dusun Ngenta-enta. Kepingin sowan rama-rama ingkang sampun jompo ning mesthi tetep sehat. Kula dhateng mawi bis setunggal lan setunggal mobil. Yen kalih lare-lare alit nggih langkung seket" (Kami dari Lingkungan Santo Yusup, Paroki Klepu, di Dusun Ngenta-enta. Kami ingin mengunjungi rama-rama jompo tapi pasti dalam keadaan sehat. Kami datang dengan satu bus dan satu mobil. Kalau anak-anak kecil dimasukkan, maka jumlah kami lebih lima puluh) Rama Bambang menyadari bahwa jumlah 30 orang hanyalah yang dewasa. Padahal banyak anak remaja dan bahkan balita (bawah lima tahun) yang ikut. Rama Yadi meneruskan dengan memberikan perkenalan singkat tentang penghuni Domus. Kemudian pertemuan sederhana itu menjadi akrab dan meriah karena terjadi saling tanya jawab antara para tamu dan tiga rama. Rama Harto sudah amat terkenal di antara mereka, karena dulu dikenal sebagai 'Rama Pencabut Nyawa' karena banyak yang meninggal sesudah menerima Sakramen Minyak Suci dari beliau. Sementara itu Rama Yadi juga berasal dari Klepu bahkan akrab dengan banyak orang Ngenta-enta di masa mudanya. Kunjungan ini diakhiri dengan bersama-sama minum teh yang disediakan Domus dan makan roti yang dibawa oleh para tamu.

0 comments:

Post a Comment