Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, December 24, 2018

LANSIA REBORN (Renungan Natalan Lansia)


Injil Misa Natal Siang

Di paroki-paroki Perayaan Ekaristi Malam Natal biasa untuk umum. Anak-anak memang sudah biasa dilayani dalam Misa Natal pagi. Bagaimana dengan kaum lanjut usia atau lansia? Kini mulai marak paroki juga mengadakan Misa Natal untuk lansia. Bahkan tidak jarang ada paroki yang menyertakan penerimaan Sakramen Pengurapan Orang Suci yang biasa disebut Sakramen Perminyaan. Dalam tulisan ini saya tidak akan membicarakan itu semua. Di sini saya mencoba untuk menimbang-nimbang apa makna Natal untuk kaum lansia. Misa Natal untuk lansia kerap terjadi pada tanggal 25 Desember dan dijalankan kalau hari sudah terang benderang. Hal inilah yang mendasarkan permenungan saya pada bacaan Injil Hari Raya Natal siang, yaitu Yoh 1:1-5.9-14 :
1:1. Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
1:2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.
1:5. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
1:9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
1:10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
1:11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.


Peristiwa Ilahi

Yesus derap karya Allah

Perayaan Natal memang berbicara tentang kelahiran sosok manusia bernama Yesus. Yesus memang manusia yang disebut Orang Nazaret (Mat 2:23) dan anak Yusuf (Luk 4:22) serta memiliki ibu bernama Maria (Mat 1:18). Tetapi kesejatian Yesus di dalam iman para murid-Nya adalah juga sungguh-sungguh Allah. Yohanes dalam Injilnya mengatakan bahwa Dia adalah Allah, karena Yesus adalah Firman yang ada pada Allah. Maka orang Kristiani meyakini Yesus yang punya hakikat keilahian Sang Pencipta langit dan bumi sebagaimana tertulis dalam Yoh 1:2-3 “Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.”

Di hadapan manusia Yesus adalah sumber segala terang yang menghadirkan keceriaan karena dalam Dia ada kehidupan sejati. “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.” (Yoh 1:4) Di dalam Kitab Suci omongan tentang hidup berarti ada dalam lingkungan ilahi. Ini amat berlawanan dengan dunia orang mati yang berada di luar kebersamaan dengan Allah. Pemazmur berkata “Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepada-Mu; siapakah yang akan bersyukur kepada-Mu di dalam dunia orang mati?” (Mzm 6:6) Pada zaman dulu ada keyakinan bahwa hanya yang bersama Allah yang mengalami hidup. Tetapi kalau berdosa karena ikut tuntunan setan, orang akan mati “Sebab upah dosa ialah maut” (Rom 6:23).

Gambaran kebersamaan dengan Allah juga biasa digambarkan sebagai suasana terang dalam diri manusia. “TUHAN adalah terangku” (Mzm  27:1) kata pemazmur. Gereja pun mengatakan “Terang para bangsalah Kristus itu” (Lumen Gentium 1). Kalau Allah adalah terang, maka kegelapan adalah lingkungan kuasa jahat (band Mat 4:16). Kalau Misa Natal siang dibacakan Injil Yohanes, maka Natalan menjadi peristiwa “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.” (Yoh 1:5). Allah hadir tengah-tengah dunia yang oleh Yohanes dipandang sebagai kancah alam gelap.

Yang tak terbatas menjadi bagian yang terbatas

Allah biasa digambarkan sebagai yang serba maha. Segala-galanya tak terbatas. Dialah yang “yang menetapkan segala batas bumi” (Mzm 74:17). Allah tak memiliki batas ruang dan waktu. Allah adalah satu-satunya Penguasa (band 1Tim 6:15). “Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri.” (1Tim 6:16) Hal ini amat sangat berbeda dengan realitas manusia. Kalau Allah itu ada dalam kekekalan, manusia memiliki batas usia. Sekalipun dengan tekhnologi informasi tingkat tinggi sehingga dapat memiliki hubungan tanpa batas ruang dan waktu, bagaimanapun juga fisik seseorang selalu berada di tempat tertentu dan pada saat tertentu. Manusia hidup dalam batas ruang dan waktu. Realitas manusia selalu ada dalam keterbatasan-keterbatasan dalam perkembangan situasi hidupnya. Orang mengalami masa jadi janin, masa bayi, masa balita, masa kanak-kanak, masa remaja, masa muda, masa dewasa, masa lansia.

Allah memang  serba maha dan tak ada apapun yang bisa membatasinya. Akan tetapi, bagi kaum beriman Kristiani, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1:14). Allah yang serba tak terbatas masuk dalam dunia manusia yang serba terbatas. Dia menjadi salah satu di antara kita. Dia masuk dalam sebuah keluarga yang berada dalam jaringan silsilah tertentu (Mat 1:1-17). Dia lahir pada zaman tetentu (Luk 2:1dst). Dia berjenis kelamin tertentu (Mat 1:21 dan Luk 2:7). Dia juga masuk dalam pemeluk agama tertentu (band Luk 2:21-24). Dan ini semua terjadi karena kasih Allah yang amat peduli pada manusia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16) Allah menjadi manusia dalam diri Tuhan Yesus Kristus untuk mengangkat manusia yang duniawi dalam iklim dosa kembali
ke kodrat ilahinya. Kasih Allah ini untuk memulihkan kemanusiaan orang yang di antara segala ciptaan menjadi gambaran Allah karena menerima Roh atau nafas ilahi (Kej 1:26.2:7)


Kelemahan Umum Lansia

Lansia itu masa expi?

Di Domus Pacis Puren, rumah tua para rama praja Keuskupan Agung Semarang, sering muncul kelakar yang menyebut para rama tua dan atau difabel Domus adalah rama-rama expired atau expi. Kondisi lansia apalagi ditambah kecacadan tubuh membentuk diri sebagai sosok kedalu warsa (masa lewat pakai). Istilah ini memiliki kesamaan makna dengan kata-kata “Kula pun mboten kanggé” (Saya sudah jadi golongan tak terpakai). Semua istilah dan kata-kata itu berkaitan dengan keadaan diri yang sudah tidak memiliki status fungsional dalam kebersamaan. Pada umumnya kaum lansia sudah pensiun kalau pernah memiliki jabatan kedinasan. Pada umumnya kaum lansia sudah tidak memiliki kedudukan sosial kalau pernah memiliki jabatan kepengurusan dalam hidup bersama. Maka ada yang bilang “Habis manis sepah dibuang” sebab dia harus berhenti karena umur atau kondisi fisik membuatnya berhenti dari kedinasan.

Keterbatasan kaum lansia

Setiap generasi sebenarnya memiliki keterbatasan. Tetapi setiap generasi sebelum lansia dipandang masih berhadapan dengan kemungkinan masa depan yang lebih panjang dibandingkan dengan kaum lansia. Untuk kanak-kanak ada harapan perkembangan amat besar. Untuk generasi produktif ada harapan meningkatkan kesejahteraan. Untuk generasi sebelum lansia masih mudah menjelajah luasnya daerah dan pergaulan baik tatap wajah maupun tatap maya lewat medsos. Tetapi untuk kaum lansia?

Pada umumnya kaum lansia diwarnai oleh aneka keterbatasan akibat menurunnya kekuatan fisik dan jiwani. Kaum lansia secara fisik biasanya rentan terjangkit penyakit. Seandainya tidak mengidap penyakit, usia tua juga menggerogoti energi kuat segar dan bugar yang sebelumnya dimiliki. Pergaulan sosial pun makin menyempit. Teman-teman sebaya makin berkurang karena pada wafat. Untuk bergaul secara umum bisa jadi sudah tak begitu sambung dengan orang-orang yang relatif masih muda. Kini mulai banyak kaum lansia yang harus hidup sendiri karena anak cucu yang tinggal berjauhan. Bahkan bagi yang hidup serumah dengan anak cucu pun pada umumnya lansia mengalami banyak ada dalam kesendirian karena orang-orang serumah memiliki kesibukan kerja dan atau kegiatan masing-masing. Kekuatan otak melemah sehingga membuat lansia sulit mencerna hal baru bahkan menjadi pelupa. Kesendirian mudah menjadikan suasana sepi mencipta kegelisahan hati. Dalam keadaan seperti ini orang dapat terlela oleh kenangan kejayaan masa silam. Ini justru membuat lansia mengidap penyakit post power syndrome. Kekhawatiran nasib ke depan juga bisa membuat lansia mengalami hidup kelam krisis harapan. Kebingungan menghadapi perkembangan zaman membuat hati serba gagap.


Rahmat Natal Lansia

Bukan sekedar peristiwa seorang manusia

Perayaan Natal memang biasa dikaitkan dengan kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Allah jadi manusia (Yoh 1:14) yang diberi nama Yesus (Mat 1:21 dan Luk 1:31). Sebagai anak laki-laki Dia disunat pada umur 8 hari sebagaimana adat agama yang dianut (Luk 2:21). Pada umur 12 tahun mulai ikut ke Yerusalem (Luk 2:41dst). Umur 30 tahun mulai tampil menjadi tokoh iman selama sekitar tiga tahun. Karena dipandang sesat dalam agama Yesus harus mengalami rekayasa politik dari kaum agamawan yang membawa-Nya ke kematian mengerikan di tiang salib. Sebagai sosok seorang tokoh bagi para pengikut, Yesus dapat dilacak latarbelakang keluarganya dalam garis silsilah (Mat 1:1dst dan Luk 3:23dst).

Tetapi peristiwa Natal bukan peristiwa seorang manusia. Warta Natal adalah peristiwa ilahi, yaitu Allah Sang Terang yang menjadi cahaya dalam kegelapan dunia manusia. Yang Maha Tak Terbatas masuk dalam yang amat sangat terbatas. Peristiwa Yesus adalah peristiwa ilahi yang masuk dalam kemanusiaan. Dalam peristiwa itu hadirlah keteladanan bagi manusia yang dalam keterbatasan mendapatkan karunia penghormatan yang tak terbatas. Hal ini dapat dilihat misalnya dalam kidung yang terdapat dalam surat Paulus (lih Flp 2:5-11):
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
2:11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Lansia lahir lagi?

Peristiwa ilahi yang dirayakan dalam Natal adalah peristiwa karya Roh Kudus (Mat 1:18 dan Luk 1:35). Kisah penciptaan pun diawali dengan tampilnya Roh Kudus. “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.” (Kej 1:1-2) Yang hidup dalam tuntunan Roh akan selalu dinamis, baru dan diperbarui (band Luk 4:18-19).

Tentang hidup dalam tuntunan Roh Kudus kaum lansia dapat mempertimbangkan percakapan antara Tuhan Yesus dengan Nikodemus dalam Injil Yohanes 3. Ketika Yesus berkata “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” (ay 3), Nikodemus menanggapi “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” (ay 4). Di sini Tuhan Yesus menyampaikan jawaban “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.” (ay 5-6).

Menanggapi derap karya ilahi seorang lansia dihadapkan pada sikap mau lahir kembali atau tidak. Mau menjadi baru dan diperbarui atau tidak? Kalau tidak mau, lansia tidak akan mampu mengalami Kerajaan Allah, yaitu sukacita hidup karena ada dalam kuasa Allah. Untuk mengalami yang baru lansia memang dapat berdalih “Aku sudah tua, otakku sudah tak mampu untuk belajar yang baru. Badanku sudah kaku untuk berlatih yang baru”. Yesus berkata bahwa syarat masuk ke dalam lingkungan kuasailahi adalah lahir dari air dan Roh. Dan ini amat erat dengan olah kedagingan dan sikap batin.

Segar bugar buah pembelajaran

Lansia dalam segala keterbatasannya karena hidup dalam kuasa Roh akan selalu mengalami kebahagiaan karena anugrah ilahi. Hidupnya akan tetap dinamis mudah mengalami kebaruan. Dia dapat menghayati kata-kata Kitab Suci “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Rat 3:22-23). Sekalipun sudah lanjut usia, karena kekuatan Roh Kudus orang tetap siap belajar akan hal-hal baru. Karena manusia itu makhluk beraga-jiwa ada pembelajaran yang menyangkut daging dan ada yang menyangkut roh atau sikap batin.
  • Belajar dinamika daging. Ini menyangkut pola makan. Kondisi badan lansia sesehat apapun sudah tidak seperti ketika masih muda dan seperti ketika masih aktif produktif. Kondisi ini tentu menuntut asupan makan yang selaras dengan masa kelansiaan. Apalagi kalau sudah terkena penyakit yang menuntut perubahan santapan. Orang yang hidup dalam Roh akan menghayati kesejatian diri sebagai gambaran Allah. Dia tidak akan seperti binatang yang hanya terkungkung dalam satu kebiasaan makanan dan habitat. Yang namanya manusia akan selalu memiliki berbagai cakrawala alternatif. Dia akan mampu mempelajari yang bukan seleranya bahkan yang asing dalam kebiasaan makan. Dia akan mampu menjadi murid Kristus sesuai dengan perkembangan situasi hidup. Hal ini akan menghadirkan badan segar.
  • Belajar dinamika sikap batin. Kalau tidak hati-hati lansia akan hidup seperti yang digambarkan oleh banyak orang. Lansia kerap dipandang sebagai sosok jadul (jaman dulu) atau kolot karena orientasi hidup yang terarah pada masa lampau. Hal ini memang banyak terjadi pada banyak lansia dan makin parah kalau dia juga mengidap post power syndrome. Tetapi selain yang berorientasi ke masa lampau, ada juga lansia yang menderita mimpi sebagai akibat mania keinginan yang tak kesampaian hingga masa tua. Lansia yang hidup dalam Roh akan mengembangkan keheningan batin apalagi ada banyak kesempatan karena punya kondisi kesendirian melimpah. Dalam keheningan lansia akan makin memesrakan diri dengan Allah karena banyak hal dibicarakan dalam relung hati dan kerap menjadi renungan. Lansia seperti ini akan mempunyai pola hidup seperti Bunda Maria yang “menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.” (Luk 2:19) Dia dapat hidup kini dan di sini. Kehidupannya akan riil aktual sesuai dengan masa dan tempat bernaung.
Dua macam pembelajaran itu barangkali menjadi dasar terjadinya pembelajaran-pembelajaran lain yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Lansia akan memiliki semangat dan stamina belajar dan berlatih hal-hal baru. Bukankah setiap orang mendapatkan talenta sesuai kemampuannya? “Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya” (Mat 25:15). Untuk yang lansia Tuhan pasti juga menyiapkan talenta sesuai dengan kadar kelansiaannya. Atau juga bisa jadi ada perbendaharaan talenta yang tak sempat terkembangkan karena di masa produktif hanya talenta tertentu yang mekar. Jumlah talenta yang belum tergarap mungkin lebih dari satu. Tetapi di hadapan Tuhan yang pokok mengembangkan bekal pemberian Tuhan. Bukankah Santo Paulus juga berkata “kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama” (1Kor 12:7). Yang pokok adalah mengembangkan diri sesuai dengan potensi kelansiaan untuk menjadi sumbangan dalam hidup bersama. Barangkaliyang dilakukan dan disumbangkan hanya kecil. Tetapi kalau lahir dari sikap batin menerima kehadiran Allah, yang kecil tetap akan bermakna besar. Tuhan berkata “Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.” (Luk 17:6). Lansia dalam segala keterbatasannya tetap dapat menjadi alat Allah yang maha tak terbatas. Ini amat terbukti dalam peristiwa ilahi yang maha besar menjadi salah satu manusia kecil, Yesus Orang Nazaret, dengan segala batasan-batasan duniawinya. Dan dari kanak-kanak kecil Yesus itulah, yang ilahi menyatakan kuat kuasanya di arena semesta alam.


SELAMAT NATAL 2018

D Bambang Sutrisno, Pr.

0 comments:

Post a Comment