Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, March 30, 2019

Percikan Nas Minggu, 31 Maret 2019

HARI MINGGU PRAPASKAH IV
warna liturgi Ungu

Bacaan-bacaan:
Yos. 5:9a,10-12; Mzm. 34:2-3,4-5,6-7; 2Kor. 5:17-21; Luk. 15:1-3,11-32. atau Ad libitum (dari Tahun A): 1 Sam 16:1b, 6-7, 10-13a; Mzm. 23:1-3a, 3b-4, 5, 6; Ef. 5:8-14; Yoh. 9:1-41 (atau Yoh. 9:1,6-9,13-17,34-38). BcO Ibr. 7:1-11.

Bacaan Injil:
1 Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. 2 Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." 3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: 11 Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. 12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. 13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. 14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. 15 Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. 16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. 17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. 18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, 19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. 20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. 21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. 23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. 24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. 25 Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. 26 Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. 27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. 28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. 29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. 30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. 31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. 32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."

Memetik Inspirasi:
Orang berdosa membentuk aneka sikap dalam diri manusia lain. Minimal tindakan berdosanya meresahkan. Ketika yang berdosa bertobat pun ada aneka sikap menanggapinya. Ada yang skeptis dengan pertobatannya. Ada yang adem ayem saja. Ada pula yang menyambutnya dengan gembira.
Ketika si anak bungsu bertobat sang ayah menyambutnya dengan gembira. Ia menyiapkan hidangan dan pakaian yang bagus baginya. Baginya sang anak yang telah mati hidup kembali (bdk. Luk 15:32). Hal berbeda ditunjukkan oleh sang kakak. Ia tidak suka dengan tindakan ayahnya itu. Ia merasa ayahnya tidak adil padanya (bdk. Luk 15: 29-30). Ia pun tidak ikut dalam, bahkan menolak, perjamuan sukacita pertobatan adiknya.
Pertobatan manusia adalah kegembiraan Allah dan Gereja. Bila ada satu orang yang bertobat Allah bersukacita dan Gereja bergembira. Maka di pekan ke-4 Prapaskah ini Gereja memakai warna pink bagi imam dan petugas pembantu imam. Ini menunjukkan pada kegembiraan menyambut anak-anak yang bertobat. Gereja merayakan pertobatan umatnya sehingga bisa menerima karya penebusan Kristus dengan hati penuh syukur. Maka marilah kita terima saudara-saudari kita yang bertobat dengan penuh syukur. Dan mari kita bertobat. Dengan begitu kita pun bisa bersama masuk dalam perjamuan syukur kudus Tuhan.

Refleksi:
Apa yang kaulakukan ketika ada orang yang bertobat?

Doa:
Bapa, pujian syukur karena kasih-Mu para putra-Mu pun bertobat. Semoga kami pun mempunyai hati yang terbuka dan penuh syukur menerima mereka yang bertobat. Amin

Menyambut yang Bertobat
MoGoeng
Wates

0 comments:

Post a Comment