Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, March 2, 2015

KARENA USKUP


Lebih dari 80 orang ditolak untuk ikut Novena Ekaristi Seminar pertama pada 1 Maret 2015 di Domus Pacis. Selain karena pendaftarannya sudah terlambat, kapasitas tempat sudah tidak memadahi. Pendaftar terakhir yang diterima ada 396 orang. Pak Kus, salah satu tokoh Pringwulung, memimpin beberapa orang RT Puren untuk menyiapkan tambahan 100 kursi dan pemasangan tenda 4X10m. Mas Handoko bersama 2 orang karyawan Domus mengambil 50 kursi dari Pastoran Pringwulung walau di pagi hari sudah meminjam 50 buah. Dengan demikian ada 425 buah kursi ditata. Ruang yang biasa dipakai sebagai podium penuh dengan kursi di samping kiri-kanan dan di belakang pembicara. Layar LCD dan proyektor yang biasa dipakai untuk hari itu ditiadakan dengan pertimbangan tak akan memadahi untuk lebih dari 400 orang karena perkiraan ada orang-orang datang tanpa mendaftarkan diri. "Peserta dados mbludag niki mergi njenengan sing rawuh" (Melimpahnya jumah peserta ini disebabkan yang hadir Anda) kata Rama Bambang kepada Bapak Uskup Mgr. Yohanes Pujasumarta yang tertawa tanpa suara. Mgr. Puja datang persis pada jam 08.00 yang langsung disambut dengan jabatan tangan oleh 57 orang dari Wedi yang sudah datang pada jam 07.50.

Pada jam 08.55 acara para peserta diajak melantunkan nyanyian Tua Bercahaya yang diulang beberapa kali. Sesudah dibuka dengan persiapan batin dan doa, Mgr. Puja menyampaikan wawasan tentang tema SAYA TUWA SAYA SUMELEH (Makin Tua Makin Tenang) dengan setiap kali mengacu pada pengalaman beliau menderita sakit kanker paru-paru yang menurut dokter sudah stadium keempat dan sudah menyebar ke tulang-tulang. Ternyata hati sumeleh adalah penghayatan hidup beriman mempercayakan diri pada Allah Tritunggal yang selalu menyertai dalam keadaan apapun, dalam suasana gembira merasa bersama Allah (consolasi) dan suasana kering menderita merasa tidak bersama Allah (desolasi). Semua itu menjadi kepercayaan terhadap Roh Kudus Sang Pembaharu yang menjadikan pengalaman empiris harian menjadi pengalaman iman. Banyak peserta yang menyampaikan pertanyaan dan menyampaikan tambahan prinsip-prinsip sikap berdasarkan pengalaman. Mgr. Puja sesudah tahap seminar meneruskan memimpin Ekaristi dan sesudah selesai bergabung makan siang bersama di ruang makan Domus Pacis. Semua peserta menikmati makan siang yang disediakan oleh Mbak Tatik dan dilayani oleh para ibu relawanti Domus.

"Neng program Jagongan Iman kowe kliling marani?" (Kamu berkeliling untuk program Jagongan Iman?) tanya Mgr. Puja pada Rama Bambang yang menjawab "Inggih" (Ya) yang disambung pertanyaan lagi "Ana pirang kelompok?" (Ada berapa kelompok?). Rama Bambang menjawab "Wonten pitu. Sing setunggal pun rampung ping kalih welas. Nanging wonten kelompok Bantaran saking Paroki Mlati nyuwun" (Ada 7. Satu kelompok sudah menyelesaikan 12 kali pertemuan. Tetapi ada kelompok Bantaran dari Paroki Mlati mengajukan permintaan).

0 comments:

Post a Comment