Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, October 25, 2018

Beato Contardo Ferini

diambil dari http://katakombe.org/para-kudus Hits2066 Diterbitkan15 Agustus 2013 Diperbaharui23 Oktober 2016

  • Perayaan
    27 Oktober
  • Lahir
    4 April 1859
  • Kota asal
    Milan, Italy
  • Wafat
    17 October 1902 di Suna, Verbano-Cusio-Ossola, Italy | Oleh sebab alamiah
  • Venerasi
    8 Februari 1931 oleh Paus Pius XI
  • Beatifikasi
    13 April 1947 oleh Paus Pius XII Sumber : Katakombe.Org
Contardo dilahirkan pada tahun 1859. Ayahnya seorang guru matematika dan fisika. Ayahnya ini sejak dini telah menanamkan pada putera kecilnya kecintaan untuk belajar. Sebagai seorang pemuda, Contardo fasih berbicara dalam banyak bahasa asing di samping bahasa ibunya, bahasa Italia. Ia amat cemerlang di setiap sekolah dan universitas tempat ia belajar. Kecintaannya untuk belajar dan kecintaannya pada iman Katoliknya membuat teman-teman menjulukinya “St Aloysius” mereka. (St Aloysius Gonzaga adalah seorang santo muda Yesuit yang dikenal karena kebajikan dan kemurahan hatinya) Contardo-lah yang pertama-tama memulai kelompok-kelompok bagi teman-teman mahasiswa guna membantu mereka menjadi seorang Kristiani yang saleh.
Ketika usianya duapuluh satu tahun, kepadanya ditawarkan kesempatan untuk melanjutkan studi di Universitas Berlin di Jerman. Sungguh berat baginya meninggalkan rumahnya di Italia, tetapi ia senang juga bertemu dengan orang-orang Katolik yang saleh di universitas itu. Ia menuliskan dalam sebuah buku kecil apa yang dirasakannya ketika untuk pertama kalinya ia menyambut Sakramen Rekonsiliasi di negeri asing. Sungguh menggetarkan hatinya menyadari bahwa Gereja Katolik sungguh sama di mana pun dan kemana pun orang pergi.
Tahun berikutnya, Contardo berusaha memutuskan entahkah sebaiknya ia menjadi seorang imam atau seorang biarawan, atau hidup berkeluarga. Ia terus-menerus bertanya pada dirinya sendiri apa yang sebaiknya dilakukannya. Nyatalah kemudian bahwa ia mengucapkan ikrar untuk mempersembahkan dirinya hanya bagi Tuhan saja. Ia mengamalkan ikrarnya ini sebagai seorang awam Fransiskan (anggota ordo ketiga Fransiskan).  Ia tetap mengajar dan menulis namun senantiasa berupaya untuk menjadi seorang Kristiani yang terlebih sempurna.
Sementara menikmati olahraga favoritnya, mendaki gunung, ia akan berpikir tentang Tuhan, Pencipta segala keindahan yang ia lihat. Orang banyak melihat bahwa ada sesuatu yang berbeda pada diri Profesor Ferrini. Ia amat kudus, lembut dan rendah hati hingga setiap orang yang bertemu dengannya akan selalu merasakan aura kesucian diantara senyum hangatnya yang khas.  Bahkan saat ia masih hidup orang-orang sudah memanggilnya dengan sebutan “santo..”
Tanggal 17 Oktober 1902  Contardo Ferrini wafat karena demam tipus  pada usia empat puluh tiga tahun. Warga Suna segera menyatakan dirinya suci. Rekan-rekannya di University of Pavia menulis surat kepada Paus di mana mereka menggambarkan ia  sebagai seorang suci. Pada tahun 1909 Paus Pius X  menunjuk Kardinal Ferrari untuk memulai proses penyelidikan terhadap kasus Contardo Ferini.  39 tahun kemudian  tepatnya pada  tanggal 13 April 1947  Contardo Ferini  dibeatifikasi oleh Paus Pius XII.  Tubuhnya sekarang dimakamkan  dalam kapel Milan Universitas Katolik. Sumber : Katakombe.Org

0 comments:

Post a Comment