Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, October 16, 2018

Santo Ignasius dari Anthiokia

diambil dari http://katakombe.org/para-kudus Hits5245 Diterbitkan14 Agustus 2013 Diperbaharui16 Oktober 2016


  • Perayaan
    17 Oktober
  • Lahir
    Tahun 50
  • Kota asal
    Syria
  • Wafat
    Tahun 107 di Roma, Italia | Martir. Dibuang ke binatang buas. Relikwi di simpan di Saint Peter’s Basilica, Roma
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation Sumber : Katakombe.Org
St. Ignatius adalah salah satu dari para Bapa Apostolik (kelompok otoritatif terawal dari para Bapa Gereja). Dia mendasarkan otoritasnya pada statusnya sebagai seorang uskup Gereja, menjalani hidupnya dengan meneladani Kristus.  St. Ignatius adalah Uskup Antiokhia ketiga sesudah Santo Petrus dan St. Evodius (yang wafat sekitar tahun 67 Masehi). 
Sejarahwan Eusebius mencatat bahwa St. Ignatius menggantikan St. Evodius setelah Pertus sendiri yang menunjuk Ignatius untuk menjabat sebagai uskup Antiokhia. Sebutan lain untuk dirinya adalah Teoforus yang berarti "Pemanggul Tuhan" dan menurut tradisi St. Ignatius seperti juga Santo Polikarpus adalah murid-murid dari Rasul Yohanes.
Pada masa penganiayaan uskup Ignatius ditangkap dan dijatuhi hukuman mati dalam masa pemerintahan Kaisar Trajan. Ia digiring dari Antiokhia ke gelanggang pertunjukan di pusat kota Roma. Dalam perjalanan menyongsong kemartirannya di Roma, Ignatius menulis serangkaian surat yang terlestarikan sebagai sebuah contoh teologi Kristen paling awal. Topik-topik penting yang diuraikan dalam surat-surat tersebut mencakup eklesiologi, sakramen-sakramen, dan peranan para uskup. Dengan demikian, ia menggunakan cara yang sama dengan St. Paulus dalam mewartakan Kabar Sukacita. Sepanjang perjalanan itu dia menulis enam pucuk surat kepada Gereja-Gereja di kawasan itu dan sepucuk surat  untuk St. Polikarpus, yang kelak juga menjadi seorang martir.
Surat-surat St. Ignatius memberikan keterangan mengenai penangkapannya oleh penguasa dan perjalanannya ke Roma :
“  .... dari Suriah bahkan sampai Roma aku berhadapan dengan binatang-binatang buas, di darat dan laut, di malam dan siang hari, terbelenggu di tengah-tengah sepuluh ekor macan tutul, dan bersama sekelompok serdadu, yang akan berkelakuan semakin buruk  bilamana diperlakukan dengan sopan..". — Ignatius kepada jemaat di Roma.
Ketika Ignatius yang terkasih tiba di Roma, ia dojebloskan kedalam penjara bersama para umat Kristiani yang sudah ditahan sebelumnya. Akhirnya, tibalah hari dimana sang uskup dilemparkan ke arena pertunjukan. Dua ekor singa ganas menerkamnya. St. Ignatius wafat sekitar tahun 107. Ia mewariskan kepada kita kesaksian hidup Kristiani serta surat-suratnya yang indah..
Jenazahnya kini terbaring dalam makam di bawah Basilika Santo Petrus di Roma.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

 Sumber : Katakombe.Org

0 comments:

Post a Comment