Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, October 24, 2018

Percikan Nas Kamis, 25 Oktober 2018

Yohanes Angel Porro, John Stone
warna liturgi Hijau

Bacaan-bacaan:
Ef. 3:14-21; Mzm. 33:1-2,4-5,11-12,18-19; Luk. 12:49-53. BcO Sir. 38:24-39:11

Nas Injil:
49 "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! 50 Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! 51 Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. 52 Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. 53 Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya."

Percikan Nas:
Setiap tempat mempunyai cara dan aturan dan budaya. Desa A dengan desa B mempunyai tata cara yang berbeda. Kerja di pemerintahan dengan di kantoran swasta berbeda. Begitu pula di Gereja. Akan sangat repot dan menimbulkan perkara kala kita mencampuradukkan status kita di tempat tertentu dengan pelayanan di Gereja. Karena itu membutuhkan adaptasi dengan lingkungan yang kita hadapi.
Pada jaman Tuhan Yesus salah satu budaya yang hidup adalah menerima baptis dari Yohanes Pembaptis. Yesus tentunya tidak perlu menerima baptisan Yohanes. Namun karena Ia ingin masuk dalam bahasa yang berkembang saat itu maka “Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung!” (Luk 12:50). Ia yang adalah Tuhan beradaptasi dengan budaya agama yang berkembang.
Dibutuhkan kemampuan adaptasi dalam diri kita untuk bisa meraih harapan yang terbaik. Walau mungkin terasa berat namun akan menghasilkan buah yang jauh lebih baik daripada arogansi kita mempertahankan dan memaksakan pola cara kita di tempat lain. Tuhan saja mau beradaptasi, masa kita mau gagah-gagahan hehehe.

Doa:
Tuhan, Engkau guru kami. Pada-Mu kami belajar. Kini Engkau mengajari kami dalam menjalankan perutusan. Semoga kami pun mampu beradaptasi dan menemukan pola cara yang tepat dan benar. Amin.

Adaptasi

Oktober adalah Bulan Rosario
(goeng).

0 comments:

Post a Comment