Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, October 5, 2018

Santa Maria Fransiska dari Lima Luka Yesus

diambil dari http://katakombe.org/para-kudus Hits4342 Diterbitkan07 Oktober 2014 Diperbaharui29 Oktober 2014

  • Perayaan
    6 Oktober
  • Lahir
    25 Maret 1715
  • Kota asal
    Naples (Napoli), Italia
  • Wafat
    6 Oktober 1791 di Napoli, Italia - Oleh sebab alamiah
    Dimakamkan di Gereja Santa Lucia del Monte, Napoli - Italia, dekat makam Santo Yohanes Yoseph dari Salib
  • Venerasi
    18 Mei 1803 oleh Paus Pius VII (decree of heroic virtues)
  • Beatifikasi
    12 November 1843 oleh Paus Gregorius XVI
  • Kanonisasi
    29 Juni 1867 oleh Paus Pius IX Sumber : Katakombe.Org

Anna Maria Rosa Gallo, demikianlah nama Santa Maria Fransiska dari Lima Luka Yesus ketika dibaptis. Ia lahir di Napoli - Italia pada tahun 1715, dari sebuah keluarga yang biasa-biasa saja. Ayahnya bernama Francesco Gallo, seorang yang tamak dan pemarah, dan Ibunya bernama Barbara Basinsin, seorang wanita katolik yang saleh dan penuh kelembutan. Ketika Anna Maria masih berada dalam kandungan, ibu Barbara bertemu dengan Santo Yohanes Yosef dari Salib, seorang mistikus Fransiskan yang waktu itu hidup di Napoli. Mistikus suci ini menenangkan hati ibu Barbara dan menganjurkan supaya anak itu yang didalam kandungannya itu dipelihara dengan khusus, karena kelak ia akan menjadi seorang yang sangat kudus dan dianugerahi Tuhan dengan karunia yang luar biasa.
Maria Fransiska belum berumur empat tahun ketika dia sudah dapat melewatkan berjam-jam dalam doa. Kadang-kadang dia pun bangun pada malam hari untuk maksud itu. Sedemikian besarlah kerinduannya untuk mengetahui kebenaran-kebenaran Iman Katolik, sehingga seorang malaikat menampakkan diri padanya dan secara teratur mengajarinya. Belum sampai dia mencapai umur tujuh tahun, dia sudah ingin menyambut Komuni Suci. Pastornya terheran-heran akan pengetahuan imannya, juga akan keinginannya yang berkobar-kobar menyambut Roti Surgawi itu. Dan pastor pun merasa dirinya tidak dapat menolak untuk memberikan keistimewaan itu pada Maria Fransiska. Benarlah, tidak lama kemudian Maria Fransiska diizinkan untuk menyambut Komuni setiap hari.
Sementara itu, kendati secara fisik dia masih sangat lemah, namun santa yang kecil itu sudah bermanfaat bagi orang tuanya dengan jalan memberikan bantuan dalam pekerjaan mereka. Ayahnya, seorang perajin penganyam tali emas, ingin supaya anaknya itu membantunya sesegera mungkin. Didapatinya bahwa Maria Fransiska tidak hanya sangat bersedia, tetapi juga orang yang paling cekatan dalam pekerjaan ini.
Ketika Maria Fransiska berumur 16 tahun, seorang pemuda bangsawan yang kaya-raya melamarnya pada ayahnya. Merasa mendapat durian runtuh, Francesco dengan segera mengabulkannya. Namun ketika dia mengatakan hal itu kepada Maria Fransiska, dia terkejut karena mendengar puterinya, yang selama ini tidak pernah melawan keinginannya, menolak lamaran pemuda bangsawan tersebut dan menyatakan niatnya yang sungguh-sungguh untuk hidup suci dan mempertunangkan diri dengan Yesus Kristus Sang Pengantin Surgawinya. Maria Fransiska juga memohon izin ayahnya untuk menjadi seorang Tertiaris Fransiskan.
Penolakkan ini membuat Francesco sedemikian marahnya, sampai-sampai dia mengambil seutas tali dan tanpa ampun mulai mencambukki tubuh puterinya yang lemah itu, sampai ibunya campur tangan. Lalu dia pun menguncinya dalam sebuah kamar. Maria Fransiska hanya diberi roti dan air dan tak seorang pun diizinkan berbicara dengannya.
Maria Fransiska merasakan dirinya beruntung dapat mempersembahkan kepada pengantin ilahinya itu pencobaan pertama dari kesetiannya. Dia menganggap pencobaan ini sebagai perayaan sebelum pernikahan. Penjelasan-penjelasan yang tulus dari seorang imam membuat ayahnya akhirnya menyadari bahwa dirinya telah bertindak keliru. Dia pun memberikan izin kepada puterinya mengenakan jubah Tertiaris dan melayani Tuhan sebagai seorang perawan-bakti di rumah, sebagaimana sudah biasa pada waktu itu.
Dipenuhi dengan kegembiraan suci, Maria Fransiska sekarang menerima jubah dan bersama dengan itu namanya ditambahi dengan “dari Lima Luka”. Namanya ini merupakan ramalan bagi hidupnya selanjutnya. Di rumah dia sangat menanggung penderitaan. Ayahnya tidak pernah dapat melupakan bahwa dia telah kehilangan seorang calon menantu dari kalangan bangsawan yang kaya. Ketika Tuhan menganugerahnya dengan rahmat-rahmat yang luar biasa – kadang-kadang dia dianugerahi ekstase sewaktu dia berdoa dan menderita sengsara Tuhan bersama dengan Tuhan - saudara-saudaranya sendiri mencacinya sebagai seorang gadungan. Bahkan Bapa Pengakuannya merasa diri wajib memperlakukan dia dengan kasar. Cukup lama dia hanya dapat menemukan penghiburan pada luka-luka Kristus itu.
Akhirnya, Bapa Pengakuannya pun menyadari bahwa Tuhanlah yang sedang mengerajakan hal-hal sedemikian itu dalam diri Maria Fransiska. Sementara itu, setelah ibunya meninggal dunia, Bapa Pengakuannya itu berusaha supaya Maria Fransiska menemukan sebuah tempat tinggal bersama seorang Tertiaris lain. Pada suatu hari, ketika dia sendiri sedang berbaring sakit di sana, dia mengetahui bahwa ayahnya sedang menghadapi kematian. Dia pun mohon kepada Tuhan yang Mahakuasa untuk mengizinkan dirinya menanggung penderitaan kematian dan api penyucian ayahnya itu. Kedua permohonannya itu pun dikabulkan.
Kendati dia terus menerus menderita, Tuhan kita juga menganugerahi Maria Fransiska dengan rahmat-rahmat dan penghiburan-penghiburan yang besar. Dia menerima tanda luka-luka Kristus dan dianugerahi anugerah kenabian dan banyak mukjizat. Ketika Pius VI dimahkotai menjadi Paus pada 1775, Maria Fransiska melihat dia mengenakan mahkota duri. Dua puluh empat tahun kemudian, Sri Paus Pius itu menutup hidupnya sebagai seorang tahanan dalam penjara Revolusi Perancis di Valence.
Maria Fransiska juga meramalkan peristiwa menyedihkan : Revolusi Perancis. Dan Tuhan pun mendengarkan doanya, mohon supaya dia diambil dari dunia ini sebelum revolusi itu meletus. Dia meninggal dunia pada 6 Oktober 1791, sambil mencium kaki yang tersalib. Tuhan memuliakannya dengan banyak mukjizat. Dia dibeatifikasi oleh Paus Gregorius XVI, dan dikanonisasi oleh Paus Pius IX pada 1867.
 Sumber : Katakombe.Org

0 comments:

Post a Comment