Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, October 20, 2013

MENGUSIR KEGELAPAN (Sajian 6)


Kolom "Pastoral Ketuaan" untuk beberapa hari ini akan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Sukacita Tersembunyi

Aku tidak terbiasa bersukacita untuk hal-hal yang kecil, tersembunyi, dan hampir-hampir tidak diperhatikan orang di sekelilingku. Umumnya aku siap dan mempersiapkan diri untuk menerima kabar buruk, membaca tentang peperangan, kekerasan dan kejahatan, serta menyaksikan konflik dan kekacauan. Aku selalu mengharapkan tamu-tamuku berbicara mengenai problim-problim dan perasaan sakit mereka, kemunduran dan kekecewaan mereka, depresi dan penderitaan mereka. Bagaimanapun, aku sudah menjadi terbiasa untuk hidup dengan kesedihan dan dengan demikian kehilangan penglihatan akan sukacita dan kehilangan pendengaran akan kegembiraan yang dimiliki Allah, yang harus ditemukan di sudut-sudut dunia yang tersembunyi.

Aku punya sahabat yang begitu terhubung dengan Allah sehingga ia dapat melihat kesukacitaan meski aku hanya mengharapkan kesedihan. Ia banyak bepergian dan berjumpa dengan orang-orang yang tak terhitung jumlahnya. Manakala ia pulang ke rumah, aku selalu berharap ia menceritakan kepadaku mengenai situasi ekonomi yang sulit di negara-negara yang dikunjunginya, mengenai ketidak-adilan yang luar biasa yang didengarnya, dan tentang kepedihan yang dilihatnya. Namun meski ia sangat sadar akan kekacauan-kekacauan besar di dunia, ia jarang berbicara tentang itu.  Kalau ia berbagi pengalaman ia bercerita tentang sukacita tersembunyi yang telah ditemukannya. Ia bercerita tentang seorang laki-laki, seorang perempuan, seorang anak yang memberinya harapan dan damai.  Ia bercerita tentang kelompok-kelompok kecil orang yang saling setia satu sama lain di tengah-tengah semua kekacauan. Ia bercerita tentang mujizat-mujizat kecil Allah. Pada saat-saat tertentu aku menyadari bahwa aku kecewa karena aku ingin mendengar "berita-berita surat kabar", cerita-cerita menarik dan menggembirakan yang dapat diperbincangkan di antara teman-teman. Namun ia tak pernah menanggapi kebutuhanku akan sensasi. Ia tetap berkata: "Aku melihat sesuatu yang sangat kecil dan indah yang memberiku banyak kesukacitaan."

Ayah dari anak yang hilang merasakan sukacita sepenuhnya karena kepulangan anaknya. Aku harus belajar daripadanya. Aku harus belajar "mencuri" semua sukacita yang sebenarnya di mana ada kesempatan, serta mengangkatnya sehingga orang lain dapat melihatnya. Ya, kutahu bahwa tidak setiap orang sudah bertobat, bahwa belum ada kedamaian di mana-mana, bahwa belum semua kesakitan dihilangkan, namun  meski begitu aku melihat orang-orang berbalik dan pulang ke rumah; kudengar suara-suara orang berdoa; aku memperhatikan ada momen-momen pengampunan, dan aku menyaksikan banyak tanda-tanda pengharapan. Aku tidak harus menanti sampai semuanya menjadi baik, tetapi aku dapat merayakan setiap petunjuk kecil tentang Kerajaan Allah yang sudah ada di tangan.

Inilah pelajaran yang sebenarnya. Perlulah memilih terang meski ada demikian banyak kegelapan yang menakutkan aku, memilih kehidupan bahkan ketika kuasa kematian begitu nyata terlihat, memilih kebenaran bahkan ketika aku dikelilingi kebohongan-kebohongan. Aku tergoda untuk sangat tertarik dengan kondisi manusia dalam kesedihan yang nyata sehingga aku tak lagi memperoleh sukacita yang timbul dengan sendirinya dalam banyak cara yang kecil-kecil tetapi sangat nyata. Hadiah dari memilih sukacita adalah kesukacitaan itu sendiri. Hidup di tengah-tengah orang-orang penyandang cacat mental telah meyakinkan aku tentang hal itu. Ada demikian banyak penolakan, kesakitan, dan perasaan terluka di antara kita, namun sekali kita memilih untuk memperoleh sukacita yang tersembunyi di antara semua penderitaan, hidup menjadi suatu perayaan. Sukacita tidak pernah mengingkari kesedihan, tetapi mengubahnya menjadi suatu tanah yang subur bagi lebih banyak sukacita lagi.

dari The Return of the Prodigal Son

0 comments:

Post a Comment