Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, March 14, 2017

Sabda Hidup



Rabu, 15 Maret 2017
Louisa DeMarillac, Klemens Maria Hofbauerer
warna liturgi Ungu 
Bacaan
Yer. 18:18-20; Mzm. 31:5-6,14,15-16; Mat. 20:17-28. BcO Ul 29:2-6,10-29

Matius 20:17-28:
17 Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: 18 "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. 19 Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." 20 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. 21 Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." 22 Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." 23 Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." 24 Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. 25 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; 28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Renungan:
Seorang ibu selalu menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Setiap hari ada banyak ibu yang menunggui atau antar jemput anaknya yang bersekolah. Tidak sedikit pula dari mereka yang selalu mendekati para guru dan bertanya perkembangan anak mereka. Dan mungkin, maaf, ada yang sengaja memberikan hadiah supaya anaknya bisa mendapat nilai baik.
Ibu anak-anak Zebedeus juga menginginkan anak-anaknya mendapat posisi yang baik di masa “kekuasaan” Yesus. Ia pun menyatakan kesanggupan anak-anaknya menjalankan persyaratan yang diberikan Yesus. Namun penentu tahta tersebut ada di dalam kewenangan Bapa. Syaratnya adalah melayani.
Boleh-boleh saja kita mempunyai keinginan terhadap anak-anak kita. Namun kita perlu pula mengingat apa yang sebenarnya dibutuhkan dan diperlukan untuk mencapai hal tersebut. Kita tidak bisa memaksakan keinginan kita kalau memang tidak sesuai.

Kontemplasi:
Bayangkan apa yang kauinginkan bagi anak-anakmu. Lihatlah apa itu sesuai dengan semuanya.

Refleksi:
Bagaimana menyelaraskan keinginan dengan kebutuhan dan tuntutan?

Doa:
Tuhan aku mohon rahmat-Mu supaya aku lebih mengenali kehendak-Mu dan tidak memaksakan keinginanku. Amin.

Perutusan:
Aku akan mempertajam kemampuanku mengenali kehendak Tuhan. -nasp-

0 comments:

Post a Comment