Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, April 25, 2019

Heboh tentang Rm. Jaya di tengah Misa Nyewu


Pada Kamis 25 Maret 2019 Misa Domus Pacis Puren tetap dilaksanakan pada jam 18.00 atau 06.00 sore. Para rama yang biasa ikut misa harian juga hadir bahkan berdandan secara khusus. Rm. Harto, Rm. Tri Hartono, dan Rm. Ria dengan kursi rodanya berjejer di sebelah utara altar. Rm. Djono dan Rm. Jayasewaya juga duduk dengan kursi roda di sebelah selatan altar. Sedang Rm. Yadi berada di luar seperti biasa kalau ada banyak tamu ikut misa. Misa pada saat itu memang menjadi istimewa karena ada lebih dari 75 orang peserta. Sanak saudara Bu Rini yang beragama Katolik memang menjadi terbanyak. Para relawan dan beberapa tamu yang dekat dengan Bu Rini juga hadir. Ada juga kor yang secara mendadak bisa ikut menyemarakkan misa. Makan malam pun disediakan oleh catering. Ada pula dos-dos yang berisi beberapa macam snak yang dibagikan kepada semua satu persatu ketika semua selesai santap malam. Semua ini terjadi karena misa saat itu dilaksanakan untuk memperingati 1000 hari wafat Bapak Dayat, ayahanda Bu Rini. Bu Rini adalah salah satu relawan yang termasuk memberi perhatian khusus harian pada Domus Pacis.

Dalam peristiwa itu ternyata terselip kejadian yang untuk sementara peserta misa menjadi heboh. Rm. Bambang, yang memimpin misa, dalam homili mengetengahkan betapa sukarnya meyakinkan peristiwa kebangkitan Yesus sesuai dengan bacaan Kamis Oktaf Paskah. Akhirnya Tuhan Yesus datang sendiri menemui para rasul dan menunjukkan luka-luka dan minta makan. Para rasul pun masih bisa ragu-ragu. Memahami dan menerima peristiwa ilahi memang bisa amat sulit. Untuk itu Rm. Bambang mengatakan "Apa meneh bab ilahi. Nampa lan yakin kanyatan duniawi kongkret sing ana neng ngarepe wae ya isa angel" (Apalagi yang ilahi. Menerima dan yakin menerima realita duniawi kongkret yang ada di depannya saja juga bisa sulit). Kemudian Rm. Bambang berceritera pegalaman orang-orang Klaten pada Minggu Pertama Maret 2019 yang ikut Novena Domus. Mereka sudah tidak mengenal lagi Rm. Jayasewaya yang pernah berkarya cukup lama di Klaten. Ketidakyakinan terhadap Rm. Jaya masih terulang ketika ada orang Klaten mengunjungi Rm. Bambang dan kemudian mempertemukannya dengan Rm. Jaya. Foto Rm. Jaya kini disebar lewat WAnya dan kebanyakan meragukannya.

Dalam misa pada malam itu, tiba-tiba ada ibu yang duduk di deretan depan nyeletuk "Apa itu Rm. Jaya yang dulu jadi Vikep?" dan Rm. Bambang langsung menyahut "Ya, benar" sambil menunjuk Rm. Jaya yang duduk dengan kursi roda di sebelah kanan ibu itu. Tiba-tiba ibu itu terkejut sambil bilang "Ndak iya?" (Sungguhkah?). Maka dalam misa itu sebagian orang yang kerap ikut kumpulan dan misa di Paroki Kidul Loji (yang merangkap sebagai kevikepan) melongkok dan memperhatikan Rm. Jaya. Kemudian terjadi keributan sesaat karena muncul pertanyaan-pertanyaan yang mengkungkapkan kekurangyakinan. Bahkan Bu Ninik, salah satu relawan Domus mengirim ke WA Rm. Bambang pada jam 22.47 malamitu gambar Rm. Jaya tempo sebelum masuk rumah tua di Kentungan disertai kata-kata "Ini foto mudanya rm Joyo? Kl betul, ya pasti pd pangling....beda bangeett." Rm. Bambang membuka dan mejawab pada jam 04.28 pagi berikut "La ya kuwi Rm. Jaya ketika belum gerah dan masih segar serta jadi Vikep. Ketika masuk rumah tua Kentungan, tadinya masih seperti itu. Biyen jaman Rm. Agoeng pernah melu rama-rama Domus pas dolan-dolan. Sesudah kuwi sok-sok ya rawuh yen pas ana peringatan imamat. Maka ketika masuk Domus, aku jan-jane ya kaget. Kok kuru banget. Muga-muga suasana gembira lan dhahare neng Domus isa sithik-sithik memulihkan kondisi beliau."

0 comments:

Post a Comment