Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, April 4, 2019

Santa Maria Crescentia Höss

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 5751 Diterbitkan: 06 Maret 2015 Diperbaharui: 06 Maret 2015

  • Perayaan
    5 April
  • Lahir
    20 Oktober 1682
  • Kota asal
    Kaufbeuren, Bavaria, Jerman
  • Wafat
    hari Minggu Paskah 5 April 1744 di Kaufbeuren Jerman - Oleh sebab alamiah
    Jenazahnya disemayamkan di Gereja biaranya di Kaufbeuren
  • Venerasi
    2 Agustus 1801 oleh Paus Pius VII (decree of heroic virtues)
  • Beatifikasi
    7 Oktober 1900 oleh Paus Leo XIII
  • Kanonisasi
    25 November 2001 oleh Santo Paus Yohanes Paulus II Sumber : Katakombe.Org

Masa Kecil

Santa Maria Crescentia Höss lahir pada tanggal 20 Oktober 1682 di Kaufbeuren, sebuah kota kecil di Bavaria Jerman. Ia dibabtis dengan nama Anna Höss dan berasal dari keluarga yang sangat bersahaja namun saleh. Ayahnya yang bernama Matthias Höss, adalah bekerja sebagai seorang penenun; dan ibunya adalah seorang ibu rumah-tangga bernama Lucia Hoermann. Walau kemiskinan membuat Anna tidak dapat bersekolah, namun dari kedua orang tuanya yang saleh, Anna dapat belajar membaca dan menulis serta mendapatkan bimbingan untuk menjadi seorang katolik yang baik. Sifatnya yang begitu manis dan baik membuat Anna kecil dicintai oleh orang-orang di kotanya. Mereka memanggilnya dengan sebutan “malaikat kecil”.
Anna sangat senang berdoa dan sering menghabiskan waktunya di dalam gereja dan berdoa di sana. Walau masih kanak-kanak namun dapat terlihat bahwa ia telah menjalani kehidupan rohani dengan sangat baik. Karena itu Anna mendapat dispensasi dari pastor paroki dan diperbolehkan untuk menerima komuni pertamanya lebih awal. Sang malaikat kecil itu pun menerima komuni pertamanya saat berusia 7 tahun. Ia sangat bahagia karena boleh menyambut Yesus masuk ke dalam hatinya. Ia merasakan kasih Yesus yang sungguh nyata saat menerima komuni kudusnya yang pertama.

Menjadi Biarawati

Suatu ketika saat Anna sedang berlutut dan berdoa di sebuah kapel di sebuah biara Fransiskan, tiba-tiba ia mendengar suara yang keluar dari salib yang tergantung di depan altar; “Ini akan menjadi tempat tinggalmu.” Suara itu begitu menyentuh hatinya. Ia yakin bahwa itu adalah suara Tuhan yang sedang memanggilnya. Hatinya segera dipenuhi oleh kerinduan dan ia ingin mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan dengan menjadi biarawati.
Anna lalu melamar untuk menjadi seorang biarawati di biara Susteran Ordo Ketiga Fransiskan tersebut. Namun awalnya ia ditolak karena biara tersebut sedang kekurangan biaya memberi syarat bagi para calon yang akan bergabung untuk memberikan sumbangan bagi pembangunan dan perkembangan biara tersebut. Karena miskin dan tidak memiliki apa-apa, Anna tidak mampu memberikan sumbangan apapun agar ia dapat diterima dalam biara tersebut.
Namun bila Tuhan sudah berkehendak, maka itulah yang akan terjadi. Tuhan memberikan jalan bagi yang tak terduga sama sekali, yang membawa Anna memasuki kehidupan dalam biara. Di sebelah biara tersebut terdapat sebuah kedai minuman yang selalu ramai setiap hari. Keributan dari orang-orang yang ada di kedai itu sangat mengganggu para suster di dalam biara. Karena itu, para suster berencana untuk membeli kedai minuman tersebut. Namun mereka tidak memiliki cukup uang karena kedai tersebut dijual dengan harga tinggi. Hal tersebut terdengar oleh walikota Kaufbeuren yang adalah seorang Protestan. Pada tahun 1703 pak walikota membeli kedai tersebut dan menyumbangkannya kepada biara. Sebagai imbalannya, Walikota yang baik ini menolak semua uang dan kompensasi yang ditawarkan biara, dan hanya meminta pada suster kepala biara (Jerman : Oberin) untuk menerima lamaran Anna Hoss.
Pihak biara tidak dapat menolak permintaan tersebut. Anna kemudian diterima dalam biara, menjalani novisiat, lalu mengucapkan kaul sebagai seorang suster dari Ordo ketiga Fransiskan dengan nama biara : Maria Crescentia.

Penderitaan Demi Cinta

Di dalam biara, suster Crescentia mendapat perlakuan yang buruk dari para suster yang lain. Hal ini disebabkan karena ia masuk ke biara tersebut atas intervensi dari walikota. Ia sering diejek sebagai pengemis dan dipanggil dengan julukan munafik, penjilat. Ia selalu diberikan pekerjaan-pekerjaan yang berat dan tidak menyenangkan. Bahkan kesalehan hidup dan kebaikan hatinya dianggap sebagai suatu upaya atau cara untuk mencari muka dan menjilat orang lain. Saat masuk biara, Crescentia mendapat sebuah kamar tidur sendiri, namun di kemudian hari kamar tersebut diberikan kepada seorang novis lain. Crescentia pun harus meminta belaskasih suster yang lain agar diperbolehkan tidur dilantai di kamar mereka. Akhirnya, kepadanya diberikan sebuah tempat di sudut ruangan yang lembab dan gelap yang menjadi tempat tidurnya selama 3 tahun.
Suster Crescentia sangat menderita dengan semua perlakuan tersebut, namun ia tetap diam dan tak melawan dengan sikap marah. Ia tidak keberatan untuk menderita, karena ia ingin membuktikan cintanya kepada Tuhan Yesus. Ia selalu berusaha untuk mencintai suster-suster yang telah berbuat jahat terhadapnya.
Pada tahun 1707, biara suster Crescentia memiliki seorang oberin (Pemimpin atau Superior) yang baru yang sangat saleh dan bijaksana. Madame oberin yang baru ini dapat melihat harta rohani yang tersimpan dalam kerendahan hati dan kesucian hidup suster Crescentia. Karena itu pada tahun 1717 ia pun mengangkat suster Crescentia menjadi seorang pembimbing novis.
Para novisiat yang dibimbingnya segera jatuh hati pada suster yang sangat bersahaja, lembut dan penuh kerendahan hati ini. Mereka sangat mencintainya karena ia membimbing mereka dengan penuh belas kasih. Ia menjadi teladan bagi mereka untuk bertumbuh dalam kehidupan rohani, dalam iman, harapan, dan kasih. Ketika madame oberin meninggal dunia pada tahun 1741, Crescentia pun terpilih dengan suara bulat untuk menggantikan posisinya.
Setelah menjadi superior biara itu, Crescentia melakukan banyak pembenahan untuk perkembangan kehidupan rohani para suster dan juga pengelolaan keuangan yang lebih baik sehingga ia mampu mengatasi masalah keuangan yang selama ini menjadi kesulitan mereka. Dibawah pimpinannya, biara tak pernah lagi kekurangan dalam hal finansial. Reputasinya sebagai seorang kudus dan seorang pembimbing rohani segera tersebar ke mana-mana. Banyak orang yang datang untuk meminta bimbingan dan nasihatnya, bahkan raja, uskup, dan kardinal sering datang untuk meminta nasihat dari Suster Crescentia.

Karunia Rohani

Suster Crescentia selalu menjalani hidupnya dalam kesucian dan ketaatan. Dalam setiap detik hidupnya, ia selalu mengarahkan hati kepada Tuhan. Kesalehan dan kesuciannya semakin memancar dari dalam dirinya. Suster Crescentia memperoleh banyak karunia rohani. Ia sering memperoleh karunia penglihatan (visioner), dan sering tenggelam dalam ekstase rohani. Ia diberi rahmat oleh Tuhan untuk mengalami penderitaan seperti yang dialami Yesus saat disalib. Pengalaman mistik ini biasa dialaminya hampir pada setiap hari Jumat mulai dari jam 9 sampai jam 3 sore. Dalam waktu itu Crescentia merasakan kesakitan dan derita yang dialami oleh Yesus sendiri saat menjelang wafatnya di kayu salib. Seringkali penderitaan yang dialami oleh Crescentia begitu hebat sampai membuat dia tak sadarkan diri. Dengan pengalaman ini Crescentia semakin memupuk cintanya kepada Yesus. Ia menyadari benar-benar bahwa kesakitan dan penderitaan yang dialami oleh Yesus adalah untuk menebus dosa-dosanya dan dosa manusia seluruhnya. Ia merasa betapa Yesus sangat mencintai dia, dan betapa ia pun ingin terus membalas cinta Yesus itu.

Tutup usia dan kanonisasi

Tahun-tahun terakhir hidupnya dilewatinya bersama dengan penyakit yang terus menggerogoti tubuhnya. Crescentia mulai diserang penyakit pada bagian kepalanya yang terus menerus merasa sakit, sampai kemudian ia merasa sakit pada gusi dan giginya yang membuat ia sulit berbicara. Juga kedua tangan dan kakinya mulai sakit dan akhirnya menjadi lumpuh. Tubuhnya mulai membungkuk dan semakin membungkuk sampai melengkung seperti posisi seorang bayi didalam rahim ibunya. Keadaan Crescentia sungguh memprihatinkan, namun ia tetap tabah. Dan bahkan dalam kesakitannya ia masih dapat berkata dengan semangat St. Fransiskus, “Oh... anggota-anggota tubuhku, pujilah dan sembahlah Tuhan sebab Ia memberikan rahmat dan kesanggupan untuk menderita...”
Pada hari Minggu Paskah tahun 1744, dengan penuh sukacita dan kebahagiaan, suster Maria Crescentia Hoss tutup usia didunia ini dan pergi menghadap Bapa di surga bersama dengan Yesus yang bangkit di hari Paskah itu. Hidupnya yang penuh dengan teladan kesucian itu telah menjadi contoh bagi banyak orang, terutama bagi para suster dalam biara yang telah dipimpinnya.
Proses kanonisasi Suster Maria Crescentia Hoss telah dimulai pada tahun 1775. Namun sekularisasi biara-biara di Jerman yang terjadi selama masa pergolakan Revolusioner di abad ke-18, dan kebijakan anti-Katolik pemerintah Jerman selama masa Kulturkampf di abad ke-19 sangat menghambat proses ini.
Akhirnya, pada tahun 1900, Suster Crescentia dibeatifikasi oleh Paus Leo XIII. Seratus tahun kemudian ia dikanonisasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 25 November 2001. Menyusul kanonisasinya, biaranya di Kaufbeuren diganti namanya menjadi Biara Santa Crescentia (Jerman: Crescentiakloster) untuk menghormatinya.
 Sumber : Katakombe.Org

0 comments:

Post a Comment