Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, April 29, 2019

Santo Paus Pius V

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 4373 Diterbitkan: 01 Desember 2014 Diperbaharui: 04 Desember 2014

  • Perayaan
    30 April
  • Lahir
    17 January 1504
  • Kota asal
    Bosco, Lombardy, Italy
  • Wafat
    1 Mei 1572 di Roma, Italy
    Dimakamkan di the chapel of San Andrea, Saint Peter’s basilica, Vatican City
  • Beatifikasi
    1 Mei 1672 oleh Paus Klemens X
  • Kanonisasi
    22 Mei 1712 oleh Paus Klemens XI Sumber : Katakombe.Org

Paus yang kudus ini dilahirkan di Italia pada tahun 1504. Ia dibaptis dengan nama Antonius Ghislieri. Antonius sungguh ingin menjadi seorang imam, tetapi tampaknya angan-angannya itu tidak akan pernah menjadi kenyataan. Orangtuanya miskin. Mereka tidak punya cukup uang untuk menyekolahkannya.
Suatu hari, dua orang imam Dominikan datang ke rumahnya dan bertemu dengan Antonius. Para imam itu amat suka kepadanya hingga mereka bersedia mengurus pendidikannya. Demikianlah, pada usia empat belas tahun, Antonius bergabung dalam Ordo Dominikan. Ia memilih nama “Mikhael”. Setelah menamatkan studinya, ia ditahbiskan sebagai imam. Kemudian ia ditahbiskan pula sebagai uskup dan kardinal.
Dengan gagah berani ia mempertahankan ajaran-ajaran Gereja dari mereka yang berusaha menentangnya. Ia senantiasa hidup dengan bermatiraga. Ketika usianya enam puluh satu tahun, ia dipilih menjadi paus. Ia memilih nama Paus Pius V. Dulu ia seorang bocah penggembala domba yang miskin. Sekarang ia adalah pemimpin tertinggi Gereja Katolik di seluruh dunia. Walaupun demikian, Paus tetap rendah hati dan sederhana seperti sedia kala. Ia masih mengenakan jubah Dominikan-nya yang putih, jubah tua yang selama ini dikenakannya. Dan tak seorang pun dapat membujuknya untuk menggantinya.
Paus Pius V harus menghadapi banyak tantangan. Ia menimba kekuatan dari salib Yesus. Setiap hari ia merenungkan sengsara dan wafat Kristus. Ia membuka banyak Seminari baru, merevisi brevir, dan buku katekismus baru diterbitkan. Yayasan-yayasan didirikan untuk menyebarkan Iman dan melestarikan ajaran Gereja. Paus Pius V membangun rumah-rumah sakit dan menggunakan kas kepausan untuk merawat orang miskin.

Pertempuran Lepanto - Santa Maria Ratu Rosari
Pada masa itu, Gereja Kristus sedang dilanda ancaman besar dari bangsa muslim Turki yang ingin menguasai Eropa dan memusnahkan Kekristenan. Bapa Suci memberi peringatan kepada para raja dan pangeran di Eropa mengenai situasi bahaya yang sedang mengancam, namun saat itu tak seorang pun yang mempedulikannya.
Ketika Jenderal La Valette yang hebat itu mempertahankan Malta dari serangan bangsa Muslim Moor, tak seorang pun yang membantunya kecuali Paus Pius V yang mengirimkan uang dari Kas Vatikan untuk mempertahankan benteng Kristen yang penting tersebut. Ketika bangsa Turki berhasil dipukul mundur, Raja Turki, Selim II, mempersalahkan Paus dan menyatakan perang terhadap Italia dan mengancam akan menghancurkan setiap kota di Italia.
Menghadapi ancaman demikian, Paus Pius V memerintahkan setiap Gereja di Italia untuk mengadakan devosi selama 40 jam. Raja Selim II menertawakan cara Paus menghadapi ancaman pertempuran seperti itu. Tapi setelah banyak tertawa, 3 hari kemudian Selim II wafat secara mendadak.
Kematian Selim II rupanya tidak menghentikan rencana invasi bangsa Turki ke Italia. Para panglima Turki : Müezzinzade Ali Pasha, Suluc Mehmed Pasha dan Uluç Ali Reis tetap memimpin armada perang dan bergerak menuju Italia. Paus Pius V kembali harus memohon pada para penguasa di Eropa agar bahu-membahu menghadapi ancaman ini. Para penguasa Kristen di Eropa kemudian membentuk sebuah aliansi untuk menghadapi ancaman ini. Armada perang Kristen yang terbentuk dari aliansi ini dipimpin oleh Don Luis de Requesens dan Don Álvaro de Bazán dari Kerajaan Spanyol, dan Gianandrea Doria dari Genoa. Ikut pula seorang pangeran muda dari Austria yang juga adalah adik tiri dari Raja Spanyol; bernama Don John of Austria.
Meskipun Don John belum berpengalaman, namun Paus Pius V mengangkatnya sebagai panglima dari Armada perang Kristen tersebut. Kepadanya Bapa Suci berkata : “Pergilah anakku, karena aku tahu Tuhan akan memberimu kemenangan. Rosario akan menjadi keselamatan bagi kita!”
Bapa Suci kemudian memberkati kapal-kapal dan seluruh armada diserahkan di bawah perlindungan Bunda Maria Ratu Rosario. Semua yang ada di kapal menerima komuni kudus setiap hari dan berdoa rosario berkali-kali dalam sehari.
Pada bulan Oktober 1571 armada perang Turki yang luar biasa besar berlayar menuju Eropa. Sasarannya adalah menaklukkan Italia, menduduki kota Roma dan menghancurkan Kekristenan. Don John dan para komandannya segera menyongsong mereka. Kedua armada perang ini bertemu di suatu wilayah yang disebut Lepanto, dekat Yunani, dan terjadilah pertempuran laut yang sangat dahsyat yang saat ini dikenang dengan nama "Pertempuran Lepanto". Kekuatan kedua belah pihak sangat tidak seimbang dan armada perang Turki jauh lebih unggul. Turki memiliki 251 kapal perang dan 31.490 orang tentara, sedangkan armada Kristen hanya memiliki 212 kapal perang dan 28.500 orang tentara (Sumber : Wikipedia).
Sejak armada Kristen keluar menyongsong musuh, lonceng-lonceng Gereja diseluruh Italia terus menerus dibunyikan pada jam-jam tertentu. Para imam akan mengumpulkan segenap umatnya dan bersama-sama mereka berdoa rosario. Paus Pius V masuk kapel pribadinya dan tetap tinggal di sana sambil terus berdoa rosario.
Dalam peperangan, Don John tetap menyuruh anak buahnya bertempur sambil berdoa rosario. Dan hasilnya sungguh sangat luar biasa. Dari sudut pandang sebagai manusia, kemenangan bagi armada Kristen adalah sesuatu yang mustahil. Namun selama pertempuran berlangsung; Bapa Suci dan semua orang Katholik bersama-sama menggempur surga dengan doa rosario yang tanpa henti. Armada Kristen yang tak berdaya dengan jumlahnya yang jauh lebih kecil, sepertinya akan disapu bersih oleh armada musuh yang jumlahnya jauh lebih besar. Namun tiba-tiba bertiuplah angin dengan kencang dan membawa gelombang laut yang amat besar ke arah armada Turki. Satu demi satu kapal perang Turki pecah dan tenggelam ditelan ombak raksasa yang datang bersama angin kencang tersebut. Ketika para panglima Turki menyadari bahwa armada perang Kristen tengah dilindungi oleh sebuah Kekuatan yang tidak terlihat; mereka kemudian pontang-panting melarikan diri dan meninggalkan armada mereka yang porak-poranda.
Hasil pertempuran Lepanto tercatat; dari pihak Turki 20.000 orang mati, terluka dan tertawan, 137 kapal direbut, 50 kapal tenggelam dan 10.000 orang tawanan Kristen (yang dijadikan para pendayung) dibebaskan. Dari pihak Kristen tercatat 7.500 orang mati dan 17 kapal hilang (Sumber : Wikipedia).
Pertempuran Lepanto yang bersejarah itu terjadi pada siang hari minggu tanggal 7 Oktober. Seharusnya berita kemenangan ini baru sampai di Roma dalam beberapa hari kemudian; tapi pada siang itu juga di Italia, tiba-tiba Paus Pius V mengakhiri doa rosarionya dan keluar dari kapel pribadinya dengan wajah yang penuh syukur. Ia memanggil mereka yang berada di sekitarnya dan berseru : “Cepat kemari! Ini bukan waktunya untuk bekerja. Marilah kita bersyukur kepada Allah Yang Maha Kuasa karena armada laut kita telah memperoleh kemenangan yang besar…!”
Dua minggu kemudian ketika Panglima Don John of Austria tiba di Roma untuk membawa berita gembira tersebut, ia terkejut saat diberitahu bahwa Bapa Suci telah mengumumkan berita kemenangan tersebut pada siang hari tanggal 7 Oktober 1571.  
Sebagai ungkapan terima kasih kepada Bunda Maria, St. Pius V menetapkan Pesta Maria Ratu Rosario yang kita rayakan setiap tanggal 7 Oktober.
Paus Pius V wafat di Roma pada tanggal 1 Mei 1572 dan dinyatakan kudus dua abad kemudian oleh Paus Klemens XI.
 Sumber : Katakombe.Org

0 comments:

Post a Comment