Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, April 17, 2019

Santo Stefanus Harding

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3304 Diterbitkan: 08 Agustus 2013 Diperbaharui: 09 Maret 2017

  • Perayaan
    17 April - 26 Januari (Founders of the Cistercians)
  • Lahir
    Tahun 1060
  • Kota asal
    Meriot, Sherborne, England
  • Wafat
    28 March 1134 di Citeaux, Perancis | Oleh sebab alamiah
  • Venerasi
    -
  • Beatifikasi
    -
  • Kanonisasi
    Tahun 1623 oleh Paus Urbanus VIII Sumber : Katakombe.Org

Stefanus Harding adalah seorang pemuda bangsawan  Inggris yang hidup pada abad keduabelas. Karena tertarik pada kehidupan rohani ia kemudian bergabung dengan sebuah Biara Benediktin di Sherborne. Namun Setelah penaklukan Norman dari Inggris di tahun 1066, Stefanus meninggalkan kehidupan dalam biara, lalu pindah ke Skotlandia. Kemudian ia pergi ke Paris, Prancis untuk belajar.
Suatu ketika Stefanus dan temannya berjalan kaki untuk berziarah ke Roma. Di sana Stefanus bertemu dengan dengan sekelompok biarawan yang hidup amat miskin dan kudus. Para biarawan ini berdoa, berpuasa dan bekerja keras. Demikianlah cara mereka mengungkapkan kasih mereka kepada Tuhan. Stefanus memperhatikan bagaimana bahagianya mereka. Hatinya bergejolak. Kerinduannya akan kehidupan rohani muncul kembali. Stefanus menyesal pernah meninggalkan kehidupan monastik dalam biara dan memutuskan untuk bergabung dengan kelompok biarawan ini. Abbas mereka adalah seorang yang sangat kudus. Kelak abbas ini juga menjadi seorang santo, yakni St Robertus dari Molesme. Ia menerima Stefanus dengan tangan terbuka.
Beberapa tahun lamanya, Stefanus melayani Tuhan dengan penuh sukacita bersama mereka. Namun, sedikit demi sedikit para biarawan tak lagi hendak hidup bermati raga dengan keras seperti semula. Jadi, St. Robertus dan St. Stefanus bersama duapuluh biarawan lainnya mendirikan sebuah biara baru. Mereka membangun sendiri biara itu di padang liar Perancis yang disebut Citeaux. Mereka mengamalkan hidup dalam karya dan kemiskinan. Mereka rindu meneladani kemiskinan Yesus. Mereka juga memelihara keheningan dan kontemplatif yang sangat ketat.
Pada tahun 1099 St. Robertus mendapat perintah dari Paus Urbanus II untuk kembali ke Biara Molesme. Patuh pada keputusan Bapa Suci; St. Robertus mentahbiskan St. Alberikus sebagai abbas biara Cîteaux, lalu kembali ke biara Molesme.  Santo Alberikus menjadi pemimpin biara Cîteaux sampai tutup usia  pada tahun 1109.  Stefanus segera ditunjuk sebagai pemimpin Ordo Cistercian yang ketiga.
Pada kepemimpinan St. Stefanus, ada banyak masalah pelik yang harus ia dihadapi. Para biarawan hanya makan sedikit saja. Kemudian, lebih dari separuh biarawan jatuh sakit dan meninggal dunia. Tampak seolah komunitas akan segera berakhir. Mereka membutuhkan anggota-anggota baru yang muda untuk meneruskan semangat mereka. Stefanus berdoa penuh iman. Dan doanya didengarkan. Tuhan mengirimkan kepada para biarawan yang kini disebut  biarawan Cistercian ini tiga puluh pemuda yang ingin menggabungkan diri dengan mereka. Mereka tiba di gerbang biara bersama-sama. Pemimpin Generasi kedua Cistercian ini  kelak menjadi seorang santo yang hebat pula. Namanya adalah St. Bernardus dari Clairvaux. Hari itu merupakan hari yang sungguh menakjubkan bagi St. Stefanus dan para biarawan.
Stefanus melewatkan beberapa tahun terakhir hidupnya dengan menulis sebuah buku peraturan bagi para biarawan. Ia juga mendidik St. Bernardus dari Clairvaux untuk menggantikan posisinya.
Sementara terbaring di ambang ajal, Stefanus mendengar para biarawan di sekelilingnya berbisik. Mereka mengatakan bahwa Stefanus tidak perlu takut mati. Ia telah bekerja begitu giat dan mengasihi Tuhan begitu rupa. Mendengar itu Stefanus kemudian berkata bahwa ia takut ia tidak cukup baik bagi Tuhan. Dan ia bersungguh-sungguh dengan perkataannya. Hal itu menunjukkan sebuah kerendahan hati yang luar biasa dari Santo besar ini. Ia wafat pada tahun 1134.
 Sumber : Katakombe.Org

0 comments:

Post a Comment