Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, September 22, 2013

HADAPI DENGAN SENYUM??



Ini kisah yang terjadi pada Jumat malam 20 September 2013. Komunitas Rama Domus Pacis mendapatkan kunjungan sosial dari Kelompok Kor Gregorius Paroki Pulomas, Jakarta. Kunjungan di Domus Pacis sebenarnya hanya salah satu acara program ulang tahun ke 26 dari kor ini. Kelompok ini, yang dari Jakarta naik kereta api, memiliki acara: ziarah ke Gua Maria Jatiningsih (Jumat pagi), kunjungan sosial ke Domus Pacis (Jumat malam), ziarah ke Gua Maria Tritis (Sabtu pagi), kunjungan sosial di Panti Asuhan Ngawen (Sabtu siang), dan tugas kor misa di gereja Pugeran (Minggu pagi). Menurut kata-kata dari sambutan wakilnya, pada mulanya anggota kor adalah bapak-bapak anggota Dewan Paroki yang selesai masa baktinya. Almarhum Rama Wiyanto, Pr., yang pada saat itu menjadi Pastor Paroki Pulomas, meminta agar mereka terus mengabdi lewat kelompok kor. Para anggota kor, yang ketika datang di Domus berjumlah 20an orang, berusia di atas 60 tahun kecuali 1 orang bapak yang baru berusia 55 tahun. Mereka datang dengan para istri. Ketika berada di Domus ada juga beberapa orang sanak keluarganya yang ada di Yogyakarta ikut bergabung. Dalam kunjungan ini para rama Domus Pacis mengajak beberapa kelompok tua yang biasa ikut Novena Seminar. Mereka berasal dari Sleman, Minomartani, dan Pringwulung. Dengan demikian kesemuanya ada lebih dari 110 orang. Sebelum acara dimulai, semua yang hadir dipersilahkan lebih dahulu menikmati snak tradisional dengan minuman jahe dan atau kajang hijau. Urusan konsumsi ditangani oleh kelompok relawati Novena Domus yang dikoordinasi oleh Bu Titik Untung.

Acara dibuka dengan Ibadat Sore seperti biasa terjadi di Pertapaan Rawaseneng tetapi ada tambahan beberapa lagu. Sesudah ibadat ada beberapa sambutan dan sharing. Suasana memang meriah penuh sukacita kegembiraan karena segala sambutan dan sharing sering ditambah komentar-komentar singkat dari Rama Bambang yang bertindak sebagai MC. Memang, kadang juga muncul suasana yang membuat suasana haru seperti ketika Rama Yadi menyampaikan sharing singkat perkembangan kehidupan para rama Domus Pacis dari masa lampau hingga menjadi semarak karena adanya kedekatan dengan cukup banyak umat dan kunjungan. Tetapi suasana tertawa lebih banyak muncul seperti ketika wakil Kor Gregorius menyampaikan beberapa hambatan yang dialami karena ada beberapa bapak dalam usianya yang tua menjadi sering lupa. Kalau kelompok kor selalu menyiapkan lagu-lagu untuk disajikan dalam setiap pergantian sambutan dan sharing, kelompok umat penerima tamu yang menemani para Rama Domus juga menyajikan nyanyian dan tarian. Ibu Ambar dari Sleman yang sudah berusia 65 tahun menarikan Tarian Menak Koncar.

Segala pembeayaan konsumsi acara kunjungan ini disumbang oleh kelompok Kor Gregorius. Bahkan Komunitas Rama Domus juga mendapatkan sumbangan untuk mendukung karya pastoral. Yang jelas acara kunjungan itu, yang berlangsung dari jam 18.00 hingga jam 20.00, ternyata sungguh saling memperkaya para tamu dan pihak penerima tamu. Para Rama Domus dan umat sahabatnya mendapatkan contoh semangat tak pernah henti untuk ambil bagian dalam kehidupan menggereja. Sementara para tamu mendapatkan inspirasi dari derap pembinaan kaum tua untuk selalu dinamis ikut Tuhan Yesus di tengah perkembangan situasi hidup dan budaya. Barangkali karena gambaran rumah tua pada umumnya sebagai tempat yang sering membuat orang menderita kesepian, sebelum penutup dengan santap malam, Kor Gregorius menyajikan satu nyanyian dengan judul Hadapilah Hidup dengan Senyum. Sebelum menyanyikannya ada pengantar yang kira-kira berbunyi “Lagu ini kami persembahkan kepada rama-rama di Domus Pacis. Kami mengajak para rama untuk menghadapi hidup, sekalipun sudah tua dan di rumah tua, dengan senyum. Hidup ini indah.” Terhadap pengantar ini Rama Bambang menanggapi dengan kata-kata “Maaf, kebetulan para rama dan kami semua kaum tua yang biasa ikut pembinaan di Domus Pacis, bertekad menghadapi hidup dengan gembira. Dengan tetap menghayati Injil, kami akan berjuang untuk bergembira. Biar tua tetap gembira. Sebagaimana dikatakan oleh Ibu Bari yang tadi sharing ‘Tua tidak renta, sakit tidak sengsara, mati masuk surga’, kami berjuang membangun hati selalu gembira. Untuk ini kami TAK HANYA TERSENYUM, tetapi TER-TA-WA. Bahkan, nanti ketika mati dan sudah ada di dalam peti mati, kami akan meminta agar mulut kami tidak dikatupkan. Sehingga setiap orang yang akan berdoa di peti kami akan tertawa karena melihat mulut mayat kami menganga tertawa. Jadi mayat pun kami berharap bisa menghibur orang lain dengan tertawa.” Kata-kata ini ternyata menunda doa makan beberapa saat karena menunggu tertawa yang hadir selesai.

0 comments:

Post a Comment