Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, September 16, 2013

KAYA NENG RESTORAN



Kemarin, Senin 16 September 2013, dari jam 09.30 sampai hampir jam 13.00 ada temu beberapa rama praja Keuskupan Agung Semarang usia 60 tahun ke atas di Domus Pacis. Komunitas Rama Domus Pacis mengundang rama-rama usia tersebut untuk omong-omong tentang “Format Pastoral Rama Tua”. Pertemuan ini disebut glenikan (omong-omong kecil antar sahabat). Rama Purwatma, Pr. memberikan pengantar berdasarkan dokumen Gereja. Rama Agoeng menjadi pencatat dan penyimpul. Rama Sapta Margana yang usianya juga masih 40an tahun juga ikut karena kebetulan sedang menginap di Domus. Dari Domus, selain Rama Agoeng dan Rama Bambang (yang memandu pembicaraan), yang ikut adalah Rama Yadi, Rama Harta, dan Rama Tri Wahyono. Rama-rama yang hadir adalah Mgr. Puja, Rama Windya (Paroki Delanggu), Rama Kardi (Paroki Mlati), Rama Giyana (Paroki Kalasan), Rama Supriyanto (Paroki Klaten), Rama Kirjito (Paroki Kebonarum), dan Rama Hantoro (Paroki Kebondalem). Rama Tri Hartono dan Rama Suntoro batal hadir karena tiba-tiba sakit.

Sebelum dan sepanjang omong-omong dengan duduk seputar meja, para rama dapat menikmati berbagai macam snak baik dari pasar tradisional maupun dari toko modern. Yang dari toko sebenarnya hanyalah oleh-oleh atau pemberian orang-orang ke rama atau Komunitas Rama Domus. Makanan ini masih tersisa banyak sekali sehingga Mas Raharja, pramurukti Domus, berkata kepada Rama Bambang “Kanca-kanca Komsos diteri nggih, rama?” (Saya antar untuk teman-teman staf kantor Komunikasi Sosial ya, rama?” Rama Bambang menyahut “Shiiiip ..... Okeeeee.” Sementara itu suasana makan siang juga terasa meriah. “Ana sayuran godhongan, ora?” (ada sayuran dedaunan tidak?) tanya Rama Hantoro yang datangnya terlambat karena keliru jalan hingga sampai Universitas Sanata Dharma. Yang ditanyakan oleh Rama Hantoro selalu tersedia di Domus Pacis. Rama Bambang juga selalu makan banyak sayur. Ketika Rama Tri Wahyono menghampiri meja makan. dia (yang tidak membuat pesanan khusus) langsung mengambil salah satu bungkusan yang tersedia beberapa. “Eeee, kosik. Kowe njupuk apa?” (Sebentar. Kamu ambil apa?) Rama Bambang berkata agak berseru, yang sesudah meneliti tulisan tangan pada bungkusan bilang “Yes! Jupuken” (Ya, ambil dan nikmati). Untunglah Rama Bambang diam-diam melipat duakan pesanan lotek dan pecel.

Beberapa menu makan yang dibungkus terjadi berdasarkan tulisan Rama Bambang. Ketika acara dimulai, Rama Bambang berkata “Para rama mangke ngersaaken dhahar napa?” (Nanti para rama menghendaki makan apa?). “Ya sing disedhiaake wae” (Yang disediakan saja) kata salah satu rama tamu. “Ing Domus pancen wonten persediaan ingkang mesthi tirah. Nanging yen ngersaaken dhahar ingkang dipun remeni, mangga kula tulise” (Di Domus selalu ada persediaan yang pasti bersisa. Tetapi kalau menghendaki yang disukai, silakan, saya akan menulis” Rama Bambang menjelaskan. “Nek kula nyuwun sega goreng?” (Bagaimana kalau saya minta nasi goreng?” Rama Windya yang berusia 79 tahun menyambung. “Sageeeet” (Bisa) sahut Rama Bambang. Rama Giyana bilang “Aku kweetiauw” (Aku pesen kweetiaw) dan Rama Bambang mencatat. “Lotek ya isa?” (Lotek juga bisa) Rama Purwatma. Rama Bambang hanya bilang “Oke.” Rama Kardi menyambung “Aku, pecel.” Ternyata Mgr. Puja juga memesan nasi goreng. Salah satu berkata “Nek sego tumpang ya isa?” (Apakah aku dapat pesan nasi tumpang?). Rama Bambang menjawab “Tuku dhewe neng Klaten” (Beli saja sendiri ke Klaten) karena ini adalah meenu khas daerah Klaten yang tidak ada di daerah Pringwulung. Semua tertawa. Beberapa rama berkata ikut menu Domus. Rama Bambang menyerahkan catatan pesanan kepada Mas Raharjo yang akan keluar membeli. “Kene akeh banget warung ya?” (Di sini banyak warung ya?) tanya Mgr. Puja yang dijawab oleh Rama Agoeng “Inggih. Restoran lan warung-warung  wonten kathah dengan harga terjangkau” (Benar. Ada banyak restoran dan warung dengan harga yang dapat dijangkau umum). Salah satu rama tamu berkomentar “Mulane saiki kaya neng restoran” (Itulah sebabnya sekarang seperti berada di restoran).

0 comments:

Post a Comment