Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, April 6, 2017

Ke RS Panti Rapih


Pada Minggu tanggal 2 April 2017, sesudah para peserta Novena Domus meninggalkan Domus, para relawan yang membantu penyelenggaraan Novena dan melayani konsumsi masih berkumpul. Bersama Rm. Bambang mereka membicarakan rencana mengunjungi orang tua Rm. Agoeng di Klaten. "Sing kandha nek ibu gerah kowe ta, Rin?" (Yang memberi informasi kalau ibu sakit kamu, ta?) kata Rm. Bambang kepada Bu Rini ketika tahu bahwa sebelumnya sudah ada kesepakatan akan ke RS Panti Rapih pada Senin sore 3 April. Mengetahui rencana ke Panti Rapih, Rm. Bambang juga akan menyertai. Akan ada dua rombongan: 1) kelompok Ambarrukmo bersama mobil yang dikendarai Bu Laksono; 2) yang lain berangkat dari Domus Pacis dengan mobil Domus yang akan disopiri oleh Mas Handoko. Yang sakit adalah Ibu Maria Madalena Rubinem, ibu tiri Rm. Bambang.

Ketika Senin sore tiba, hujan turun dengan lebatnya. Rombongan dari Domus terdiri dari Bu Madi, Bu Mardanu, Bu Mumun, Bu Sri Handoko, Bu Rini, Mas Handoko, dan Rm. Bambang. Ternyata rombongan dari Ambarrukmo sudah datang lebih dahulu dan menunggu. Mereka adalah Bu Laksono, Bu Tatik, Bu Narti, Bu Wardi, dan Bu Sri. Keduabelas orang ini kemudian bersama-sama menuju Ruang Carolus lantai 2 karena ada berita Bu Rubinem dirawat di ICU. Tetapi, setelah dicek oleh salah satu perawat, beliau ada di Carolus 4 kamar 20. Di dalam Kamar Isolasi Bu Rubinem sudah harus dibantu dengan banyak alat medis. Begitu tahu Rm. Bambang dan rombongan masuk, seorang perawat datang menemuinya dengan membawa surat persetujuan penanganan khusus. Karena sudah dua hari pasien tak dapat menelan makanan dan minuman sehingga selalu muntah, dokter meminta persetujuan untuk membuat lobang khusus sebagai jalan memasukkan makan. Hal ini membutuhkan tanda tangan persetujuan keluar dan Rm. Bambangpun membutuhkan tanda tangan.

Ketika rombongan Rm. Bambang berdiri di gang depan kamar Bu Rubinem dan Rm. Bambang berkonsultasi dengan suster Panti Rapih lewat telepon kantor perawat, Mbak Tari, Mas Heru, dan Mbak Tri datang. Ketiganya adalah karyawan Domus Pacis. Sebenarnya Rm. Bambang tidak memberi tahu tentang ibunya yang di Panti Rapih. Tetapi karena Sri, adik angkat Rm. Bambang, datang ke Domus sesudah rombongan berangkat, karyawan Domus jadi tahu kondisi Bu Rubinem. Pada saat meninggalkan Ruang Carolus menuju tempat parkir, Mas Hadoko berbisik kepada Rm. Bambang "Rama, nyuwun pangapunten badhe matur. Ketingale ibu kok mboten badhe dangu" (Rama, maaf saya akan mengungkapkan sesuatu. Tampaknya ibu tak lama lagi akan dipanggil Tuhan). "Aku ya krasa" (Aku juga merasakan) jawab Rm. Bambang. Maka, ketika ada di perjalanan, terjadi pembicaraan tentang di mana Bu Rubinem akan disemayamkan seandainya Tuhan memanggilnya. Sementara itu Rm. Bambang juga meminta pertimbangan bagaimana kalau ibunya kembali mengalami kondisi stabil. Harus ada tempat menampung dan penjaga khusus. Maklumlah anak angkat dan Rm. Bambang sudah tak dapat melakukan penjagaan. Segala harta dan rumah pun sudah tak ada.

0 comments:

Post a Comment