Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, April 29, 2017

Sabda Hidup



HARI MINGGU PASKAH III
warna liturgi Putih 
Bacaan
Kis. 2:14,22-33; Mzm. 16:1-2a,5,7-8,9-10,11; 1Ptr. 1:17-21; Luk. 24:13-35. BcO Why 6:1-17

Lukas 24:13-35:
13 Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, 14 dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. 15Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka.16Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia.17Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram.18Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?"19Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami.20Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya.21Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.22Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur,23dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup.24Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat."25Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!26Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?"27Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.28Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya.29Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka.30Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka.31Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.32Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"33Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka.34Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon."35Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.

Renungan:
Pada tanggal 21 April yang lalu kita menjumpai anak-anak sekolah dari TK sampai tingkat tinggi memakai kebaya dan beskapan. Mereka merayakan hari Kartini dengan cara itu. Cara itu pasti memberi tanda tertentu, namun cukupkah itu untuk mengenang sang “Dari Gelap Terbitlah Terang”? Kartini memberi cahaya bagi para perempuan untuk memperoleh pendidikan. Ia membawa perempuan keluar dari kegelapan menuju jalan terang.
Dua orang murid pulang dengan hati yang gelap. Mereka kehilangan pribadi yang menjadi tumpuan harapannya. Yesus telah mati. Mereka pun tidak tahu di mana jenasah Yesus berada. Yesus datang menemui mereka. Mereka tidak sadar bahwa yang datang adalah Yesus. Yesus pun menuntun mereka melepaskan diri dari suasana gelap menuju terang. Merekapun terbuka dan melihat jalan terang tersebut.
Ada banyak orang yang mengalami gelap dalam hidupnya. Mereka membutuhkan penuntun menuju terang. Maka kiranya kita perlu menjaga jalan terang kita agar bisa menuntun mereka yang lagi ada dalam kegelapan untuk menemukan jalan terang.

Kontemplasi:
Bayangkan kisah dalam Injil Luk 24:13-35. Bandingkan dengan pengalamanmu.

Refleksi:
Bagaimana caranya membebaskan diri dari kegelapan?

Doa:
Tuhan Engkau penuntunku. Di jalan-Mu semua terlihat dengan baik. Semoga aku bisa bertahan dalam jalan-Mu dan menuntun sesamaku ke sana. Amin.

Perutusan:
Aku akan membebaskan diri dari kuasa kegelapan. -nasp-

#saksikan bagian pertama film “Di Mataku” di TVRI Jogja antara jam 15an WIB hari Minggu, 30 April 2017#

0 comments:

Post a Comment