Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, November 12, 2018

Santo Stanislaus Kostka

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits5838 Diterbitkan16 Agustus 2014 Diperbaharui10 November 2016

  • Perayaan
    13 November
  • Lahir
    28 Oktober 1550
  • Kota asal
    Rostkowo, dekat Przasnysz, Polandia
  • Wafat
    Antara jam 3 - jam 4 pagi tanggal 15 Agustus 1568 di Roma, Italia karena demam tinggi
  • Beatifikasi
    19 Oktober 1605 oleh Paus Paulus V
  • Kanonisasi
    31 Desember 1726 oleh Paus Benediktus XIII Sumber : Katakombe.Org

Awal kehidupan

Santo Stanislaus Kostka Ia lahir di Rostkowo, dekat Przasnysz, Polandia, pada tanggal 28 Oktober 1550. Ayahnya bernama Yohanes Kostka, adalah seorang senator Kerajaan Polandia dari keluarga  bangsawan Zakroczym, dan Ibunya bernama Margaret de Drobniy Kryska.  Ia adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Kakaknya, Paul Kostka masih hidup saat upacara beatifikasinya pada tahun 1605. Di rumahnya, kedua kakak-beradik ini dididik dengan keras, bahkan kadang-kadang kelewat keras. Untungnya, tindakan itu bermuara pada sifat kesalehan, kerendahan-hati, kesederhanaan dan kepatuhan anak-anak tersebut.

Sekolah di Vienna

Pada tanggal 25 Juli 1564, Stanislaus, Paul serta guru pribadi mereka tiba di Vienna Austria untuk masuk sekolah Yesuit yang baru saja dibuka empat tahun sebelumnya. Stanislaus cepat menjadi seorang siswa yang menyolok di antara teman-temannya selama tiga tahun ia bersekolah disitu. Tidak hanya karena keramah-tamahan dan keceriaannya, tapi juga karena kesalehan dan semangat religiusnya yang tinggi.  Saat dalam proses beatifikasi, Paul saudaranya berkata: "Ia mempersembahkan dirinya sepenuhnya pada hal-hal spiritual yang kerap kali menyebabkannya tak sadar diri, terutama saat berada di gereja para pendiri Yesuit di Vienna. Hal seperti itu juga benar telah pernah terjadi pada diri saudara saya di rumah kami saat Paskah ketika ia sedang duduk di meja bersama orang tua kami dan orang-orang lain."
Sikap ketaatan Stanislaus yang luar biasa ini pernah membuat jengkel Paul kakaknya. Kejengkelannya ini menyebabkan dirinya memperlakukan Stanislaus yang tidak bersalah dengan kekerasan. Stanislaus menerima semuanya dengan tabah. Namun suatu hari, habis juga kesabarannya, dan suatu malam saat ia menderita cacian dan pukulan lagi dari kakaknya, ia membalasnya dengan kata-kata, "Perlakuan kasarmu akan berakhir saat aku pergi jauh nanti dan tidak akan kembali lagi. Kamu nanti harus menjelaskan kepergianku kepada ayah dan ibu." Mendengar kata-kata tersebut Paul kembali membalasnya dengan cacian yang lebih kasar pada adiknya.

Menuju Roma

Sementara itu kehidupan religiusnya semakin mendalam; ia lalu memutuskan untuk masuk biara Serikat Yesus dan menjadi seorang imam. Selama enam bulan ia telah mempertimbangkan keinginannya ini, sebelum ia memberanikan diri untuk berbicara tentang hal ini kepada para atasan di sekolah Jesuit di Vienna. Mereka ragu-ragu untuk menerimanya, karena takut akan masalah yang mungkin ditimbulkan oleh ayahnya apabila ia tidak setuju dengan keputusan anaknya tersebut. Stanislaus bisa memahami situasi ini. Karena itu ia memutuskan untuk melamar ke Biara Induk Serikat Jesus di Roma.
Jarak dari Wina ke Roma jauhnya lebih dari seribu kilometer, dan Stanislaus harus menempuhnya dengan berjalan kaki. Pada masa itu, untuk perjalanan sejauh itu, dengan tanpa kendaraan, tanpa bekal, tanpa pemandu dan tanpa perlindungan, adalah sangat berbahaya. Namun semua itu tidak menghalangi Stanislaus untuk berangkat ke Roma dan masuk biara Jesuit.
Pada pagi hari disaat ia hendak berangkat, ia memanggil pelayannya dan menyuruhnya untuk memberitahu kakaknya Paul dan gurunya bahwa ia tidak akan kembali hari itu untuk makan malam. Kemudian pemuda bangsawan ini mengganti pakaiannya dengan pakaian yang biasa dipakai oleh para pengemis dan mulai melangkah menuju Roma.
Saat malam tiba Paul dan gurunya baru menyadari bahwa Stanislaus telah melarikan diri. Dengan marah mereka mulai mengejarnya. Namun setelah sekian lama mengejar dan mencar-cari; mereka tidak juga menemukannya. Ketika kuda-kuda mereka sudah kelelahan, mereka menolak untuk mencari lebih jauh dan pulang ke Vienna. Mereka mungkin mencari pada rute yang keliru, atau mungkin karena tidak mengenali Stanislaus yang mengenakan pakaian seorang pengemis.
Stanislaus sempat tinggal selama satu bulan di kota Dillingen Jerman, dimana Provincial Serikat Jesus saat itu, Santo Petrus Kanisius, menempatkannya bersama para calon novis di asrama sekolah untuk mengujinya.  Stanislaus tiba di Roma pada tanggal 25 Oktober 1567. Ia sudah sangat kelelahan dan lemah oleh perjalanannya. Karena itu Superior Jendral Jesuit saat itu, Santo Fransiskus Borgia, memintanya untuk beristirahat dan memulihkan diri terlebih dahulu selama beberapa hari, sebelum masuk novisiat Jesuit di Biara Santo Andreas.  Selama sepuluh bulan sisa hidupnya, menurut kesaksian pemimpin biara Novisiat tersebut, Giulio Fazio SJ, "Stanislaus adalah model dan cermin dari kesempurnaan hidup religius”. 

Wafat

Pada malam tanggal 10 Agustus 1568, saat perayaan pesta Santo Laurentius, tubuh Stanislaus jatuh sakit akibat demam tinggi, dan ia tampaknya bisa merasakan bahwa saat-saat terakhir hidupnya telah tiba. Ia menulis sepucuk surat pada Bunda Maria meminta-Nya untuk mengangkatnya ke surga agar dapat merayakan Pesta kenaikan Bunda Maria ke Surga bersama-sama. Imannya dalam Bunda Maria, yang telah memberinya banyak tanda Ilahi,  sekali lagi memberikan mujizat.
Pada tanggal 15 Agustus, sekitar pukul empat dini hari, saat ia sedang khusyuk berdoa kepada Tuhan, bersama para orang suci dan Bunda Maria, jiwanya yang indah meninggalkan tubuhnya dan kembali pada Sang Pencipta. Wajahnya bercahaya dengan penuh ketenangan.
Seluruh kota Roma segera menjadikannya sebagai seorang santo. Banyak orang dari berbagai daerah buru-buru datang untuk memberikan penghormatan pada diri Stanislaus dan, kalau memungkinkan, memperoleh peninggalan miliknya. Di kemudian hari, banyak orang cacat yang menjadi sembuh karena pengantaraannya.

Kanonisasi

Tahta Suci Vatikan meresmikan beatifikasi Stanislaus pada tahun 1605. Dan ia di-kanonisasi pada tanggal 31 Desember 1726. Santo Stanislaus adalah seorang santo yang terkenal di Polandia, dan banyak institusi religius yang telah memilihnya sebagai santo pelindung murid-murid mereka. Penggambaran dirinya dalam dunia seni sangatlah beragam. Ia kadang-kadang digambarkan menerima Komuni Suci dari tangan para malaikat; kadang-kadang digambarkan menerima tubuh Bayi Yesus dari tangan Bunda Maria; atau ia digambarkan sedang berada di tengah-tengah peperangan mengusir para musuh dari tanah airnya. Terkadang ia juga digambarkan sedang berada di dekat sebuah sumber air dan sedang meletakkan kain yang basah di dadanya. Ia menjadi tujuan doa orang-orang untuk kesembuhan penyakit jantung yang berdebar-debar dan penyakit-penyakit yang berbahaya. Sumber : Katakombe.Org

0 comments:

Post a Comment