Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, November 23, 2019

Beato Mikhael Agustinus Pro

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 4900 Diterbitkan: 10 Augustus 2013 Diperbaharui: 17 November 2019

  • Perayaan
    23 November
  •  
  • Lahir
    13 January 1891
  •  
  • Kota asal
    Guadalupe, Zacatecas, Mexico
  •  
  • Wafat
    Martir; ditembak mati oleh regu tembak pada 23 November 1927 di Mexico City, Mexico
  •  
  • Beatifikasi
    25 September 1988 oleh Beato Paus Yohanes Paulus II

Beato Mikhael Agustin Pro SJ dilahirkan di Guadalupe, Meksiko pada tahun 1891. Nama lengkapnya adalah José Ramón Miguel Agustín Pro Juárez. Beliau merupakan seorang martir dari abad keduapuluh yang tewas dalam penganiayaan yang dilakukan oleh pemerintah Meksiko terhadap Gereja yang dimulai pada tahun 1911. 
Miguel menjalani masa novisiat di Biara Serikat Yesus pada tahun 1911. Waktu itu ia seorang pemuda berusia duapuluh tahun, murah hati, pemberani serta penuh semangat. Tahun 1914 gelombang penganiayaan dari pemerintah yang anti Gereja semakin hebat hingga para novisiat Jesuit terpaksa diungsikan. Mereka dikirim ke seminari-seminari di luar negeri untuk melanjutkan pendidikan mereka. Frater Pro diungsikan ke Los Gatos, California  Amerika Serikat; kemudian pergi melanjutkan studinya di Granada, Spanyol (1915-1919), dan kemudian ke Nikaragua (1919-1922).  Mikael kemudian menyelesaikan pendidikan imamnya di Belgia dan ditahbiskan pada tahun 1926.
Semoga Tuhan mengampuni Anda! Semoga Tuhan memberkati Anda! Tuhan, Engkau tahu bahwa aku tidak bersalah! Dengan sepenuh hati saya mengampuni musuh-musuh saya! ~ Padre Pro-- Sesaat sebelum kemartirannya
Kesehatan imam muda ini tidak begitu baik. Ia sering mengalami sakit perut berkepanjangan. Namun hal ini tidak menyurutkan niatnya untuk pulang dan melayani umat di negara asalnya yang saat itu  hidup dalam penindasan.  Padre Pro tiba di Mexico  pada tanggal 8 Juli 1926. Kepulangannya ke Meksiko merupakan sukacita di satu pihak dan derita di lain pihak. Ia melihat bagaimana rakyat ditindas oleh pemerintah yang seharusnya melayani mereka. 
Mexico saat itu  dipimpin oleh Presiden Plutarco Elías Calles yang sangat anti Khatolik. Ia memberlakukan peraturan yang disebut “Hukum Calles”  yang memberikan hukuman khusus tanpa pengadilan bagi para imam Khatolik yang mengkritik pemerintah (lima tahun penjara); bahkan memenjarakan siapa saja yang mengenakan pakaian klerikal  di luar gereja. Banyak Gereja ditutup dan para imam dikejar-kejar dan ditangkap. Biara-biara disegel dan para suster dipaksa untuk meninggalkan kaul mereka dengan menikah.  Padre Pro terpaksa melayani Gereja dan umatnya secara sembunyi-sembunyi. Dengan hati-hati ia merayakan Ekaristi secara sembunyi-sembunyi dan melayani sakramen-sakramen lain untuk kelompok-kelompok kecil umat Katolik. Ia juga banyak menulis surat gembala untuk menguatkan iman umat yang sedang dalam penindasan itu. Surat-surat tersebut biasa  ditanda-tanganinya dengan nama samaran “Cocol”.  Padre Miguel sangat pintar menyamar. Ia menyelinap keluar masuk bangunan dan ruangan dan kehidupan. Ia selalu saja nyaris tertangkap, ketika kemudian tiba-tiba ia menghilang.
Pro dengan tabah dan berani tetap melaksanakan pelayanan imamatnya hingga akhirnya ia tertangkap pada bulan November 1927. Ia kemudian dijatuhi hukuman mati tanpa melalui proses pengadilan. Presiden Calles yang kejam mendokumentasikan dengan cermat proses hukuman mati padre Pro untuk mempublikasikannya pada surat khabar di seluruh Mexico. 
Pada tanggal 23 November 1927  Padre Pro digiring dari selnya tempat eksekusi. Sejenak Ia berhenti di dekat para tentara anggota regu penembak dan memberkati mereka.  Permintaan terakhirnya agar diperbolehkan untuk berlutut dan berdoa dikabulkan; dan ia pun berdoa dengan sangat khusuk.  Saat detik-detik eksekusi tiba; Padre Miguel menolak memakai penutup mata. Ia memilih menghadapi para algojo dengan mata terbuka. Padre Pro merentangkan kedua tangannya seperti Kristus saat disalibkan;  sebuah  salib digenggamnya di satu tangan dan sebuah rosario di tangan lainnya.  Dalam posisi ini ia berseru : "Semoga Tuhan mengampuni Anda! Semoga Tuhan memberkati Anda!  Tuhan, Engkau tahu bahwa aku tidak bersalah! Dengan sepenuh hati saya mengampuni musuh-musuh saya!".  Sesaat sebelum peluru menerjang tubuhnya; Padre Pro kembali berseru dengan lantang :  "Viva Cristo Rey!" (Hidup Kristus Raja).........; dan senapan para algojo pun menyalak.  Tubuh martir Kristus ini pun rubuh bermandikan darah; namun ia belumlah meninggal dunia. Untuk memastikan kematiannya, seorang algojo  lalu menembak dahinya dari jarak dekat.
Presiden Calles melarang upacara pemakaman seperti biasanya bagi Pastor Pro. Ia bahkan mengancam akan menghukum siapa saja yang menghadiri pemakaman imam tersebut. Meskipun begitu, tercatat lebih dari  40.000 orang umat mengikuti  prosesi pemakaman Padre Pro dan 20.000  lainnya menunggu di pemakaman. Mereka berdiri sambil berdoa dalam hati, mengucap syukur kepada Tuhan oleh karena hidup dan kesaksian Padre Miguel Agustin Pro.
Pastor Pro dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 25 September 1988.

Setiap Martir Adalah Persembahan Bagi Gereja

0 comments:

Post a Comment