Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, November 24, 2019

Reuni Karya?


Secara praktis kegiatan reuni adalah jumpa kembali dengan yang dulu pernah bersama. Pada Sabtu 23 November 2019 ada 33 orang termasuk saya kumpul di Domus Pacis Puren. Saya dan ketigapuh dua teman adalah sesama lulusan SMA JB (Johanes de Britto) tahun 1969. Di antara kami hanya satu orang yang usianya belum 68 tahun. Tetapi empat bulan lagi dia sudah masuk angka 68. Ternyata perjumpaan dalam rangka 50 tahun selepas SMA, menghadirkan kegembiraan yang menyentuh lubuk hati. WA Group JB69 pagi berikut masih penuh dengan omongan tentang beberapa hal yang menggembirakan.

Dari reuni itu ada hal yang bagi saya amat mengesan. Hal ini terjadi dalam acara omong-omong sesudah makan siang. Di dalam sharing Mas Djojo, “lurah” JB69, mengatakan “Sebenarnya sesudah pensiun saya sering bingung harus berbuat apa. Yang jelas kalau tidak mempunyai kegiatan hidup menjadi kosong. Tetapi kalau harus bekerja, saya sudah merasa berat untuk menjalani tugas-tugas dengan target. Maka ketika ada pengumuman dibutuhkan relawan pengajar para pelajar dan mahasiswa penerima dana dari Gereja, saya mendaftarkan diri. Kini saya mengajar matematika tetapi sebagai relawan”.


Kata-kata Mas Djojo begitu terasa menyentuh lubuk hati saya dan terbawa dalam tidur malam ketika saya menyelesaika proses mengisi pertemuan di Umat Lingkungan Dukuh, Paroki Brayut. Dalam keadaan agar capek, karena sesudah melemas teman-teman JB69 ternyata ada tamu menyusul rombongan lansia Paroki Nanggulan, saya diantar ke Dukuh Pertemuan dimulai pada jam 17.00. Ini berkaitan dengan pengembangan warga Katolik dalam Umat Lingkungan. Ini adalah kegiatan yang lama sudah saya tinggal sejak 1 Juli 2010. Untuk acara ini saya terkesan dengan kata-kata Mas Hari Santoso, salah satu peserta, yang saya baca dalam FB Minggu 24 November 2019. Dengan menyertakan beberapa gambar hasi jepretannya, Mas Hari menulis :

REKOLEKSI UMAT WILAYAH F.X. DI GEREJA SANTO FRANCISCUS XAVERIUS
Dukuh Sabtu 23 November pkl 17 - 20.
Dalam rangka Hari Pelindung St. Franciscus Xaverius 3 Desember.
Romo Dominicus Bambang Sutrisno memimpin acara rekoleksi yg dihadiri tak kurang dr 50 umat dr 3 lingkungan yg ada. Berbagai pesan pastoral mendasar diperoleh mereka yg hadir selaku umat yg peduli dan mau berbagi ke dalam mau pun di tengah masyarakat.
Paparan Romo Bambang D sangatlah riil, aktual, jujur, runtut, komunikatif dan dalam kemasan kebak humor serta celoteh a la beliau hingga pesan2 itu serasa justru menohok sekaligus sampai.
Acara diseling santap malam nan nikmat plus halal.
Kapan lagi ya?
Trimss buat panitia.
Dukuh, larut malam 23/24 Nov.2019

Tampaknya umat amat antusias dan gembira. Jujur saja, saya juga merasakan kegairahan khusus sehingga lupa rasa capek sibuk menyambut teman JB69 dari jam 08.30 hingga 14.00 dan langsung diteruskan omong-omong dengan rombongan Nanggulan hingga lebih dari jam 15.00. Padahal saya sudah bangun pagi jam 03.30 untuk mengirim renungan di Blog, FB, Email, dan WA serta langsung mandi terus ke Seminari Tinggi Kentungan melayat jenasah Rm. Hantoro. Dari situ bersama Mas Handoko dan Bu Rini mengambil snak untuk jamuan para tamu. Tetapi semua rasa capek seperti terhapus dengan adanya pertemuan dengan Umat Lingkungan Dukuh. Meskipun demikian di dalam lubiuk hati saya tidak akan bersedia seandainya ada yang menawari kembali jadi Tim Pendamping Umat Lingkungan. Saya menikmati kelansiaan dan kalau berkegiatan hanya sebagai free lance. Bahkan untuk bentuk kegiatan yang saya hayati di masa dulu, saya menganggap itu sebagai REUNI KARYA.

0 comments:

Post a Comment