Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, November 26, 2019

Harus Senam?


Ini juga pengalaman seorang lansia yang tinggal di rumah tua bersama teman-teman lansia. Mobilitasnya sudah dengan kursi roda. Sebenarnya dia memiliki tinggi badan 161 cm. Ketika belum berkursi roda pernah berdiri di alat penimbangan berat badan. Jarum besar hampir menunjuk angka 90. Itu terjadi di sekitar tahun 2009. Sekarang tahun 2019. Ketika harus opname di rumah sakit data berat badan hanya berisi tulisan obesitas. Tidak sedikit orang mengatakan “Anda kegemukan, lho”. Tetapi dia hanya tertawa. “Hati-hati dengan tubuh gemukmu. Mudah jatungan” ada yang bersuara menghubungkan dengan penyakit jantung.

Komentar-komentar lain juga muncul dan kerap dihubungkan dengan berbagai penyakit. Tetapi dia hanya tertawa dan paling-paling berkata “Lha piyé menèh? Cèn ngéné, kok” (Lalu harus bagaimana? Kenyataannya begini, kok). Beberapa penyakit memang sudah ngendon di tubuhnya. Hipertensi, kolesterol, trigliserida, asam urat, dan diabetes. Tetapi dia sudah bersahabat dengan kesemuanya. Sebenarnya dia berhasil membiasakan diri menyantap menu-menu makanan yang sesuai dengan selera penyakit-penyakitnya. Tetapi berat itu semua tak dapat membendung perluasan badan. Namun wajahnya selalu tampak gembira diwarnai oleh tawa dan keceriaan.

“Tetapi kamu harus menurunkan berat badan. Kamu harus senam setiap hari” pada suatu hari ada tamu yang mendesakkan nasehat mulia. Dia menjawab “Disuruh loncat-loncat dan jongkok-jongkok?” Tamu itu memberi kiat “Asal menggerak-gerakkan anggota tubuh saja”. Dengan kursi rodanya dia mengajak tamunya menuju kamar teman serumah. Karena pintunya terbuka, mereka dapat melihat penghuninya sedang duduk di kursi roda menghadapi acara TV. Memperhatikan kondisinya orang dapat jatuh belaskasihan. Kedua tangan selalu bergerak tak terkendalikan akibat tremor. Kepada tamunya dia berbisik “Galo kaé, deloken. Ra tau lèrèn senam” (Lihatlah. Dia tidak pernah berhenti senam). Barangkali karena jengkel sang tamu memberikan bisikan “Dhasar ngèyèl!” Adhuh, apa Indonesianya dhasar ngèyèl?

0 comments:

Post a Comment