Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, February 13, 2019

Santa Katarina dari Ricci

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits5221 Diterbitkan25 Juli 2013 Diperbaharui31 Mei 2014

  • Perayaan
    13 Februari
  • Lahir
    23 April 1522
  • Kota asal
    Florence Italia
  • Wafat
    2 February 1590 di Prato, Italy | Oleh sebab alamiah
  • Beatifikasi
    23 November 1732 oleh paus Klemens XII
  • Kanonisasi
    29 Juni 1746 oleh Paus Benediktus XIV Sumber : Katakombe.Org

Santa Katarina Lahir dengan nama Alessandra Lucrezia Romola de’ Ricci pada tahun 1522 dalam keluarga Bangsawan Ricci di Florence, Italia.  Ibunya meninggal saat Alessandra masih bayi, dia lalu dibesarkan oleh ibu baptisnya, namun ia selalu menganggap bunda Maria adalah ibunya kandungnya; karena itu Alessandra memiliki devosi yang sangat mendalam padanya. Alessandra kecil adalah seorang anak yang sangat polos, sehingga ia bisa berbicara dengan malaikat pelindungnya, dan dari malaikat pelindungnya ia belajar bagaiman cara berdoa rosario.
Di usia 13 tahun Alessandra masuk biara suster Dominikan di Montecelli. Sebagai biarawati, ia memilih nama Chaterina (Katarina). Suster Katerina memiliki Cinta yang sangat mendalam terhadap sengsara Yesus di salib. Dalam keheningan biara ia sering bermeditasi merenungkan kisah sengsara Kristus. Yesus kemudian menganugerahinya hak amat istimewa untuk menerima tanda-tanda Luka-Nya (Stigmata) di tubuhnya. Dengan gembira Katarina menanggung segala rasa sakit yang timbul oleh karena luka-luka suci yang dia miliki sampai pada akhir hayatnya.
Dalam doa-doanya Katarina mulai menerima penglihatan-penglihatan (visi) dan mengalami ektase dengan kehadiran Roh Kudus dalam jiwanya. Beberapa rekan biarawati meragukan karunianya ini sebab secara lahiriah Katarina  tampak seperti tidur atau diam dan dengan terpesona menatap ke suatu arah ketika karunia penglihatan itu datang. Meskipun begitu semua orang menerima karunia Suster Katarina sebagai bagian dari kehidupan mereka dengan Tuhan.
Pada usia 20 tahun Suster Katarina mulai mengalami ektase Sengsara Yesus disalib yang dimulai dari hari Kamis siang sampai pada hari Jumat sore jam 4:00. Ekstase Sengsara Yesus ini rutin dialami Santa Katarina setiap minggu selama dua belas tahun. Saat Suster Katarina berada dalam ekstase sengsara Yesus ini;  luka-luka yang dialami pernah Yesus akan muncul secara ajaib pada sekujur tubuh Katarina.  Dan secara ajaib pula luka-luka tersebut muncul dalam urutan seperti yang dialami Yesus. Mulai dari luka akibat dicambuk dan luka di kepala akibat ditusuk mahkota duri. Pada akhirnya Suster Katarina  akan penuh dengan luka dan bahunya menjorok dari Salib.  Suster Katarina mengalami penderitaan yang maha hebat seperti yang pernah Yesus alami. Namun seperti teladan Yesus sendiri; Katarina juga tidak pernah mengeluh. Ia senantiasa bersyukur atas karunia Ilahi yang diterimanya.
Mujizat ini membuat orang-orang mulai ramai datang mengunjungi Biara Suster Katarina pada setiap akhir minggu. Banyak yang pada awalnya bersikap skeptis, namun begitu melihat secara nyata akan sengsara Yesus yang dialami oleh Suster Katarina;  mereka lalu bertobat dan menjadi percaya.  Semakin hari-semakin banyak peziarah rohani yang datang. Mereka bersatu dalam doa bersama dengan Suster Katarina yang sedang mengalami ekstase Sengsara Yesus di salib. Tiga orang yang nantinya terpilih menjadi Paus di masa depan; (Kardinal Cervini yang kemudian menjadi Paus Marcellus II; Kardinal Alexander de Medici, Paus Leo XI, dan Kardinal Aldobrandini, Paus Clement VIII)  pernah berada di antara ribuan orang yang berdoa bersama Santa Katarina yang sedang mengalami kembali Sengsara Yesus disalib.
Suatu kali, dalam sebuah penglihatan, Tuhan mengijinkan Katarina untuk melihat jiwa seseorang yang sedang berada di api penyucian. Demikian besar kasihnya sehingga Katarina menawarkan diri untuk menggantikan penderitaan jiwa tersebut. Tuhan mendengar doanya dan Katarina mengalami penderitaan yang amat hebat empat-puluh hari lamanya. Penderitaannya ini merusak kesehatannya secara permanen.
Setelah menderita sakit yang demikian lama serta menyakitkan, St. Katarina wafat pada usia enam puluh delapan tahun pada tanggal 2 Februari 1590. Seratus lima puluh tahun kemudian Ia dinyatakan kudus pada 1746 oleh Paus Benediktus XIV.
 Sumber : Katakombe.Org

0 comments:

Post a Comment