Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, February 14, 2019

Santo Jovita

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits3637 Diterbitkan27 Juli 2013 Diperbaharui31 Mei 2014

  • Perayaan
    15 Februari
  • Lahir
    Hidup sekitar Abad 2
  • Kota asal
    Brescia - Italia
  • Wafat
    Tahun 120 di Brescia, Italy | Martir
    Bersama saudaranya dilemparkan pada singa di arena, tapi binatang buas tersebut tidak menyentuh mereka. Karena itu mereka lalu dipenggal kepalanya.
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation Sumber : Katakombe.Org

Santo Jovita bersama saudaranya St Faustinus berasal dari keluarga bangsawan di kota Brescia, Italia. Mereka termasuk dalam bilangan para martir Kristen perdana. Kedua pemuda ini banyak menderita dalam masa penganiayaan Kaisar Hadrian pada abad kedua.
Sejak masih belia, Jovita dan Faustinus telah dikenal karena cintanya yang besar kepada agama yang mereka peluk. Mereka juga mengamalkan karya-karya belas kasih Kristiani. Kedua bersaudara ini saling tolong-menolong dalam berbuat baik kepada mereka semua yang membutuhkan. Uskup Brescia menahbiskan keduanya menjadi imam. Demikianlah, mereka mulai berkhotbah ke mana-mana, baik kepada mereka yang kaya maupun yang miskin. Mereka tak menghindarkan diri dari kurban yang diperlukan untuk membawa banyak orang kepada Tuhan. Karena waktu itu adalah masa penganiayaan, orang mudah merasa takut. Tetapi, mereka tak menyerah pada rasa takut menghadapi para prajurit meski para prajurit ini tanpa belas kasihan membantai banyak umat Kristiani.

Ketika kaisar mendengar bahwa Faustinus dan Jovita berani berkhotbah secara terbuka, ia menjebloskan mereka ke dalam penjara dan menyiksa mereka. Kaisar berpikiran bahwa siksa aniaya akan dapat membungkam mereka. Tetapi, tak peduli betapa berat penderitaan yang harus ditanggung kedua imam itu, mereka tak hendak berjanji untuk berhenti berkhotbah tentang Yesus. Mereka senantiasa dalam sikap doa bahkan dalam penjara yang gelap ngeri. Sesungguhnya, mereka secara suka hati mempersembahkan penderitaan mereka kepada Tuhan. Faustinus dan Jovita saling menyemangati satu sama lain untuk tetap gagah berani bahkan jika mereka, juga, harus mati sebagai martir demi Yesus.

Kedua bersaudara itu tetap setia pada iman dan kasih kepada Yesus hingga keduanya wafat dimartir. Tanggal tepatnya kematian mereka tidak dicatat. Meski begitu, kesaksian mereka yang gagah berani merupakan kenangan suci sekaligus tantangan bagi kita semua untuk hidup seturut teladan mereka.
 Sumber : Katakombe.Org

0 comments:

Post a Comment