Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, January 27, 2019

Kriwikan Dadi Grojogan?



Sebenarnya pada awal mula Rm. Bambang hanya akan mencari variasi. Sekali-sekali mengadakan hajatan Domus Pacis tidak di kompleks Wisma Domus Pacis Puren. Sekali-sekali mengajak gembira umat Lingkungan lain sambil mengajak rama-rama penghuni Domus bersama-sama pergi menghirup udara luar. Maka, sudah sejak bulan November 2018 Rm. Bambang mengajukan pertanyaan kepada Bu Rini "Piye suk nek ulang taun imamat Januari neng ngomahmu?" (Bagaimana kalau ulang tahun imamat Januari 2019 diselenggarakan di rumahmu?). Ternyata Bu Rini menjawab dengan wajah amat ceria yang menunjukkan hati antusias.

Dalam pembicaraan itu disepakati bahwa yang akan jadi tamu undangan adalah para lansia anggota Jagongan Iman (program pendalaman ajaran Katolik yang didampingi oleh Rm. Bambang untuk kelompok lansia) kelompok Murangan dan Sleman serta umat Lingkungan Santa Yohana Sleman Timur. Dalam perhitungan, bersama para penghuni Domus Pacis dan anggota grup WA Relawan Domus serta tamu lain, jumlah yang akan hadir sekitar 100 orang. Ketika gagasan ini disampaikan oleh Rm. Bambang ke Rm. Harto dengan kata-kata "Njing ulang taun tahbisan, njenengan ajeng bareng kula napa dhewe?" (Besok ulang tahun tahbisan Anda akan bersama saya atau akan menyelenggarakan sendiri?), beliau berkata "Sareng njenengan" (Bersama Anda). Ketika diberi tahu tempat penyelenggaraan Rm. Harto pun bertanya "Mapan teng tokone nika?" (Apakah bertempat di ruang toko Bu Rini?) yang dijawab oleh Rm. Bambang "Enggih" (Iya).

Tetapi yang terjadi sungguh amat berbeda dengan yang direncanakan. Pada tanggal 27 Januari 2019 rencana itu terlaksana. Kelompok Jagongan Iman di luar Murangan dan Sleman juga berasal dari Dhuwet (Klaten), Gondang, dan Pringgolayan. Selain keluarga dan undangan dari Rm. Harto ternyata banyak sekali warga Katolik yang datang seperti sanak saudara Bu Rini, Lingkungan Sleman Timur, guru-guru teman Bu Rini, PUPIP (Paguyuban Umat Peduli Imam Praja) Ungaran dan masih banyak yang lain yang tak diketahui oleh Rm. Bambang. Masyarakat dusun Beteng ikut sibuk. Ibu-ibu PKK RT Beteng dengan jilbabnya menjadi penerima tamu.

Acara pun dimulai dengan satu tarian. Pak Dukuh Beteng menjadi wakil keluarga memberikan sambutan. Perayaan Ekaristi menjadi amat meriah dengan iringan Kor Yosepin (Ibu-ibu Paroki Medari). Dalam bagian homili Rm. Bambang minta 2 umat tampil menyampaikan kata-kata komentar berkaitan ulang tahun kedua rama. Kemudian Rm. Harto dan Rm. Bambang bergantian memberikan sharing. Seusai misa satu tarian lagi tampil menghibur semua yang hadir. Mas Dalijo Angkring, seniman serba bisa, memberikan sambutan atas nama umat. Sambutan pun jadi tampilan lawak. Bambang Laras, penyanyi yang laris di hajatan-hajatan daerah Klaten, didatangkan dari Klaten bersama playernya mengisi lagu-lagu selama waktu makan hingga selesai. Semua yang hadir diperkirakan mendekati jumlah 400 orang.

Semua tampak amat bergembira ikut mensyukuri ulang tahun imamat Rm. Harto yang ke 35 dan Rm. Bambang yang ke 38. Kalau dibandingkan dengan rencana awal yang terjadi dapat dikatakan kriwikan dadi grojogan (aliran kecil air berubah jadi aliran deras). Memang, itu adalah pepatah Jawa yang berkaitan dengan masalah kecil berubah jadi besar. Tetapi hal kecil yang dulu direncanakan jadi urusan besar yang muaranya tanggal 27 Januari 2019, memang menjadi keributan sana-sini. Puji Tuhan ada gotong royong Bineka Tunggal Ika dari masyarakat dan umat.

0 comments:

Post a Comment