Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, January 10, 2019

Rm. Bambang ke Banyumanik




"Sing ndherek rekoleksi pinten?" (Berapa orang yang ikut ?) tanya Rm. Harto kepada Rm. Bambang ketika makan malam pada hari Minggu 6 Januari 2019. Rm. Bambangpun menjawab "Mboten rekoleksi, rama. Wau niku misa sing menghadirkan kaum difabel. Ning misane nggih dingge umat umum" (Bukan rekoleksi, rama. Tadi saya misa dan di situ dihadirkan kaum difabel. Tetapi misa itu juga untuk umat umum). Pertanyaan Rm. Harto memang dapat dimaklumi. Hal ini dilatarbelakangi oleh realita Rm. Bambang yang praktis sudah amat jarang sekali memimpin misa untuk umat umum di gedung Gereja Paroki. Dia memang kerap pergi memimpin misa. Tetapi misa yang dipimpin pada umumnya adalah misa ujub. Itupun pada umumnya adalah misa peringatan arwah. Kalau ada paroki yang meminta kehadirannya, biasanya dia diminta untuk menjadi pembicara entah rekoleksi entah seminar. Itupun biasanya adalah pertemuan untuk kaum lansia.

Pada Minggu itu Rm. Bambang diminta datang ke Paroki Banyumanik. Bruder Sipri CSA sudah menghubunginya pada sekitar September 2018. Br. Sipri adalah salah satu penggerak SSV (Serikat Santo Vincentius) Paroki Banyumanik. Pada hari itu SSV Banyumanik mengadakan Perayaan Natal dan Tahun Baru untuk kaum difabel Rayon Semarang. Beberapa hari sebelum hari itu Rm. Bambang mengirim SMS ke bruder "Nek aku dodolan nggo golek dana entuk ora?" (Bolehkah aku jualan untuk cari dana?) yang dijawab "Saget" (Bisa) dan bahkan disanggupi untuk meminjami meja. Itulah sebabnya, ketika akan berangkat pada jam 04.00 dari Domus Pacis Puren, Mas Handoko dan istrinya juga memasukkan tumpukan kain-kain batik ke dalam mobil. Domus Pacis memang ikut membantu SMK Sanjaya Pakem dalam pencarian dana. Dalam perjalanan menuju Banyumanik, rombongan kecil ini menyamper Bu Rini yang sudah menunggu di rumahnya di Sleman.

Misa di Banyumanik terjadi pada jam 07.30. Rm. Bambang dengan kursi rodanya diangkat menaiki beberapa tangga menuju ruang sakristi. Rm. Martoyoto, pastor di Banyumanik, mendampingi Rm. Bambang dalam memimpin misa. Ternyata di antara lektor ada yang tuna rungu. Sebelum berkat ada tampilan dua lagu dari para difabel. Ketika berkat para difabel yang ikut misa diminta oleh Rm. Bambang untuk berdiri di depan. Pada sekitar jam 11.00 Rm. Bambang dan rombongan kecilnya sudah meninggalkan Banyumanik. Dalam perjalanan pulang Rm. Bambang ingat kata-kata Rm. Ria "Aja mung omong ngandhani. Ditukokke!" (Jangan hanya omong memberi tahu. Belikan!) Ini adalah peristiwa di kamar makan ketika berbicara tentang "Nya Week". Ternyata Mas Abas dan Mas Ardi belum tahu. Ketika dijelaskan itu adalah makanan, mereka bilang belum pernah lihat. Maka ketika sampai Magelang rombongan kecil ini berhenti untuk membeli wajik dengan merek itu. Cukup tiga dos saja, yaitu untuk keluarga Mas Handoko, Bu Rini, dan karyawan Domus. Para rama masih memiliki persediaan banyak snak.

0 comments:

Post a Comment