Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, January 22, 2019

Lingkungan Stefanus Bintaran


Suasana sore itu, Sabtu 12 Januari 2019, memang segar ceria penuh tawa. Lokasi penerimaan tamu tidak seperti biasa. Biasanya para tamu diterima di aula dalam dengan membuka pintu-pintu sekat yang memisahkan aula dengan ruang makan. Tetapi para tamu, 45 orang dari Lingkungan Stefanus Paroki Bintaran, diterima di teras dari depan kamar Rm. Bambang hingga aula. Formasi jadi memanjang. Tak ada soundsystem yang disediakan. Rm. Bambang menyadari bahwa suara dapat tidak terdengar bagi yang berjauhan. Padahal mayoritas sudah tampak tua bahkan lansia. Maka Rm. Bambang, yang memandu penerimaan tamu menempatkan diri sebagai pengeras suara. Siapapun yang berbicara akan diulang oleh Rm. Bambang dengan suara lantangnya tetapi kata-kata yang keluar akan dapat terpelesetkan. Inilah yang membuat semua sering terbahak-bahak dalam tertawa. Para rama yang ikut menerima di teras tidak berada berdekatan. Rm. Yadi dan Rm. Tri Wahyono berada di ujung utara. Rm. Tri Hartono di ujung selatan. Sedang Rm. Harto, Rm. Ria, dan Rm. Bambang berjajar di deretan tengah menghadap ke timur.

"Terima kasih atas penerimaan para rama di rumah yang sejuk dan nyaman ini. Saya memang baru sekali ini datang ke sini" demikian kata-kata pembuka dari bapak yang mewakili para tamu pengunjung yang masuk Domus Pacis Puren pada sekitar jam 16.20. Sesudah kata sambutan itu, Rm. Bambang memperkenalkan satu per satu para rama secara singkat. Kemudian ketika dibuka kesempatan mengajukan pertanyaan, ternyata beberapa orang memang mengacungkan jari. Setiap pertanyaan selalu diulang dan yang diminta menjawab Rm. Yadi dan Rm. Ria. Di sini Rm. Bambang selalu mengulang jawaban yang dirumuskan kembali dengan kata-kata humor.

Acara duduk-duduk di teras ini diakhiri dengan penyerahan tanda kasih berupa oleh-oleh dan amplop. "Iki nggo kas Domus Pacis apa didum rama-rama?" (Ini untuk kas Domus Pacis atau dibagikan ke rama-rama?) tanya Rm. Bambang lantang kepada semua tamu. Ternyata secara spontan muncul suara yang berulang-ulang "Sumangga" (Terserah). Kemudian Rm. Bambang berkata "Nek ngono takputuske, separo didum separo nggo nambah kas Domus" (Kalau begitu saya putuskan separo dibagi dan separo lain untuk menambah kas Domus). Rm. Bambang menghitung di muka umum dan lalu langsung memberikan bagian-bagian kepada para rama. Entah bagaimana hal ini justru membuat para tamu tertawa penuh kemeriahan.

Setelah pertemuan teras para tamu diberi kesempatan untuk minum dan snak yang sudah disiapkan oleh Bu Rini dan karyawan Domus. Pada jam 17.00 lebih sedikit semua masuk kapel. Untuk Misa Minggu dari para tamu sudah siap lektor, organis, dan nyanyian. Misa dipimpin oleh Rm. Bambang. Khotbah mengetengahkan nilai-nilai Pesta Pembaptisan Tuhan Yesus yang dikaitkan dengan Natal dan teladan Santo Stefanus pelindung Lingkungan para tamu. Usai misa semua menyantap makan malam bersama yang diolah oleh Bu Tatik Santo. Di pagi berikutnya Rm. Bambang membaca WA dari Mbak Emi, penghubung dari para tamu, yang ditulis pada malam jam 22.10 sepulang dari kunjungan "Romo... tadi waktu nyerahin kursi roda nggak ke foto. Bisa nggak Romo foto sama kursi rodanya?" Itulah sebabnya mengapa ada gambar Rm. Bambang duduk di kursi roda baru hasil jepretan Mas Tono.

0 comments:

Post a Comment