Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, January 28, 2019

Syukur atas Tahun Rahmat Tuhan


Sebenarnya saya menerima Sakramen Pentahbisan sebagai imam pada tanggal 22 Januari 1981. Tetapi pada tahun 2019 ulang tahun imamat saya dirayakan pada tanggal 27 Januari dalam Misa Minggu Biasa III. Bagi saya, sesudah membaca Injil hari itu, ada hal yang amat menarik perhatian saya. Injil yang dibacakan diambil dari Luk 1:1-4; 4:14-21:
1:1. Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita,
1:2 seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.
1:3 Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu,
1:4 supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.
4:14. Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu.
4:15 Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia.
4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
4:17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:
4:18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.
4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."

Dari kutipan itu saya menemukan dua hal :
  • Dari 1:1-4 saya mendapatkan apa yang ditulis oleh Santo Lukas sungguh berdasar fakta bahwa itu berkaitan dengan Firman sebagaimana kesaksian para pelayan iman.
  • Dari 4:14-21 kehadiran Tuhan Yesus dalam tuntunan Roh Kudus menjadi momen datangnya tahun rahmat Tuhan.

Pengalaman

Pada Awal Mula

Sebagai imam kini saya berada di Wisma Domus Pacis Puren, salah rumah para rama praja tua Keuskupan Agung Semarang. Domus Pacis menjadi tempat tinggalku mulai dengan tanggal 1 Juli 2010. Pada tanggal itu saat jam 05.00 pagi saya meninggalkan Muntilan tempat yang menjadi kantor Karya Misioner dan Karya Kepausan Indonesia Keuskupan Agung Semarang yang secara praktis saya ikut di dalamnya selama 27 tahun. Di dalam kepindahan ini saya sungguh penuh dengan semangat untuk membangun dan mengembangkan karya misioner praktis harian di kalangan umat. Saya sudah mempersiapkan diri selama dua bulan dengan segala tulisan hasil renungan dan membaca dokumen-dokumen misioner serta beberapa buku. Memang, program pertama adalah mengerasankan rasa lebih dahulu berada di kamar yang menjadi jatah saya. Kecuali ada permintaan memimpin misa, saya menahan diri untuk berada di kamar. Ternyata pengerasanan diri itu terlaksana sesudah 59 hari berproses. Demikianlah, pada bulan ketiga saya mulai menjalankan rencana kerja. Sebagai rintisan saya terutama bekerjasama dengan teman-teman lama jaringan misioner dari Gondang, Ganjuran, dan Seyegan.

Di Tengah Realitas Gagal

Ketika sudah lebih setahun saya mencoba beberapa kegiatan, saya harus menyadari bahwa apa yang sudah saya rencanakan tidak berjalan sesuai dengan yang saya programkan. Teman-teman jaringan, dan bahkan para peserta kegiatan, adalah orang-orang yang sudah disibukkan oleh kegiatan Gerejani termasuk karya yang sudah saya tinggalkan. Di dalam hati saya mengatakan “gagal”. Dan ini terbukti sesudah berjalan dua tahun tanpa kelanjutan. Saya tidak akan mendesak teman-teman jaringan untuk menempatkan rencana saya sebagai prioritas perhatian mereka. Sementara itu kesadaran akan kondisi fisik dan ketuaan memberi tahu bahwa saya sudah tidak akan mampu mencari dan mengembangkan kader-kader baru untuk menjadi tim kerja.

Saya memang sudah tak punya teman kerja seperti dulu di kantor ada Seno, Budi, Pak Muji, Turmudi, Gito, dan Yuli untuk omong-omong tentang karya. Tetapi pada waktu itu di Domus Pacis ada Rm. Agoeng yang kebetulan memiliki hubungan batin karena saya akrab dengan bapak dan ibunya. Beliau memang amat sibuk dengan karya di Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Semarang. Beliau memang banyak pergi sehingga waktu berada di Domus memang terbatas. Namun demikian, Rm. Agoeng amat punya hati akan kehidupan para penghuni Domus dan kondisi rumah. Maka yang terbatas itu tidak mengurangi bobot menyatunya Rm. Agoeng dengan para rama Domus. Begitu berada di rumah, paling tidak beliau akan ikut makan bersama. Di sini banyak hal bisa diomongkan sehingga muncul gerakan-gerakan pengembangan Domus Pacis. Dan kalau kebetulan berada di rumah Rm. Agoeng juga kerap omong-omong berdua dengan saya. Nah, dalam salah satu kesempatan beliau berkata “Rama, wonten segmen ingkang dèrèng patosa kegarap pendampingan imanipun, lho” (Rama, ada kelompok yang belum begitu terdampingi pengembangan imannya, lho). Dan kemudian beliau berbicara tentang pendampingan kaum lansia dalam Gereja. Omong-omong ini terjadi pada bulan-bulan terakhir tahun 2011. Dari situ muncullah gagasan agar para rama Domus belajar lebih dahulu tentang kehidupan kaum lansia.

Open House

Kelanjutan omong-omong dengan Rama Agoeng berkembang menjadi rencana kegiatan mengadakan open house pada tanggal 5 Februari 2012. Rencana mengajak beberapa lansia dilakukan karena kalau hanya untuk rama-rama Domus saja jumlahnya terlalu kecil. Saya perkirakan akan ada sekitar 30-40 orang bersedia ikut. Upaya mengumpulkan pendaftar hanya dilakukan lewat SMS yang saya buat bekerjasama dengan beberapa kenalan. Ternyata yang mendaftarkan jauh melebihi perkiraan. Pada saat pelaksanaan ada 137 orang menjadi peserta diluar penghuni Domus Pacis. Pak Prof. Dr. Dicky, Rm. Agoeng, Rm. Yadi, dan saya menjadi pembicara untuk topik Biar Tua Tetapi Gembira. Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa dengan kegiatan ini Domus Pacis mulai mempunyai relawan teman kerja yaitu Bu Laksana, Bu Mumun, dan Bu Titik Untung. Mereka menjadi tim yang menangani penyediaan konsumsi. Pada waktu itu para peserta hanya duduk secara lesehan di atas tikar. Tetapi acara ini ternyata mendapatkan sambutan mendalam sehingga sesudah pelaksanaan muncul desakan untuk diselenggarakan lagi. Acara sama diadakan dengan menyewa kursi dan tenda pada tanggal 2 September 2012. Pak Prof. Dr. Pratiknya hadir menjadi pembicara tentang Beriman di Masa Tua dengan peserta lebih dari 180 orang. Kalau pelaksanaan bulan Februari hanya berisi seminar, acara bulan September ditutup dengan Misa. Dan ternyata kegiatan ini menjadi embrio program Novena Ekaristi Seminar dari Maret hingga November setiap Minggu Pertama yang dimulai pada tahun 2013. Program pendampingan kaum lansia ini kemudian bertampah dengan kegiatan Jagongan Iman yang mulai terjadi pada Februari 2014. Untuk Jagongan Iman saya mendatangi kelompok-kelompok lansia yang meminta. Di sini ada penyegaran kembali akan ajaran-ajaran Katolik dengan pegangan buku Katekismus Gereja Katolik.


Tahun Rahmat Tuhan

Kutipan Luk 4:18-19 sebenarnya didasarkan pada Kitab Yes 61:1-2. “Nabi Yesaya menegaskan bahwa tahun yubileum akan terpenuhi dengan campur tangan Allah. Hal ini akan diulang dalam setiap 50 tahun sebagai tahun Yobel, tetapi Tuhan Allah sendiri turun tangan dan mengintervensi secara paripurna dan sangat menentukan, yang disebut “Tahun rahmat Tuhan” (ay. 2). Selama tahun rahmat Tuhan ini tak ada hukum manusia, yang ada adalah hukum Allah, yakni Allah sendiri yang mengembalikan orang-orang yang berada di bawah kuk kemiskinan dan perhambaan, dan mengembalikan martabat mereka, baik pribadi maupun sosial.” (http://fasisiserang.blogspot.com/2015/12).

Masuk Tahun ke 50

Tahun ke 50 di dalam kehidupan berjemaat ternyata memiliki makna mendalam. Barangkali kalau hanya dihitung sebagai tahun perjalanan imamat saya baru melewati angka 38 dan kini masuk tahun ke 39. Untuk mengalami yubelium saya harus melewati angka 49 dan baru masuk tahun ke 50. Nah, di sini saya masih kurang angka 11. Untunglah, tampaknya ada anugrah tambahan yang pada umumnya tidak terhitung dalam pesta liturgis apalagi kuliner. Tetapi dalam pesta batiniah saya memperoleh tambahan angka 11. Saya lulus SMA pada tahun 1969 dan mulai masuk pendidikan menuju imamat pada tahun 1970. Ijin tahbisapun saya peroleh pada bulan-bulan akhir tahun 1980 sehingga pada November 1980 saya ditahbiskan sebagai diakon. Dengan keyakinan batin ini maka angka 11 saya peroleh dari proses menuju tahbisan imamat pada 22 Januari 1981.

Jadi Duta Iman

Kalau saya bandingkan antaraLuk 4:18-19 dan Yes 61:1-2, saya temukan firman sebagai berikut :
Lukas 4:18-19
Yesaya 61:1-2
4:18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
61:1. Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara,
61:2 untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung,

Ketika merenungkan ayat-ayat itu saya menemukan bahwa yang hidup dalam Roh akan menjadi duta iman di kalangan yang dalam Injil Lukas disebut kaum miskin, tawanan, buta, dan tertindas. Dalam Kitab Yesaya desebut kaum sengsara, remuk hati, tawanan, terkurung, terpenjara, tawanan, dan terkurung. Sejauh saya ketemukan dalam pengalaman tinggal di Domus Pacis, pelaksanaan sebagai utusan kebaikan itu terjadi secara internal di dalam kehidupan Wisma Domus Pacis Puren sendiri dan ekstern di kalangan kaum lansia.

Ketika saya masuk dalam kehidupan Domus Pacis, bagaimanapun juga harus diakui adanya keadaan yang memprihatinkan. Perasaan kurang baik dalam fasilitas dan perhatian mewarnai sebagian besar penghuni baik rama maupun tenaga-tenaga yang ada. Ada rama yang menyebut Domus Pacis bagaikan penjara. Di dalamnya orang terkurung dan tercabut dari umat. Penghuni buta akan derap kehidupan Gereja. Penanggungjawab rumah yang tidak tinggal bersama disibukkan oleh tugas utama mengurus umat. Pelaksana harian yang dipercaya oleh penanggungjawab rasa-rasanya amat kurang mempedulikan para rama. Di tengah situasi seperti ini Rm. Agoeng, Rm. Yadi, Rm. Harto, Rm. Joko, dan saya menggeliat mengemas gerak kegiatan yang bisa menjadi kabar baik lewat Buletin Elektronik dalam email dan FB serta kemudian Blog www.domuspacispuren.blogspot.com.

Satu hal yang tidak saya perhitungkan sebelum berada di Domus Pacis adalah perutusan di kalangan kaum lansia. Tampaknya ada gambaran umum bahwa perutusan iman kaum tua terutama ada di sekitar doa mendoa. Untuk tugas kegiatan kaum lansia sudah masuk golongan kaum pensiun bahkan jadi kaum “jadul bin old”. Tampaknya kaum lansia banyak dikaitkan dengan orang yang kalau omong kerap diwarnai dengan belenggu kata “dulu”. Tetapi bagaimana dengan yang “kini”? Ternyata dengan adanya program Novena Ekaristi Seminar, saya menyadari akan adanya amat banyak hal yang harus dipelajari dalam kehidupan “kininya kaum lansia”. Bahkan dalam hal keagamaan di kalangan kaum lansia yang sudah banyak berkecimpung dalam kegiatan Gereja sejak masa muda, kegiatan Jagongan Iman menyadarkan banyak hal yang masih harus diketahui dan didalami. Semua ini tentu saja termasuk diri saya yang juga menjadi bagian dari kaum lansia Katolik.

Tahun Rahmat Tuhan

Semua derap yang terjadi di dan dari Wisma Domus Pacis Puren ternyata memperkenankan saya ikut masuk dalam medan karya Tuhan. Barangkali inilah yang disebut dengan berita kedatangan tahun rahmat Tuhan. Katanya, istilah “tahun rahmat Tuhan telah datang” bermakna sama dengan kata-kata “Kerajaan Allah sudah dekat”. Beberapa hal yang bagi saya menjadi pertanda :
  • Komunitas persaudaraan. Hubungan antar rama Domus makin menunjukkan adanya rasa kekeluargaan sebagai orang serumah. Bahwa ada gesekan dan konflik yang kadang muncul terutama dalam kontak di kamar makan, hal ini justru menunjukkan adanya relasi dekat satu sama lain. Di dalam perkembangan bersama para karyawan pun juga muncul iklim persahabatan. Barangkali dengan kebijakan Uskup menyerahkan tanggungjawab mengurus rumah tangga dengan Surat Keputusan pengangkatan kepada salah satu penghuni Domus Pacis semenjak Agustus 2018, ini juga memberikan iklim baru.
  • Relawan. Para rama Domus Pacis memang sudah tidak memiliki dinas resmi dalam pelayanan umat. Tetapi mulai dengan adanya open house pada 5 Februari 2012, tiga orang yang hadir sebagai relawan menjadi awal munculnya sosok-sosok warga Katolik yang memberikan perhatian khusus pada Domus Pacis. Pada Juni 2013 ada 8 orang ibu yang secara khusus mengorganisasi kelompok-kelompok relawan penyediaan masakan sehari tiga kali. Mereka adalah Bu Ninik, Bu Rini, Bu Tatik, Bu Wulan, Bu Ratmi, Bu Riwi, Bu Vera, dan Bu Mumun. Pada saat ini mereka bisa mendapatkan 88 relawan masak. Untuk urusan fasilitas lain, yang kini biasa menangani keluarga Bu Rini, keluarga Pak Naryo, dan keluarga Mas Handoko. Bu Titik dari Puren secara khusus menangani urusan liturgi. Kelompok Bu Tatik dari Ambarrukmo menjadi penyedia konsumsi dalam Novena Ekaristi Seminar. Kehadiran para relawan ternyata menempatkan Komunitas Domus Pacis Puren sebagai salah satu komunitas dari persekutuan paguyuban-paguyuban paramuris Tuhan Yesus Kristus.
  • · Studi ketuaan. Program Novena Ekaristi Seminar dan Jagongan Iman menjadi forum studi kehidupan kaum lansia baik dalam hal-hal realitas ketuaan maupun dalam hidup keagamaan. Sekalipun selalu bertindak sebagai pemandu, sebenarnya saya juga menjadi salah satu yang ikut dalam proses pembelajaran. Dalam Jagongan Iman saya memang mendahului para peserta mempelajarilebih dahulu bagian-bagian dari buku Katekismus Gereja Katolik. Tetapi dalam proses pembelajaran, setiap kelompok memiliki kekhasan pengalaman dan pendalaman. Maka sayapun selalu tertantang oleh hal-hal yang bagi saya baru.

Yang perlu dicatat adalah bahwa tahun rahmat Tuhan sebagai tahun yubelium bukalah tahun yang menghadirkan hal-hal yang sudah jadi dan siap saji untuk dinikmati. Tahun yubelium adalah masa khusus untuk menemukan pola yang menjadi pegangan penghayatan tahun-tahun berikut. Maka, dengan pesta ulang tahun imamat ini saya merasa tertantang bagaimana sebagai bagian dari penghuni Domus dan bagian dari para relawan peduli Domus menemukan sistem yang tidak hilang walau para ramanya menjalani panggilan menghadap Bapa di keabadian. Yang jelas penghayatan akan tahun rahmat Tuhan adalah tahun kesadaran bahwa yang memiliki kewibawaan hidup dengan segala kegiatan adalah Allah. Siapapun yang terlibat adalah sesama milik Allah. “Seluruh alam semesta adalah milik Tuhan,  manusia dipercayakan untuk mengelola bukan menjadi hak milik.” (http://fasisiserang.blogspot.com/2015/12)

Puren, 19 Januari 2019

D BAMBANG SUTRISNO, PR.

0 comments:

Post a Comment