Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, February 2, 2019

Godaan Menyingkirkan Orang Baik


Minggu, 3 Februari 2019
Refleksi berdasarkan Lukas 4:21-30

Sahabat Peradaban Kasih yang terkasih. Menghormati sesama, apalagi yang berkharisma dan dipilih sebagai "utusanNya" itu ternyata tidak mudah. Hal itu sudah terjadi sejak ribuan tahun silam!

Inilah contohnya sebagaimana dialami dan disebut oleh sosok bernama Yesus. Sebagaimana dikisahkan dalam Injil Lukas 4:21-30, sekali peristiwa Yesus mengajar orang banyak di rumah ibadat di kota asalnya. Mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya. Namun lalu mereka bersikap negatif dan menolak Dia.

Maka berkatalah Yesus kepada mereka, "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: 
Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri! Perbuatlah di sini, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar telah terjadi di Kapernaum!" 

Yesus berkata lagi, "Aku berkata kepadamu: Sungguh, tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak wanita janda di Israel, ketika langit tertutup selama tiga tahun enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel, tetapi tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain Naaman, orang Siria itu." 

Mendengar itu sangat marahlah semua orang di rumah ibadat itu. Mereka bangkit, lalu menghalau Yesus ke luar kota, dan membawa Dia ke tebing gunung tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Yesus berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi. 

Nah, Sahabat Peradaban Kasih yang terkasih. Itulah yang terjadi ketika kita tidak bisa menghormati sesama yang dianugerahi kharisma tertentu sebagai utusanNya. Karena rasa iri, benci, dan prasangka buruk, kita lalu menutup hati terhadap kehadirannya.

Hal yang sama bisa juga terjadi di antara kita. Kita menolak dan mudah menyingkirkan bahkan menghina orang-orang baik dan berkharisma di masyarakat kita. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang demikian.

Mengapa tidak memilih orang baik dengan segala kharisma yang ada? Inilah salah satu inspirasi yang bisa kita timba dari kisah ini.

Bagaimana menurut UCers Sahabat Peradaban Kasih? Semoga bermanfaat. Terima kasih. Tuhan memberkati. Salam peradaban kasih.***

Wisma Nazareth Semarang, 3/2/2019 
»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Sumber: refleksi pribadi berdasarkan Lukas 4:21-30.

0 comments:

Post a Comment