Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, May 4, 2014

SEJAHTERA

dari: FB Bedidicta Moedjiani Nurmeitasari
2 Mei 2014 sekitar jam 17.00
Tulisan ini masuk Blog Domus karena ada antisipasi untuk masa tua.
Baru saja kita memperingati  hari buruh yang jatuh pada tanggal 1 Mei. Dan pada tahun 2014 untuk yang pertama kalinya di Indonesia, hari Buruh ditetapkan sebagai hari libur.

Saya heran, mengapa tahun ini hari Buruh ditetapkan sebagai hari libur nasional. Keheranan itu saya tuangkan sebagai status di socmed dan mendapat beberapa tanggapan. Ada yang mengatakan : “Karena gak boleh demo. Kalau libur kan gak boleh demo.”

Terus terang, saya tidak tahu kalau hari libur tidak diijinkan demo. Hingga saya ber-SMS dengan seorang teman yang mengirimkan pesan : SELAMAT LIBUR, selamat hari buruh. Lalu saya membalas SMS tersebut : “Lha aku heran, kenapa hari buruh saja diliburkan. Apa pemerintah merasa belum bisa mensejaterakan rakyatnya, lalu disuruh demo gitu.”

 Hahahahaha… pemikiran yg sederhana ya?.

Tetapi jawaban teman saya ini yang membuat saya terbengong.

“Tidak akan pernah sejahtera, kalau ukuran sejahtera itu adalah materi.”

Ya teman saya benar. Kita tak akan pernah merasa sejahtera jika ukurannya adalah materi.

Berdasarkan hasil survey KHL(Kebutuhan Hidup Layak), pendapatan merupakan parameter seorang dapat hidup sejahtera. Tentu saja parameter kota satu berbeda dengan kota lainnya.

Memang setiap tahun KHL ini ditinjau untuk meningkatkan pendapatan rakyat. Tetapi bersamaan dengan diumumkannya kenaikan gaji, otomatis semua harga kebutuhan dari yang pokok sampai yang tidak pokok ikut naik.

Kesimpulannya penghasilan rakyat tidak pernah meningkat, karena pengeluaran juga meningkat lebih tinggi dari pendapatannya.

Belum lagi perilaku konsumtif yang terus dihipnotiskan ke alam bawah sadar oleh para konglomerat lewat iklan di berbagai media.

Sepertinya kita harus mengubah mind set kita tentang pengertian “SEJAHTERA”. Sejahtera harus dimaknai a.l :

  1. Ketersediaan 9 dasar bahan pokok, secara mudah, murah dan berkelanjutan.
  2. Mengubah perilaku konsumtif, menjadi perilaku terampil mengolah barang-barang bekas, atau tanaman, atau apapun yang tersedia di sekeliling kita untuk digunakan kembali. Hal ini bukan saja berguna menekan konsumerisme, tapi juga kelestarian lingkungan. Istilah kerennya adalah mengelola kearifan lokal.
  3. Hidup dan berperilaku sehat. Mulai menyiapkan diri dengan asuransi kesehatan terpercaya sedini mungkin.

Bukan hanya mengubah mind set, tetapi kita juga harus mempersiapkan beberapa hal menghadapi masa tua agar tetap hidup sejahtera.

  1. Mempersiapkan diri menjadi MANULA mandiri, dengan bekal usaha pribadi : toko kelontong, ternak, berkebun, konveksi dan apa saja sesuai kemampuan dan ketertarikan.
  2. Bergabung atau membuat komunitas dengan interest yang sama agar bisa bertukar pengetahuan, relasi, yang akhirnya akan membentuk jaringan ekonomi mandiri.

Dan masih banyak lagi hal yang bisa dikembangkan untuk memiliki konsep SEJAHTERA yang tidak berorientasi pada materi semata.

Tentu saja hal tersebut diatas tidak mudah dilakukan. Tapi saya akan berusaha memulai dari diri saya sendiri. Walaupun ada beberapa poin diatas, yang sudah terlambat untuk saya. Tapi tak apa, saya mau SEJAHTERA.

0 comments:

Post a Comment