Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, May 17, 2014

SURAT ENSIKLIK TERANG IMAN (6)


Berikut ini adalah terjemahan yang tidak resmi (unofficial translation) dari ensiklik Paus Fransiskus yang berjudul Lumen Fidei (Terang Iman). Jika anda ingin mengutip terjemahan ensiklik ini, mohon mencantumkan www.katolisitas.org sebagai sumbernya, sehingga kalau ada masukan dapat diberitahukan kepada kami.
AN  UNOFFICIAL INDONESIAN TRANSLATION OF THE ENCYCLICAL LUMEN FIDEI (The Light of Faith)
@COPYRIGHT 2014 – KATOLISITAS


Surat Ensiklik
TERANG IMAN

dari Sri Paus
FRANSISKUS
Kepada Para Uskup Imam dan Diakon
Kaum Religius dan Umat Awam
Tentang IMAN


Keselamatan oleh iman

19. Atas dasar partisipasi dalam cara Yesus melihat hal-hal ini, Santo Paulus telah meninggalkan kita sebuah uraian kehidupan iman. Dalam menerima karunia iman, orang-orang percaya menjadi sebuah ciptaan baru; mereka menerima sebuah keberadaan baru; sebagai anak-anak Allah, mereka sekarang adalah “para putera di dalam Sang Putera”. Ungkapan “Abba, Bapa” itu, yang menjadi ciri khusus dari pengalaman Yesus sendiri, sekarang menjadi inti dari pengalaman Kristiani (bdk. Rom 8:15). Kehidupan iman, sebagai sebuah eksistensi hubungan antara anak dan bapa, adalah pengakuan dari sebuah karunia primordial [sejak awal mula]dan radikal yang menjunjung tinggi hidup kita. Kita lihat hal ini dengan jelas dalam pertanyaan Santo Paulus kepada jemaat di Korintus: “Apakah yang engkau punyai yang tidak engkau terima?” (1 Kor 4:7). Hal ini merupakan inti pokok perdebatan Paulus dengan orang- orang Farisi: masalah tentang apakah keselamatan dicapai dengan iman atau dengan perbuatan-perbuatan sesuai dengan hukum Taurat. Paulus menolak sikap dari mereka yang menganggap diri mereka dibenarkan di hadapan Allah atas dasar perbuatan-perbuatan mereka sendiri. Orang-orang semacam itu, bahkan ketika mereka mematuhi perintah-perintah dan melakukan perbuatan-perbuatan baik, berpusat pada diri mereka sendiri; mereka gagal untuk menyadari bahwa kebaikan datang dari Allah. Mereka yang hidup dengan cara ini, yang ingin menjadi sumber dari kebenaran mereka sendiri, menemukan bahwa yang terakhir ini akan segera habis dan bahwa mereka bahkan tidak mampu menjaga hukum. Mereka menjadi terperangkap dalam diri mereka sendiri dan terisolasi dari Tuhan dan dari orang lain; hidup mereka menjadi sia-sia dan perbuatan-perbuatan mereka tandus, seperti sebatang pohon jauh dari air. Santo Agustinus mengatakan kepada kita dengan caranya yang ringkas dan mengejutkan seperti biasa: ” Ab eo qui fecit te , noli deficere nec ad te“, “Jangan berpaling dari Dia yang telah menciptakan kamu, bahkan untuk menuju ke arah dirimu sendiri”.[15] Pada saat aku berpikir bahwa dengan berpaling dari Allah, aku akan menemukan diriku sendiri, hidupku mulai hancur berantakan (bdk. Luk 15:11-24). Awal keselamatan adalah keterbukaan terhadap sesuatu sebelum kepada diri kita sendiri, kepada sebuah karunia sejak awal mula yang menyatakan kehidupan dan menopangnya dalam keberadaannya. Hanya dengan menjadi terbuka dan mengakui karunia ini kita dapat diubah, mengalami keselamatan dan menghasilkan buah yang baik. Keselamatan oleh iman berarti mengakui keutamaan karunia Allah. Sebagaimana Santo Paulus katakan itu: “Dengan rahmat kamu diselamatkan oleh iman, dan ini bukan hasil usahamu sendiri, melainkan pemberian Allah” (Ef 2:8).

20. Cara pandang yang baru dari iman untuk melihat segala sesuatu adalah berpusat pada Kristus. Iman dalam Kristus membawa keselamatan karena di dalam Dia hidup kita menjadi terbuka secara radikal terhadap sebuah kasih yang mendahului kita, sebuah kasih yang mengubah kita dari dalam, yang bertindak di dalam kita dan melalui kita. Hal ini jelas terlihat dalam penafsiran Santo Paulus akan sebuah teks dari kitab Ulangan, sebuah tafsir yang sesuai dengan inti dari pesan Perjanjian Lama. Musa memberitahu orang-orang bahwa perintah Allah tidaklah terlalu sukar ataupun tidaklah terlalu jauh. Tidak perlu untuk mengatakan: “Siapakah yang akan naik ke surga bagi kita dan membawanya kepada kita?” atau “Siapakah yang akan menyeberang ke seberang laut bagi kita, dan membawanya kepada kita?” (Ul 30:11-14). Paulus menginterprestasikan kedekatan Sabda Allah ini dalam arti kehadiran Kristus di dalam diri orang Kristen. “Jangan katakan di dalam hatimu: Siapakah yang akan naik ke surga?” (yaitu, untuk membawa Yesus turun), atau ‘Siapakah yang akan turun ke jurang maut? “(yaitu, untuk membawa Kristus bangkit dari antara orang mati)” (Rom 10:6-7). Kristus turun ke bumi dan bangkit dari dunia orang mati; oleh inkarnasi dan kebangkitan-Nya, Sang Putera Allah telah memeluk seluruh hidup dan sejarah manusia, dan sekarang berdiam di dalam hati kita melalui Roh Kudus. Iman tahu bahwa Allah telah mendekat kepada kita, bahwa Kristus telah diberikan kepada kita sebagai sebuah pemberian yang luar biasa besar yang mengubah kita dari dalam, [bahwa Kristus]berdiam dalam diri kita dan dengan demikian melimpahkan kepada kita, terang yang menerangi asal-usul dan akhir kehidupan.

21. Maka, kita dapat melihat perbedaan itu, yang dibuat oleh iman bagi kita. Mereka yang percaya diubah oleh kasih itu yang kepadanya mereka telah membuka hati mereka dalam iman. Dengan keterbukaan mereka terhadap tawaran kasih yang terdapat sejak awal mula ini, kehidupan mereka diperbesar dan diperluas. “Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2:20). “Semoga Kristus berdiam di dalam hatimu melalui iman” (Ef 3:17). Kesadaran diri dari orang percaya itu sekarang meluas karena kehadiran Seseorang yang lain; ia sekarang tinggal di dalam Seorang yang lain ini dan dengan demikian, dalam kasih, hidup memperoleh sebuah nafas baru yang utuh. Di sini kita melihat Roh Kudus bekerja. Seorang Kristen dapat melihat dengan mata Yesus dan mengambil bagian dalam pikiran-Nya, sikap batin yang berkenaan dengan keputeraan-Nya, karena ia mengambil bagian dalam kasih-Nya, yang adalah Roh. Dalam kasih Yesus, kita menerima visi-Nya dengan sebuah cara tertentu. Tanpa menjadi serupa dengan Dia dalam kasih, tanpa kehadiran Roh, adalah mustahil untuk mengakui Dia sebagai Tuhan (bdk. 1 Kor 12:3).

0 comments:

Post a Comment