Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, May 9, 2014

SURAT ENSIKLIK TERANG IMAN (2)

Berikut ini adalah terjemahan yang tidak resmi (unofficial translation) dari ensiklik Paus Fransiskus yang berjudul Lumen Fidei (Terang Iman). Jika anda ingin mengutip terjemahan ensiklik ini, mohon mencantumkan www.katolisitas.org sebagai sumbernya, sehingga kalau ada masukan dapat diberitahukan kepada kami.
AN  UNOFFICIAL INDONESIAN TRANSLATION OF THE ENCYCLICAL LUMEN FIDEI (The Light of Faith)
@COPYRIGHT 2014 – KATOLISITAS



Surat Ensiklik
TERANG IMAN

dari Sri Paus
FRANSISKUS
Kepada Para Uskup Imam dan Diakon
Kaum Religius dan Umat Awam
Tentang IMAN
 
Sebuah terang untuk ditemukan

4. Ada kebutuhan mendesak kalau begitu, untuk melihat sekali lagi bahwa iman adalah sebuah terang, sebab ketika api iman ini padam, semua terang lainnya akan mulai meredup. Terang iman ini unik, karena ia mampu menerangi setiap aspek keberadaan manusia. Sebuah terang yang begitu hebat ini tidak mungkin berasal dari kita sendiri tetapi dari sumber yang lebih primordial [sudah ada sejak awal mula]: dengan kata lain, dia pasti berasal dari Allah. Iman lahir dari perjumpaan dengan Allah yang hidup yang memanggil kita dan menunjukkan kasih-Nya, sebuah kasih yang mendahului kita dan yang padanya kita dapat bersandar untuk rasa aman dan untuk membangun hidup kita. Diubah oleh kasih ini, kita mendapatkan visi yang segar, mata yang baru untuk melihat; kita menyadari bahwa kasih-Nya mengandung sebuah janji pemenuhan yang besar, dan sebuah penglihatan akan masa depan terbuka di hadapan kita. Iman, yang diterima dari Allah sebagai karunia adikodrati, menjadi terang bagi jalan kita, membimbing perjalanan kita melewati waktu. Di satu sisi, ia adalah terang yang datang dari masa lalu, terang dari ingatan mendasar akan kehidupan Yesus yang menyatakan kasih-Nya yang layak untuk dipercaya secara sempurna, sebuah kasih yang mampu mengatasi maut. Namun karena Kristus telah bangkit dan membawa kita melampaui maut, iman juga adalah sebuah terang yang datang dari masa depan dan membukakan di hadapan kita sebuah wawasan yang luas yang membimbing kita keluar dari diri kita yang terisolasi menuju luasnya persekutuan. Kita menjadi melihat bahwa iman tidak tinggal dalam bayangan dan kesedihan; ia adalah terang bagi kegelapan kita. Dante, dalam Divine Comedy, setelah mengakui imannya di hadapan Santo Petrus, menjabarkan bahwa terang itu seperti sebuah “percikan, yang kemudian menjadi sebuah api yang membara dan seperti sebuah bintang surgawi dalam diriku yang gemerlap”.[4] Terang iman inilah yang sekarang akan saya pandang dengan seksama, supaya ia dapat tumbuh dan menerangi masa sekarang, menjadi sebuah bintang yang menerangi cakrawala perjalanan kita di saat umat manusia secara khusus membutuhkan terang.

5. Kristus, pada malam sebelum sengsara-Nya, meyakinkan Petrus: “Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur” (Luk 22:32). Ia [Kristus] kemudian menyuruh dia untuk menguatkan saudara- saudarinya dalam iman yang sama itu. Sadar akan tugas yang dipercayakan kepada Penerus Petrus, Paus Benediktus XVI mengkumandangkan Tahun Iman saat ini, sebuah saat penuh ramat yang membantu kita untuk merasakan sukacita besar dari mengimani dan untuk memperbaharui ketakjuban kita akan luasnya wawasan yang dibuka lebar oleh iman, untuk kemudian mengakui iman itu dalam kesatuan dan integritasnya, dengan setia kepada kenangan akan Tuhan dan ditopang oleh kehadiran-Nya dan oleh karya Roh Kudus. Keyakinan yang lahir dari sebuah iman yang membawa keagungan dan pemenuhan bagi hidup, sebuah iman yang berpusat pada Kristus dan pada kekuatan karunia-Nya, menginspirasikan misi orang- orang Kristen yang pertama. Pada kisah para martir, kita membaca dialog berikut ini antara seorang Prefek Romawi yang bernama Rusticus dan seorang Kristen yang bernama Hierax: “‘Di mana orang tuamu?’, sang hakim bertanya kepada sang martir. Ia menjawab: ‘Ayah kami yang sejati adalah Kristus, dan ibu kami adalah iman akan Dia’”.[5] Untuk orang- orang Kristen mula-mula, iman, sebagai sebuah perjumpaan dengan Allah yang hidup, yang disingkapkan dalam diri Kristus, sungguh adalah sebuah sosok “ibu”, karena ia [iman]telah membawa mereka kepada terang itu dan telah memberikan kelahiran dalam diri mereka kepada kehidupan ilahi, sebuah pengalaman baru dan sebuah visi yang bercahaya akan eksistensi yang untuknya mereka dipersiapkan untuk memberikan kesaksian publik sampai akhir.

6. Tahun Iman diinagurasikan pada peringatan ke-50 tahun pembukaan Konsili Vatikan II. Ini sendiri merupakan indikasi yang jelas bahwa Konsili tersebut merupakan Konsili tentang iman,[6] sebab Konsili meminta kita untuk mengembalikan keutamaan Allah dalam Kristus sebagai pusat dari kehidupan kita, baik sebagai Gereja maupun sebagai individu. Gereja tidak pernah menyepelekan iman, karena iman adalah hadiah dari Allah yang butuh dipupuk dan dikuatkan sehingga ia dapat terus membimbing Gereja dalam peziarahannya. Konsili Vatikan II memungkinkan terang iman untuk menerangi pengalaman manusiawi kita dari dalam, mendampingi para pria dan wanita pada zaman kita dalam perjalanan mereka. Hal ini jelas menunjukkan betapa iman memperkaya hidup dalam semua dimensinya.

7. Beberapa pemikiran ini tentang iman – dalam kesinambungan dengan semua yang telah diajarkan oleh Magisterium Gereja tentang kebajikan teologis ini[7] dimaksudkan untuk melengkapi apa yang telah ditulis oleh Paus Benediktus XVI dalam surat- surat ensikliknya tentang kasih dan pengharapan. Ia sendiri hampir saja menyelesaikan draf pertama ensiklik tentang iman. Untuk hal ini saya sangat berterima kasih kepadanya, dan sebagai saudaranya dalam Kristus saya melanjutkan pekerjaan baiknya dan menambahkan beberapa kontribusi saya sendiri. Penerus Petrus, kemarin, hari ini dan besok, selalu dipanggil untuk menguatkan saudara- saudarinya dalam harta yang tak ternilai harganya dari iman itu, yang telah diberikan oleh Allah sebagai terang bagi jalan semua umat manusia.
Dalam karunia Allah akan iman, sebuah kebajikan adikodrati yang ditanamkan, kita menyadari bahwa sebuah kasih yang besar telah ditawarkan bagi kita, sebuah kabar baik telah diberitakan bagi kita, dan saat kita menyambut kabar itu, [yaitu]Yesus Kristus Sang Sabda yang menjadi daging, Roh Kudus mengubah kita, menerangi jalan kita ke masa depan dan memungkinkan kita untuk melangkah maju sepanjang jalan itu di atas sayap- sayap pengharapan. Kemudian iman, harapan, dan kasih yang terajut dengan indahnya menjadi pendorong utama kehidupan Kristiani saat ia melangkah maju menuju persekutuan penuh dengan Allah. Tetapi seperti apakah, jalan ini yang dibukakan oleh iman di hadapan kita? Apa asal usul terang yang kuat ini yang menerangi perjalanan dari sebuah hidup yang sukses dan berbuah limpah?

0 comments:

Post a Comment