Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, May 25, 2017

Jadi Tempat Inspratif Sukacita di Hari Tua


"Sasampunipun sawetawis wonten Domus Pacis, panjenengan kagungan perkawis napa sing mlebet ing pemikiran dan pengin dipun mangertosi?" (Sesudah beberapa saat di Domus Pacis, Anda punya hal-hal apa di dalam pemikiran dan ingin ditanyakan?) kata Rm. Bambang kepada para tamu sesudah nyanyi bersama penuh kegembiraan dan sambutan dari wakil tamu dan Rm. Hadi, Minister Domus Pacis. Para tamu yang berjumlah 24 orang ini adalah kelompok kerja PSE (Pengembangan Sosial Ekonomi) Paroki Mlati yang berkunjung di Domus pada Minggu 21 Mei 2017. Mereka masuk gedung induk Domus Pacis ketika hampir jam 10.00 dan langsung diajak duduk di ruang pertemuan dalam. Memang beberapa ibu sudah masuk lebih dahulu untuk menata konsumsi makan siang yang mereka bawa. Dari Domus mereka hanya meminjam gelas, piring dan sendok makan. Di dalam ruang pertemuan para rama Domus yang menyambut adalah Rm. Gito, Rm. . Harto, Rm. Tri Hartono, Rm. Yadi dan Rm. Bambang. Rm. Tri Wahyono berada di luar ruangan.

Terhadap lontaran pertanyaan dari Rm. Bambang tersebut, ternyata muncul pertanyaan-pertanyaan yang pada umumnya bercorak seperti dari rombongan-rombongan yang pernah datang untuk omong-omong seperti kelopok PSE Mlati. Berkaitan dengan sajian makan Rm. Bambang memberikan sedikit sejarah sajian masakan di Domus Pacis. Tetapi pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pengalaman pribadi, setiap rama, kecuali Rm. Tri Wahyono, mendapatkan kesempatan untuk menjawab. Salah satu pertanyaan yang biasa muncul sebagai hal yang sama intinya adalah "Apa yang menjadi kegiatan para rama sehari-hari?" dan "Bagaimana para rama mengatasi kejenuhan berada di rumah tua?" Dari dua pertanyaan ini ternyata pengalaman yang berkaitan dengan kejenuhan menghadirkan pengalaman-pengalaman lucu dari rama-rama yang membuat suasana ceria penuh tawa. Dari sini Rm. Bambang menekankan bahwa di kalangan para rama Domus Pacis terbangun sikap dan perilaku yang tidak menolak bahkan menerima sebagai kewajaran terhadap kondisi buruk dari masing-masing rama. Maka omongan antar rama yang bernuansa tidak umum justru jadi bahan canda ria penuh kegembiraan.

"Maaf, saya mau mengungkapkan perasaan saya" seorang bapak berkata setelah angkat tangan tanda minta kesempatan. Beliau mengatakan bahwa pada umumnya kunjungan ke panti "jompo" dimaksudkan untuk menghibur kaum tua yang ada di situ. "Banyak di antara kami juga berpikir bahwa rumah tua adalah tempat orang merana, kesepian, dan hidup diliputi kejenuhan" bapak itu melanjutkan. Dan di akhir ungkapannya beliau berkata "Tetapi di sini kita justru terhibur oleh para rama dengan segala ceritera tadi. Ini harus disebar luaskan bahwa di Domus Pacis orang dapat menemukan kegembiraan dan hiburan sehingga mendapatkan inspirasi bagaimana menemukan sukacita di hari tua."

0 comments:

Post a Comment