Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, June 10, 2017

Ada Kembalian, Lho


Informasi sudah diterima oleh Rm. Bambang beberapa pekan sebelumnya lewat telepon. "Tanggal setunggal Domus selalu mboten?" (Besok pada tanggal 1 Juni 2017 Domus Pacis punya acara tidak?) pertanyaan ini disampaikan dalam telepon yang dijawab oleh Rm. Bambang "Kosong". Pertanyaan berlanjut "Apakah kami dari Pringgolayan dapat berkunjung?" dan Rm. Bambang menyahut "Silahkaaaaan". Omongan ini berlanjut di kamar Rm. Bambang beberapa hari sebelum Kamis tanggal 1 Juni 2017. Seorang ibu dan seorang bapak menemui Rm. Bambang. Mereka memastikan rencana kunjungan. Jumlah yang dalam telepon disebut sekitar 10 orang, dalam omong-omong dengan Rm. Bambang menjadi 25 orang. Kedua orang itu juga menyerahkan amplop berisi sejumlah uang disertai kata-kata "Menika sisan nyuwun tulung dipun cepaki snak. Cacahipun dipun tambah sedasa kangge para rama lan karyawan Domus Pacis" (Ini sekalian minta tolong disediakan snak. Jumlah ditambah 10 untuk para rama dan karyawan Domus Pacis).

Para tamu datang di Domus Pacis pada tanggal yang dijanjikan ketika jam melewati angka 10.00. Rm. Purwadi, pastor Paroki Bintaran, menyertai mereka. Rm. Gito menjadi sosok yang paling menjadi rebutan untuk bersalaman. Maklumlah, beliau hingga tanggal 16 Januari 2017 selama 12 tahun berada di Paroki Bintaran yang menaungi Paroki Administratif Pringgolayan. Para tamu juga langsung diminta untuk minum dan menikmati snak yang penyediaannya diurus oleh Bu Rini, relawati Domus. Sesudah itu mereka diajak masuk ruang pertemuan dalam bangunan induk Domus Pacis. Rama-rama yang ikut menyambut adalah Rm. Harto, Rm. Tri Hartono, Rm. Gito, Rm. Tri Wahyono, dan Rm. Bambang. Pertemuan memang dibuka dengan resmi dengan kata-kata salah satu bapak yang mewakili para tamu. Sesudah itu yang terjadi hanyalah duduk-duduk santai omong-omong sana sini. Tetapi dari omong-omong ini terjadi saling informasi tentang kegiatan kelompok para tamu. Para tamu pun mendapatkan pengenalan sekitar Domus Pacis.

Pada ujung pertemuan Rm. Bambang berkata "E, jarene dhuwit sing diserahke aku kae seka urunan, ya?" (Uang yang diserahkan ke aku itu berasal dari iuran, ya?). Para tamu tertawa mengiyakan. "Jarene mung nggo beaya penyediaan snak?" (Katanya hanya untuk penyediaan snak?) Rm. Bambang bertanya lagi dan juga diiyakan sambil tertawa. "Maaf banget. Sisane kakehan, mula Bu Rini terus nambah dos-dosan sega gudheg lawuh endhog lan tahu" (Maaf sekali. Karena sisa uang terlalu banyak, maka Bu Rini menambah dos-dos nasi gudheg dengan lauk telor dan tahu) kata Rm. Bambang dengan serius tetapi makin membuat tamu-tamu tertawa. Bahkan ketika dia melanjutkan "Kanyata sisane isih pitulas ewu limang atus. Piye? Dibalekke?" (Ternyata masih ada uang sisa Rp. 17.500. Bagaimana? Dikembalikan), tawa pun makin meledak.

0 comments:

Post a Comment