Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, July 5, 2017

Pentas Iman


Pada saat ini, dari kesembilan rama penghuni Domus Pacis, kecuali Rm. Agoeng, yang delapan orang masuk dalam golongan lanjut usia atau difabel. Bahkan 4 orang di antaranya, selain lanjut usia, juga masuk golongan difabel. Dari delapan yang lansia, empat orang masih biasa menerima permintaan pelayanan pastoral. Rm. Gito secara berkala melayani salah satu komunitas suster untuk pengakuan dosa. Rm. Harto setiap hari biasa menerima kedatangan tamu-tamu untuk minta doa dan atau konsultasi. Untuk Rm. Harto ada jam tamu pagi jam 10.00-12.00 dan sore jam 16.00-18.00. Rm. Yadi kerap pergi melayani permintaan misa-misa ujub bahkan juga secara rutin pada malam minggu ganjil melayani misa gereja Kleben, Paroki Klepu. Rm. Bambang, selain melayani permintaan misa-misa ujub, juga mengkhususkan diri melayani pendampingan pastoral untuk kaum tua lansia. Tetapi kadang kala Rm. Bambang juga melayani permintaan pendampingan sarasehan iman umat.

Barangkali karena sedikit-sedikit memiliki anugerah talenta seni pentas bahkan humor, Rm. Bambang kadang juga diminta untuk mengisi masukan iman di tengah pertemuan umat umum yang tak ada acara hiburannya. Salah satu pengalaman adalah peristiwa Ulang Tahun ke V Wilayah dan Gedung Gereja Bolawen, Paroki Mlati yang berada di bawah pelayanan pastoral Warak. Ini terjadi pada Kamis malam 29 Juni 2017. Wilayah ini mengadakan peringatan pelindung gereja, yaitu Santo Paulus. "Benjang rama kasuwun paring pangandikan bab meneladan iman Santo Paulus. Ingkang badhe dados moderator Dalijo" (Besuk rama diminta untuk berbicara tentang meneladan iman Santo Paulus. Yang akan menjadi moderator adalah Dalijo) kata beberapa orang panitia pelaksana yang datang di kamar Rm. Bambang semingguan sebelum tanggal 29 Juni.

Bagi banyak orang dari masyarakat Jogja, nama Dalijo sudah tidak asing. Dia adalah seniman lawak yang secara rutin biasa ikut acara Angkringan, salah satu tayangan TVRI Yogyakarta. Dalijo juga kerap menjadi bintang tamu dalam acara-acara pertunjukkan seperti wayang kulit. Bahkan banyak perayaan dan hajatan juga memanggil dia untuk menjadi MC. Karena akan bersama Dalijo, yang nama lengkapnya adalah Stefanus Dalijo, Rm. Bambang tidak terlalu memusingkan pemahaman-pemahaman sistematis tentang ajaran-ajaran Santo Paulus. Rm. Bambang hanya mengumpulkan beberapa butir pengalaman Santo Paulus dan dalam persiapan dimasukkan dalam renungan-renungan diri dalam hati. Dia akan mengungkapkannya dalam tampilan membersamakan diri dengan model Dalijo, yaitu seni lawak.

Dalam pelaksanaan ternyata panitia hanya tampil membuka dan menutup pertemuan dengan kata-kata singkat. Secara praktis acara dari jam 19.20-21.36 diserahkan kepada Dalijo dan Rm. Bambang yang tampil seperti sepasang pelawak yang menghadirkan gelak tawa sekitar 250 orang umat Katolik dari Wilayah Bolawen. Suasana memang seperti pertunjukan lawak. Tetapi kerangka ketat pengalaman panggilan Santo Paulus ikut Yesus menjadi pembicaraan menukik tentang amat pentingnya olah batin dalam hidup beragama. Tampilan pun membuka kesempatan pada peserta untuk mengajukan pertanyaan. Dan setiap hal yang dari peserta, termasuk acara door prize, menjadi bahan olahan pembicaraan iman yang dikemas dalam tampilan lawak. Tampaknya umat yang hadir amat antusias mengikuti pembicaraan yang digarap bersama oleh Dalijo dan Rm. Bambang. "Wah, blas mboten onten sing beranjak mulih dhisik" (Tak ada satu pun yang beranjak pulang lebih dahulu) kata Mas Handoko yang mengantar Rm. Bambang dengan mobil. Bagi Rm. Bambang yang amat menarik adalah banyak anak-anak kecil yang ikut hadir dan mereka tidak ribut sendiri. Anak-anak itu tampaknya ikut menikmati sampai akhir dan Rm. Bambang tak melihat ada yang tertidur. Ini diungkapkan ke Mas Handoko dengan kata-kata akhir "Mbokmenawa swasana seger marahi dha katut menikmati nadyan ra mudheng" (Barangkalai suasana segar membuat anak-anak kecil itu ikut menikmati walau tidak paham).

0 comments:

Post a Comment