Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, July 27, 2017

Yang Lansia Tak Tersepelekan


Pagi itu, Selasa 25 Juli 2017, Rm. Hadi, Minister Domus Pacis, ikut makan pagi bersama para rama Domus. Kecuali Rm. Agoeng yang sedang pergi dan Rm. Tri Wahyono yang ada di kamarnya, semua rama ada. "Para rama, siapa nanti yang ikut ke Kentungan? Ada dua mobil" Rm. Hadi memberi pengumuman. Ternyata Rm. Harta dan Rm. Tri Hartono menyatakan tidak ikut. Bahkan Rm. Harto berkata "Mangke onten tamu" (Nanti saya akan mendapatkan tamu). Karena Pak Tukiran sudah diminta oleh Rm. Hadi untuk ikut mendapingi para rama, Rm. Bambang berkata dalam nada kelakar "Engko Pak Tukiran sing nyurung aku" (Nanti Pak Tukiran mendampingi dengan mendorong kursi rodaku). Rm. Hadi memutuskan untuk mengajak Rm. Tri Wahyono. Mbak Tri dan Mas Winarto, para pramurukti, mulai berkemas-kemas menyiapkan diri. Mbak Tri khusus mendampingi Rm. Tri Wahyono, dan Mas  Winarto untuk Rm. Rio.

Rm. Hadi berkata kepada Rm. Bambang "Aku mau ngandhani le mangkat jam setengah sanga" (Aku tadi bilang berangkat jam 08.30). Rm. Bambang menanggapi dengan berkata "Acarane jam sepuluh, ta?" (Bukankah acara mulai pada jam 10.00?) yang langsung disahut oleh Rm. Hadi "Le ungkak-ungkek marani lan mlebu mobil rak setengah jam dhewe, ta" (Tetapi urusan menuju dan masuk mobil kan membutuhkan waktu setengah jam). Maka, Rm. Bambang sudah mulai bersiap-siap pada jam 08.30. Tiba-tiba Mas Abas datang di kamar Rm. Bambang "Rama, Rm. Tri Hartono kalih Rm. Harto sidane ajeng tumut" (Rama, ternyata Rm. Tri Hartono dan Rm. Harto akan ikut). "Nek ngono ngandhani Pak Heru dikon tunggu omah" (Kalau begitu Pak Heru diberi tahu agar menunggu rumah) kata Rm. Bambang yang dijawab "Nggih" (Ya) oleh Mas Abas.

Karena sebelum makan pagi Rm. Hadi di kamar Rm. Bambang berkata "Engko nek kabeh melu, kowe nggawa mobil dhewe, ya" (Nanti kalau semua ikut, kamu bawa mobil sendiri, ya), maka Rm. Bambang berangkat sendiri ke Seminari Tinggi Kentungan. Ketika sampai di Kentungan pada sekitar jam 09.20, banyak orang sudah datang di kompleks Seminari Tinggi. Amat banyak mobil sudah terparkir. Maklum, pada hari itu ada 8 orang Diakon dari Keuskupan Agung Semarang ditahbiskan menjadi imam. Ketika rombongan penghuni Domus Pacis masuk, bangku-bangku gedung kapel dan kursi-kursi yang ditata di luar sekitar kapel sudah amat banyak yang menduduki. Para rama pun banyak yang hadir. Para rama Domus kemudian ditempatkan di deretan pinggir tembok sisi barat dan sisi timur. Yang ada di sisi barat adalah Rm. Yadi, Rm. Tri Hartono, dan Rm. Gito bersama para rama tua yang tinggal di rumah tua Wisma Petrus Kentungan (Rm. Jono dan Rm. Jaya). Sedang Rm. Rio, Rm. Bambang, Rm. Harto, dan Rm. Tri Wahyono ada di sisi timur.

Bagi para rama Domus Pacis yang sudah masuk golongan lanjut usia dan difabel, barangkali ada hal dalam peristiwa pentahbisan itu yang sungguh mengesan. Pertama, pada saat penumpangan tangan para rama yang ditahbiskan mendatangi para rama Domus untuk ditumpangi tangan. Hal ini baru terjadi pada hari itu. Sebetulnya Rm. Bambang sudah berketetapan tidak akan maju untuk menumpangi tangan. Tetapi dengan cara itu, dia juga bersemangat menumpangi tangan di kepala kedelapan rama baru. Kedua, pada bagian penutup Mgr. Rubi memberkati batu penjuru untuk pembangunan rumah baru bagi para rama praja Keuskupan Agung Semarang yang masuk usia lanjut dan juga yang kondisi tubuhnya membutuhkan pendampingan khusus. Uskup juga menunjukkan pada semua yang hadir akan adanya para rama sepuh yang walaupun masih dapat berjalan untuk penumpangan tangan tetapi sudah harus dituntun dan dijaga oleh rama-rama lain.

Khusus untuk Rm. Bambang sesudah Misa selesai dan kala berada di aula ruang konsumsi, ada hal yang mengesan. Bu Dety, salah satu relawati masak Domus Pacis yang menjadi guru BK di SMA Kolese de Britto, mengajak murid-murid yang dibawa untuk mendekat ke Rm. Bambang. Mereka terdiri dari siswa-siswa kelas 11 dan 12. Mereka bertanya macam-macam ke Rm. Bambang. Ketika tahu Rm. Bambang lulusan angkatan 1969, ada yang berseru "Aduh, aku belum lahir". Sebenarnya Rm. Bambang berkata dalam hati "Barangkali orang tuamu juga belum kawin". Mereka bilang bahwa ada kesempatan-kesempatan acara berkenalan dengan rumah-rumah biara dan seminari. Omongan dengan Rm. Bambang tampaknya amat asyik sehingga mereka tertawa ketika ada yang bertanya "Rama dulu juga pernah nakal?" dan Rm. Bambang menjawab "Tidak pernah nakal, tetapi pernah baik". Tampaknya Bu Dety juga amat terkesan sehingga dia memposting gambar-gambar pertemuan itu dalam FB Selasa 25 Juli 2017 dengan kata-kata "Foto bersama kakak angkatan dlm acr tabisan."

0 comments:

Post a Comment