Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, May 3, 2013

AKAN MEMIKUL SALIB?

Hari ini, Sabtu 4 Mei 2013, sebenarnya adalah hari khusus bagi Rama Yadi. Rama Yadi sudah mengatur acara hari ini sejak beberapa bulan lalu. Sebenarnya setiap Sabtu sebelum Hari Minggu Ganjil beliau secara rutin melayani Misa umat di Kapel Kleben, Paroki Klepu, Yogyakarta. Selama hidup bersama dengan beliau sejak Juli 2010, beliau baru tiga kali mencari ganti pelayanan Misa di situ. Dua kali pertama disebabkan karena beliau pergi ke Sibolga, Sumatera Utara. Dan yang ketika adalah hari ini. Kalau tidak ada acara yang amat istimewa Rama Yadi tidak pernah meninggalkan pelayanan rutin Kapel Kleben.

Dari pengertian itu, jelas sekali bahwa Rama Yadi akan mengalami hari ini sebagai hari istimewa. Salah satu teman beliau mantan frater, yang dulu menjadi teman seangkatan sebagai calon imam di Seminari Tinggi Kentungan, pada malam hari ini akan ngundhuh mantu (menyelenggarakan syukuran anaknya sudah nikah beberapa hari lalu). Rumah teman itu berada di Ambarawa, Jawa Tengah. Teman itu mengundang teman dekat lain mantan angkatan Kentungan. Mereka amat mengharapkan Rama Yadi untuk memimpin Misa Syukur di Ambarawa. Maka dari satu sisi hari ini menjadi hari yang akan menghadirkan peristiwa membahagiakan bagi Rama Yadi karena akan reuni dengan beberapa orang yang pernah hidup serumah sebagai teman seangkatan di Kentungan.

"Mangke ajeng mangkat jam pinten, Rama?" (Nanti akan berangkat jam berapa, Rama?) tanya Rama Bambang ketika sedang makan pagi hari bersama Rama Yadi, Rama harto dan Rama Tri Wahyono. Rama Yadi menjawab "Jam sanga." (Jam sembilan). Beliau meneruskan "Sakniki dalane padhet. Ben awan isa istirahat. Sesuk mulihe mangkat saking ngrika jam 5 enjing" (Sekarang jalanan padhat. Siang biar dapat istirahat. Besok pulang berangkat dari sana jam lima pagi). Mendengar hal ini Rama Bambang menyahut "Wah, perginya dapat 24 jam". Rama Yadi mengiyakan karena bisa saja jam 9 pagi Minggu 5 Mei 2013 baru sampai Domus Pacis. Dari kenyataan pergi menginap ini Rama Bambang membayangkan ada sisi lain yang bisa menjadi hal berat untuk Rama Yadi. Untuk orang seperti Rama Yadi, Rama Harto dan Rama Bambang, kalau harus bepergian jauh, apalagi menginap, harus memperhitungkan tempat yang akan didatangi. Mereka bertiga dengan kondisi fisik dan kesehatan seperti sekarang amat membutuhkan WC (tolilet) duduk dan sower untuk kepentingan buang air besar. Bahkan kamar mandi pun harus dilihat  kondisinya agar tidak mudah membuat terpeleset. Ketika hal ini disampaikan oleh Rama Bambang ke Rama Yadi, beliau berkata "Sebenarnya saya akan mencari sopir untuk membawa mobil Domus. Tetapi teman yang akan menjemput selalu ingin berbuat jasa untuk melayani teman lain. Maka dia yang menentukan segalanya." Inilah tipe Rama Yadi. Dia biasa hanya diam walau sering menjadi korban maksud baik orang yang ber
buat baik menurut pikirannya sendiri. Dan Rama Yadi bukan tipe orang yang mudah menolak. Maka Rama Bambang berkata "Kalau begitu kepergian Rama Yadi bisa-bisa adalah peristiwa memanggul salib." Rama Harto dan Rama Tri Wahyono tertawa. Sedangkan Rama Yadi hanya diam tersenyum.

0 comments:

Post a Comment