Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, May 20, 2013

NAPA KULA NGGIH KESANTHET?

"Wau dalu kula wangsul meh jam 12.30" (Tadi malam saya pulang hampir jam 12.30) kata Rama Bambang kepada Rama Yadi dan Rama Harto pada makan pagi hari ini, Selasa 21 Mei 2013. "Misa teng pundi, ta?" (Misa kemana, ta) tanya Rama Yadi. Rama Bambang menjawab "Kula mboten misa, ning ndherek Slasa Kliwonan lintas agama, keyakinan, tingkat ekonomi. Criyose niku paguyuban budaya Nusantara sing nekanake rembug spiritualitas" (Saya tidak misa, tetapi ikut Slasa Kliwonan lintas agama, keyakinan dan tingkat ekonomi. Katanya itu adalah paguyuban Nusantara yang menekankan pembicaraan tentang spiritualitas). Slasa Kliwonan adalah hari yang oleh masyarakat Jawa tradisional dipandang sebagai hari keramat. Itu terjadi 35 hari sekali. Rama Bambang kemudian berceritera tema pembicaraan malam itu, yaitu "Dunia Santhet". Yang menjadi narasumber adalah Abah Cecep dari Rangkasbitung, Banten. Beliau adalah seorang haji yang tampak amat paham agama Islam namun memiliki kemampuan paranormal warisan keluarga. Sebagai "orang pintar" menangkal dan membebaskan orang sakit akibat santhet (diguna-guna), Abah Cecep banyak diundang ke banyak tempat bahkan sampai Kalimantan Barat. Kini beliau tinggal di Giwangan, Yogyakarta. Di dalam pembicaraan Abah Cecep tidak menjelaskan pengertian atau apa itu santhet, tetapi beliau menghadirkan ceritera pengalaman-pengalaman yang selalu diakhiri dengan refren "Tidak bisa dibuktikan, tetapi nyatanya ada" dan refren "Ini adalah hal goib." Banyak peserta yang kemudian bergantian mensharingkan pengalaman "goib"nya dari berbagai keagamaan.

Ternyata Rama Yadi tampak antusias mendengarkan kisah Rama Bambang ikut Slasa Kliwonan. Bahkan Rama Yadi kemudian berceritera tentang pengalamannya dulu ketika berguru. Omong-omong tentang santhet memang mengasyikkan. Dari sini Rama Bambang jadi tahu bahwa penyakit itu ada macam-macam asalnya. Salah seorang peserta menjelaskan asal penyakit bisa datang dari Allah, dari alam, dari kekeliruan orang seperti kecelakaan, dari guna-guna. Ketika Rama Bambang menginterupsi bapak yang memberi penjelasan, para peserta tertawa terbahak-bahak karena Rama bertanya "Nek suku kula, niki saking Allah napa saking guna-guna?" (Kalau kaki saya yang pincang ini dari Allah atau dari guna-guna?).

0 comments:

Post a Comment