diambil dari http://berpikirtentangmu.blogspot.co.id/2015/04 Wahyu Dwi Pranata 4:46:00 am
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Dewasa Akhir
Masa
dewasa lanjut usia merupakan masa lanjutan atau masa dewasa akhir (60 ke atas).
Perlu memperhatikan khusus bagi orangtuanya yang sudah menginjak lansia dan
anaknya yang butuh dukungan juga untuk menjadi seorang dewasa yang
bertanggungjawab. Di samping itu permasalahan dari diri sendiri dengan
perubahan fisik, mulai tanda penuaan yang cukup menyita perhatian. Saat
individu memasuki dewasa akhir, mulai terlihat gejala penurunan fisik dan
psikologis, perkembangan intelektual dalam lambatnya gerak motorik, pencarian
makna hidup selanjutnya.
Menurut
Erikson tahap dewasa akhir memasuki tahap integrity vs despair yaitu kemampuan
perkembangan lansia mengatasi krisis psikososialnya. Banyak stereotip positif
dan negatif yang mampu mempengaruhi kepribadian lansia. Integritas ego penting
dalam menghadapi kehidupan dengan puas dan bahagia. Hal ini berdampak pada
hubungan sosial dan produktivitasnya yang puas. Lawannya adalah despair yaitu
rasa takut mati dan hidup terlalu singkat, rasa kekecewaan. Beberapa cara hadapi
krisis dimasa lansia adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya hidup
sehat, dan kesehatan fisik.
Menurut
J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi
orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang
Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia
adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan
membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang
Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60
tahun karena pada umumnya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan
mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
Menurut
Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia
lanjut dini yang berkisar antara usia 60-70 tahun dan usia lanjut yang dimulai
pada usia 70 tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia
tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75
tahun atau lebih) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang
dewasa lanjut yang lebih muda.
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip
dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
a)
Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
b)
Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c)
Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.
Dari
berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, lanjut usia merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan
dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh
sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai
meninggal.
Karakteristik Dewasa Akhir
1) Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang disebabkan oleh faktor fisik
dan psikologis.
2) Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang menganggap periode ini
sebagai waktunya untuk bersantai dan ada pula yang mengaggapnya sebagai
hukuman.
3) Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua
tidaklah menyenangkan.
4) Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap orang
berusia lanjut tidak begitu dibutuhkan karena energinya sudah melemah. Tetapi,
ada juga masyarakat yang masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama
yang dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar.
5) Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif
tentang usia lanjut
6) Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok
yang lebih muda.
7) Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif
yang disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.
8) Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk
memperlambat penuaan.
Adapun Tugas Perkembangan
Dewasa Akhir :
1) Menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik. Misalnya adanya perubahan
penampilan pada wajah wanita, menggunakan kosmetik untuk menutupi tanda-tanda
penuaan pada wajahnya. Pada bagian tubuh, khususnya pada kerangka tubuh,
mengerasnya tulang sehingga tulang menjadi mengapur dan mudah retak atau patah.
2) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan
keluarga.
3) Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
4) Menjalin hubungan dengan orang-orang disekitarnya.
5) Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
6)
Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes dan harmonis.
B.
Perkembangan
Dewasa Akhir
a.
Perkembangan
Fisik
Berkurangnya
tingkat metabolisme dan menurunnya kekuatan otot-otot juga mengakibatkan pengaturan
suhu badan menjadi sulit. Selain itu, pada usia lanjut terjadi penurunan dalam
jumlah waktu tidur yang diperlukan dan kenyenyakan tidurnya. Orang usia lanjut
pada umumnya menderita gangguan susah tidur (insomnia). Lalu, perubahan dalam
pencernaan mungkin merupakan perubahan yang paling kelihatan dalam fungsi
pengaturan pencernaan. Kesulitan dalam makan sebagian diakibatkan pada gigi
yang tanggal yang merupakan gejala umum bagi orang usia lanjut dan juga karena
daya penciuman dan perasa yang menjadi kurang tajam. Sehingga menyebabkan jenis
makanan yang paling lezat menjadi terasa tidak enak. Menurut
Hurlock (1980) terjadi perubahan fisik berupa penampilan pada usia dewasa
akhir, diantanya adalah : Daerah kepala, Daerah Tubuh, Daerah
persendian.
Akibat perubahan Fisik yang semakin
menua maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan
dirinya dengan lingkungannya. Dengan semakin lanjut usia seseorang secara
berangsur-angsur ia mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai
keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial para
lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal ini
secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu:
kehilangan peran ditengah masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya
komitmen.
b. Perkembangan Kognitif
·
Kecerdasan
dan Kemampuan Memproses
Kecepatan
memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Ada beberapa
bukti bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali
informasi yang telah disimpan dalam ingatannya. Meskipun kecepatan tersebut
perlahan-lahan menurun, namun terdapat variasi individual di dalam kecakapan
ini. Dan ketika penurunan itu terjadi hal ini tidak secara jelas menunjukkan
perngaruhnya terhadap kehidupan kita dalam beberapa segi substansial.
· Pendidikan, Pekerjaan
dan Kesehatan
Pendidikan,
pekerjaan, dan kesehatan adalah tiga komponen yang paling berpengaruh dalam
fungsi kognitif dari orang-orang dewasa lanjut. Pada saat ini mereka telah
memperoleh pendidikan yang lebih baik. Pendidikan memiliki korelasi positif
dengan skor-skor pada tes-tes intelegensi. Orang-orang dewasa lanjut mungkin
melanjutkan pendidikan untuk sejumlah alasan.
Pengalaman
kerja menekankan pada orientasi kognitif. Peningkatan penekanan pada proses
informasi di dalam pekerjaannya mungkin mempertinggi kecakapan intelektual
individu. Sedangkan, kesehatan yang buruk berkaitan dengan tes-tes intelegensi
pada masa dewasa akhir. Olahraga terkait dengan perbaikan fungsi kognitif
diantara orang-rang dewasa usia lanjut. Yang harus diperhatikan dalam aktiviti berolahraga
pada dewasa lanjut ini adalah pemilihan jenis olahraga yang akan dijalani, dan
harus disesuaikan dengan usia subjek, dalam arti kondisi fizik individu. Oleh
sebab itu, aktiviti berolahraga dianjurkan untuk selalu berkonsultasi dengan
tenaga medis yang kompeten dalam masalah ini.
c. Perkembangan Psikis dan
Intelektual
Menurut David Wechsler dalam Desmita
(2008) kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan
organisme sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa
setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan
seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga
berlaku pada seorang lansia.
Kemerosotan intelektual lansia ini pada
umumnya merupakan sesuatau yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai
faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tetapi kemampuan intelektual
lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk
dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan menyediakan
lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual
mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya kepikunan.
d. Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut
usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga
menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan
masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak
dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang
tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari
keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Sejalan dengan
bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan
ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian
suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan
diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa
selanjutnya.
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang
yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik,
maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai
keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan,
yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat
sehingga dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah
baru.
e.
Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat
berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya
maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya
badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan
sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah
dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan
masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan.
Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Bahaya Penyesuaian Pribadi dan Sosial pada Usia Lanjut
1. Bahaya
Fisik :
Penyakit
dan hambatan fisik, Kurang gizi, Gangguan gizi, Mengendurnya kemampuan sosial, Kecelakaan.
2.
Bahaya
Psikologis :
Mereka
menerima pendapat tentang kebudayaan dari suatu usia, Perasaan
rendah diri dan rasa tak enak yang datang bersamaan dengan perubahan fisik, Usia
lanjut perlu menetapkan pola hidup yang berbeda dengan masa muda, Kecurigaan
atau realisasi bahwa penurunan mental sudah terjadi, Perasaan bersalah karena
mereka tidak bekerja sedangkan orang lain masih bekerja, Kurangnya pendapatan, Menjauh
atau sengaja melapas dari berbagai kehidupan sosial, pada
saat kematian semakin mendekat, orang seperti ingin membuang semua hal
yang bagi dirinya tidak bermanfaat lagi.
Berbagai Gangguan Pada
Dewasa Akhir
1. Parkinson
Penyakit
Parkinson (bahasa Inggris:
paralysis agitans, Parkinson disease) adalah penyakit degeneratif syaraf
yang pertama ditemukan pada tahun 1817
(An Essay on the Shaking Palsy) oleh Dr. James Parkinson.
Parkinson adalah gangguan pergerakan akibat kerusakan
sel otak sehingga menjejaskan penghasilan bahan biokimia dopamin yang
bertanggungjawab dalam proses koordinasi pergerakan anggota badan, dengan
gejala berupa adanya tremor pada saat beristirahat, kesulitan untuk memulai
pergerakan dan kekakuan otot. Parkinson menyerang sekitar 1 di antara 250 orang
yang berusia di atas 40 tahun dan sekitar 1 dari 100 orang yang berusia di atas
65 tahun. Penyebab terjadinya
penyakit Parkinson adalah kurangnya jumlah neurotransmitter dopamin
di dalam susunan saraf.
Pada
penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran sehingga
pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya
juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin
terkadang tidak diketahui. Penyakit ini cenderung diturunkan, walau terkadang
faktor genetik tidak memegang peran utama.
Kadang
penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan komplikasi yang
sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu infeksi yang menyebabkan
peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika penyakit degeneratif lainnya,
obat-obatan atau racun memengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di dalam
otak. Misalnya obat anti psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoia berat
dan skizofrenia menghambat kerja dopamin pada sel saraf.
Penyakit
Parkinson bisa diobati dengan berbagai obat, seperti levodopa, bromokriptin,
pergolid, selegilin, antikolinergik (benztropin atau triheksifenidil),
antihistamin, anti depresi, propanolol dan amantadin. Tidak satupun dari
obat-obat tersebut yang menyembuhkan penyakit atau menghentikan
perkembangannya, tetapi obat-obat tersebut menyebabkan penderita lebih mudah
melakukan suatu gerakan dan memperpanjang harapan hidup penderita.
Di
dalam otak levodopa diubah menjadi dopamin. Obat ini mengurangi tremor dan
kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita Parkinson ringan bisa kembali
menjalani aktivitasnya secara normal dan penderita yang sebelumnya terbaring di
tempat tidur menjadi kembali mandiri.
Pengobatan
dasar untuk Parkinson adalah levodopa-karbidopa. Penambahan karbidopa
dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas levodopa di dalam otak dan untuk
mengurangi efek levodopa yang tidak diinginkan di luar otak. Mengkonsumsi
levodopa selama bertahun-tahun bisa menyebabkan timbulnya gerakan lidah dan
bibir yang tidak dikehendaki, wajah menyeringai, kepala mengangguk-angguk dan
lengan serta tungkai berputar-putar. Beberapa ahli percaya bahwa menambahkan
atau mengganti levodopa dengan bromokriptin selama tahun-tahun pertama
pengobatan bisa menunda munculnya gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki.
Sel-sel
saraf penghasil dopamin dari jaringan janin manusia yang dicangkokkan ke dalam
otak penderita Parkinson bisa memperbaiki kelainan kimia tetapi belum cukup
data mengenai tindakan ini.
Untuk
mempertahankan mobilitasnya, penderita dianjurkan untuk tetap melakukan
kegiatan sehari-harinya sebanyak mungkin dan mengikuti program latihan secara
rutin. Terapi fisik dan pemakaian alat bantu mekanik (misalnya kursi roda) bisa
membantu penderita tetap mandiri.
Makanan
kaya serat bisa membantu mengatasi sembelit akibat kurangnya aktivitas,
dehidrasi dan beberapa obat. Makanan tambahan dan pelunak tinja bisa membantu
memperlancar buang air besar. Pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan
karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan menelan
sehingga bisa mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).
2.
Alzeimer
Alzheimer atau
nyanyuk menyebabkan semua fungsi otak, terutama daya ingatan seseorang,
merosot. Antara puncanya ialah peningkatan usia, keturunan, latar belakang
pendidikan yang rendah, jantina dan penyakit lain seperti strok. Penyakit ini
juga bukan saja boleh menyebabkan pesakit lupa tetapi turut menjejaskan daya
intelek, kebolehan berfikir secara logik dan pada peringkat teruk mereka turut
kehilangan keupayaan berinteraksi atau memahami perkataan.
Mengonsumsi minyak ikan,
berolahraga rutin dan mengisi teka teki silang adalah aktivitas yang
disebut-sebut bermanfaat bagi otak.
Tetapi menurut kajian terbaru, tidak ada bukti kuat bahwa semua itu dapat
mencegah penyakit Alzheimer. Sebuah panel ahli yang terdiri dari para ahli
menyimpulkan, suplemen, obat atau interaksi sosial
juga belum terbukti dapat mencegah penyakit degenerasi
otak tersebut. Kelompok ahli itu mengamati puluhan riset
yang menunjukkan cara-cara untuk mencegah Alzheimer, penyakit yang merusak otak
dan tidak dapat diobati. Tetapi belum menemukan satu pun bukti yang cukup kuat
akan dampaknya bagi pencegahan.
3.
Post power syndrome
Arti dari "syndrome" itu adalah kumpulan gejala.
"Power" adalah kekuasaan. Jadi, terjemahan dari post power syndrome
kira-kira adalah gejala-gejala pasca kekuasaan. Gejala ini umumnya terjadi pada
orang-orang yang tadinya mempunyai kekuasaan atau menjabat satu jabatan, namun
ketika sudah tidak menjabat lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan
atau emosi yang kurang stabil. Gejala-gejala itu biasanya bersifat negatif,
itulah yang diartikan post power syndrome.
Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya post-power syndrome.
Pensiun dini dan PHK adalah salah satu dari faktor tersebut. Bila orang yang
mendapatkan pensiun dini tidak bisa menerima keadaan bahwa tenaganya sudah
tidak dipakai lagi, walaupun menurutnya dirinya masih bisa memberi kontribusi
yang signifikan kepada perusahaan, post-power syndrome akan dengan mudah
menyerang. Apalagi bila ternyata usianya sudah termasuk usia kurang produktif
dan ditolak ketika melamar di perusahaan lain, post-power syndrome yang
menyerang akan semakin parah.
Gejala post-power syndrome:
- Gejajala fisik, misalnya menjadi jauh lebih cepat tua tampaknya dibandingkan waktu dia menjabat. Rambut semakin banyak beruban, keriput, sakit-sakitan, dan menjadi lemah.
- Gejala emosi, misalnya cepat teringgung, merasa tidak berharga, menarik diri dari pergaulan,dsb.
- Gejala perilaku, misalnya malu bertemu orang lain, lebih mudah melakukan pola-pola kekerasan atau menunjukkan kemarahan.
Ciri-ciri orang yang rentan
menderita post-power syndrome:
- Orang yang terlalu senang dihargai dan dihormati orang lain, permintaanya senantiasa terlaksana/dituruti, suka dilayani.
- Orang yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena kurangnya harga diri, dengan jabatan dia lebih merasa diakui orang lain.
- Orang yang meletakkan arti hidupnya pada prestise jabatan dan pada kemampuan mengatur orang lain, untuk dapat berkuasa atas orang lain.
Post-power syndrome hampir selalu
dialami terutama orang yang sudah lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya.
Hanya saja banyak orang yang berhasil melalui fase ini dengan cepat dan dapat
menerima kenyataan dengan hati yang lapang. Tetapi pada kasus-kasus tertentu,
dimana seseorang tidak mampu menerima kenyataan yang ada, ditambah dengan
tuntutan hidup yang terus mendesak, dan dirinya adalah satu-satunya penopang
hidup keluarga, resiko terjadinya post-power syndrome yang berat semakin besar.
Beberapa kasus post-power syndrome
yang berat diikuti oleh gangguan jiwa seperti tidak bisa berpikir rasional
dalam jangka waktu tertentu, depresi yang berat, atau pada pribadi-pribadi
introfert (tertutup) terjadi psikosomatik (sakit yang disebabkan beban emosi
yang tidak tersalurkan) yang parah.
Post-power syndrome dapat menyerang
siapa saja, baik pria maupun wanita. Antara pria dan wanita, pria lebih rentan
terhadap post power sindrome karena pada wanita umumnya lebih menghargai relasi
dari pada prestise, prestise dan kekuasaan itu lebih dihargai oleh pria. Kematangan
emosi dan kehangatan keluarga sangat membantu untuk melewati fase ini. Dan satu
cara untuk mempersiapkan diri menghadapi post-power syndrome adalah gemar
menabung dan hidup sederhana. Karena bila post-power syndrome menyerang,
sementara penderita sudah terbiasa hidup mewah, akibatnya akan lebih parah.
Apabila seseorang telah mampu
menaklukan fase Post-Power Syndrome akan jauh menjadi lebih bijaksana dan mampu
membuktikan kebermanfaatan atas eksistensinya.
GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA MASA TUA
a. Gangguan persepsi
Halusinasi
dan ilusi pada lanjut usia merupakan fenomena yang disebabkan oleh penurunan
ketajaman sensorik. Pemeriksa harus mencatat apakah penderita mengalami
kebingungan terhadap waktu atau tempat selama episode halusinasi dapat
disebabkan oleh tumor otak dan patologo fokal yang lain.
b. Proses berpikir
Gangguan
pada progresi pikiran adalah neologisme, gado-gado kata, sirkumstansialitas,
asosiasi longgar, asosiasi bunyi, flight of ideas, dan retardasi. Hilangnya
kemampuan untuk dapat mengerti pikiran abstrak.
c.
Gangguan Sensorik dan kognitif
Sensorik
mempermasalahkan fungsi dari indra tertentu, sedangkan kognitif merupakan
kemampuan seseorang untuk menerima, mengolah, menyimpan dan menggunakan kembali
semua masukan sensorik secara baik. Fungsi kognitif terdiri dari unsur-unsur,
memperhatikan (atensi), mengingat (memori), mengerti pembicaraan/berkomunikasi
(bahasa), bergerak (motorik), dan merencanakan /melaksanakan keputusan (eksekutif)
juga intelektual.
d. Gangguan Kesadaran
Indikator
yang peka terhadap disfungsi otak adalah adanya perubahan kesadaran, adanya
fluktuasi tingkat kesadaran. Pada keadaan yang berat penderita dalam keadaan
somnolen atau stupor.
e. Gangguan Orientasi
Gangguan
orientasi terhadap waktu, tempat dan orang berhubungan dengan gangguan kognisi.
Gangguan orientasi sering ditemukan pada gangguan kognitif, gangguan kecemasan,
gangguan buatan, gangguan konversi dan gangguan kepribadian, terutama selam
periode stres fisik atau lingkungan yang tidak mendukung. Pemeriksa dilakukan
dengan dua cara: Apakah penderita mengenali namanya sendiri dan apakah juga
mengetahui tanggal, tahun, bulan dan hari.
f. Gangguan Daya ingat
Daya
ingat dinilai dalam hal daya ingat jangka panjang, pendek dan segera.Tes yang
diberikan pada penderita dengan memberikan angka enam digit dan penderita
diminta untuk mengulangi maju mundur. Penderita dengan daya ingat yang tak
terganggu biasanya dapat mengingat enam angka maju dan lima angka mundur. Daya
ingat jangka panjang diuji dengan menanyakan tempat dan tanggal lahir, nama dan
hari ulang tahun anak-anak penderita. Daya ingat jangka pendek dapat diperiksa
dengan beberapa cara, misalnya dengan menyebut tiga benda pada awal wawancara
dan meminta penderita mengingat kembali benda tersebut akhir wawancara atau
dengan memberikan cerita singkat pada penderita dan penderita diminta untuk
mengulangi cerita tadi secara tepat/persisi.
g. Gangguan Fungsi intelektual
Konsentrasi, informasi dan kecerdasan. Sejumlah fungsi intelektual mungkin diajukan untuk menilai pengetahuan umum dan fungsi intelektual. Menghitung dapat diujikan dengan meminta penderita untu mengurangi 7 dari angka 100 dan mengurangi 7 lagi dari hasil akhir dan seterusnya sampai tercapai angka 2.
Referensi
Santrock,
John W., 1995, Life-Span Development, Jakarta: Erlangga.
Hurlock, Elizabeth B., 1980, A Life-Span Approach, Jakarta: Erlangga
Zahrotun. Suralaga, Fadhilah. Idriyani, Natris. 2006. Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press
Hurlock, Elizabeth B., 1980, A Life-Span Approach, Jakarta: Erlangga
Zahrotun. Suralaga, Fadhilah. Idriyani, Natris. 2006. Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press
https://imamri.wordpress.com/tag/ciri-ciri-dewasa-akhir/
http://id.wikipedia.org/wiki/Alzheimer
http://berpikirtentangmu.blogspot.com/2015/03/makalah-psikologi-kesehatan.html
http://berpikirtentangmu.blogspot.com/2015/03/makalah-psikologi-kesehatan.html
http://www.masbow.com/2010/09/perkembangan-dewasa-akhir.html
http://berpikirtentangmu.blogspot.com/2015/06/logo-umk-atau-logo-universitas-muria-kudus.html
http://berpikirtentangmu.blogspot.com/2015/06/logo-umk-atau-logo-universitas-muria-kudus.html
http://belajarpsikologi.com/perkembangan-kognitif-masa-dewasa-akhir/
http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_Parkinson
http://agi-ibnsina.blogspot.com/2011/12/perkembangan-masa-dewasa-akhir1.html
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&cad=rja&uact=8&ved=0CGEQFjAJ&url=http%3A%2F%2Farihdyacaesar.files.wordpress.com%2F2010%2F05%2Fpermasalahan-pada-masa-tua.doc&ei=lP5AU7jUFMG5rgfsx4DYBA&usg=AFQjCNHjgx-i-JL_JXny-wUcmwoMarw7Aw
0 comments:
Post a Comment